Adel's POV
Sampai di kelas, beberapa teman menyambutku. Gisella, Felice, Stakia, dan Leiora. Mereka terlihat sangat senang dengan kedatanganku.
"Eh Del, kemaren gua denger lu sakit. Lu udah sehat kan?" tanya Gisella dengan terburu buru.
"Oi, lu kagak biarin dia napas dulu?" sahut Stakia dengan nada agak nyolot.
"Tau yak, kalo besok Adel gak masuk lagi itu salah lu ya, Sel." Balas Leiora dengan nada mengejek sambil ber tos ria dengan Stakia.
"Hahaha, gua udah sehat kok." Jawabku diselingi tawa.
"Lu tau kan hari ini ada PR sama ulangan fisika?" Tanya Felice yang sedari tadi hanya melihat kelakuan Gisella, Stakia, dan Leiora yang terlihat seperti anak anak.
"Udah kok tenang aja, semuanya udah beres." Kataku mantap dan dibalas dengan senyum kemenangan di wajah teman temanku.
"Bagus kalo gitu.... Boleh minjem gak PR nya ?" mohon Felice padaku dan diikuti 3 orang di belakangnya.
"Ya udah nih liat, lain kali kerjain sendiri." Jawabku ketus sambil menyodorkan buku fisika ku.
"Iya iya makasih, ikhlas dikit napa." Ucap Leiora nyolot.
"Tau nih pelit dasar." Timpal Stakia tak kalah nyolotnya dan membuatku sedikit kesal.
"Udah sana cepetan lah, tar keburu Pak Dar dateng." Jawab ku dengan nada bercanda walau dalam hatiku aku sedikit terganggu dengan sifat mereka.
"Siap bos." Jawab Gisella dengan tangan berada di kepala membentuk sikap hormat.
Aku hanya kembali duduk sambil memainkan game di handphone ku untuk mengusir rasa kesalku. Mungkin sebenarnya ini hal biasa, dimana teman meminjam PR untuk disalin. Itu tidak masalah bagiku jika hanya 1 atau 2 kali. Tapi mereka selalu melihat PR ku dan menyalin semuanya.
"Apa itu yang namanya TEMAN ??" aku bertanya pada diriku sendiri sambil melihat ke langit berharap menemukan jawabannya.
7 : 00 AM
Bel sekolah berbunyi menandakan waktu belajar dimulai. Yang berarti waktu ulangan Fisika bagi kelasku, salah satu pelajaran yang paling ditakuti oleh kami. Sebelum Pak Dar datang, Gisella menghampiri mejaku.
"Del, nih buku lu. Makasih loh. Oiya nanti kalo gua sama yang laen ngode nengok ke kami yah." Ucap Gisell yang hanya dibalas dengusan lelah olehku.
Aku kurang suka dengan sifat mereka yang ini juga. Makanya terkadang aku hanya berpura pura tuli saat ulangan dan bersikap fokus saat mengerjakannya, dan selalu keluar kelas segera setelah aku menyelesaikan ulanganku.
Hari ini aku sedang tidak mau menjadi ladang jawaban mereka. Jadi kuputuskan untuk berpura pura tidak tau dan bilang saja kalau aku tidak tau kalau mereka memberi kode padaku. Yap, itu alasan yang cukup bagus.
Segera setelah aku menyelesaikan ulangannya, aku segera menyerahkan kertas jawabanku dan meninggalkan kelas. Aku segera saja ke kantin menemui 3 temanku yang lain, Glory, Steffi, dan Adine. Mereka terlihat tertawa dengan sangat lega dan tanpa sadar aku tersernyum melihat mereka sedang bercanda. Aku berharap kami berlima bisa seperti mereka. Aku tersadar saat mereka bertiga memanggilku dan mengajakku bergabung dengan mereka. Mereka bertiga menerimaku di tengah mereka. Sebenarnya ke 4 temanku itu melarangku untuk dekat dengan ke 3 orang di hadapanku ini. Katanya mereka ini adalah anak beasiswa yang datang dari keluarga yang biasa biasa saja, berbeda denganku dan ke 4 temanku yang adalah anak dari pengusaha pengusaha ternama di negri ini.
Mereka bilang kalau mereka takut aku di manfaatkan oleh anak beasiswa yang sekelas dengan kami ini. Pertamanya aku percaya percaya saja, tapi aku tidak pernah menjaga jarak dengan siapa pun. Karena bagiku semua orang sama saja, hanya nasibku saja lebih beruntung. Tapi setelah beberapa kali berkumpul dengan anak beasiswa ini, aku malah tidak percaya kalau mereka ingin mendekatiku untuk mendapat keuntungan dariku. Tapi ke 4 temanku selalu mewanti wanti ku agar tidak tertipu dengan penampilan lugu anak anak beasiswa itu.
Tapi tetap saja, Membeda bedakan teman bukanlah gayaku, dan kalaupun mereka memanfaatkanku, menjauhi mereka bukanlah solusinya.
TBC
Kayaknya makin ngebosenin yah? tapi makasih yang masih mau baca.
Kritik dan saran diterima =D
-X-

KAMU SEDANG MEMBACA
Behind That Smile (END)
Teen FictionTersenyum adalah cara terbaik untuk menutupi semua kesedihan dan kekecewaan yang dihadapi. Saat orang orang berfikir tidak akan ada yang bisa merusak kebahagiaannya, hanya dia dan Tuhan lah yang mengetahui jawabannya. Saat dimana akan tiba dimana ia...