Seventh

31.7K 1.5K 0
                                        

Adel's POV

"Apa yang terjadi?" tanyaku pada diriku sendiri karena aku merasa seperti telah mengalami tidur yang panjang, dan pusing yang seketika menyerang kepalaku dan berusaha mengingat apa yang terjadi.

Seketika saja aku kaget karena terakhir kuingat aku berada di kamar Nathan sehabis membersihkan kamarnya kemudian melihat foto keluarga yang membuatku ingin menangis sekencang kencangnya.

Tiba tiba saja air mata mengalir di pipiku mengingat foto yang ada di kamar kakakku itu. Setelah hampir 10 menit kupikir aku menangis dan kuyakin telah cukup untuk membuat mataku merah dan membengkak karena sudah kurasakan sedikit perih di area mataku.

"Kalo emang gua terakhir di kamar dia, terus gimana gua bisa tidur di sini?" tanyaku pada diri sendiri yang membuatku seperti orang gila karena sudah berbicara sendiri dan mengharapkan jawaban.

"Oh iya, kakak udah pulang belom yah?" kemudian aku melihat layar hp ku untuk melihat jam.

06 : 35 AM

"YA AMPUN UDAH PAGI !!! GUA TELAT !!!" teriakku yang pasti bisa terdengar di seluruh penjuru rumah.

Aku langsung buru buru mandi dan kemudian berhenti karena melihat ada kantong plastik yang kuyakin sebelumnya tak ada disitu. Aku melihat isinya kemudian kaget karena ada obat didalamnya atas nama Adeline Rosetta.

Baru saja aku mau menanyakan hal ini ke Nathan, orang yang dimaksud sudah berada di depan pintuku dengan muka bangun tidurnya.

"Lu ngapain sih pagi pagi udah tereak tereak segala ? gua masih ngantuk nih." Keluh Nathan sambil mengucek matanya yang masih merah karena efek bangun tidur.

"Oh.. maaf kak. Aku kaget udah telat sekolah. Oh iya kak... ini obat apa yah?" tanyaku pada kakakku yang mukanya lebih lucu saat bangun tidur ini.

"Lu hari ini gak usah sekolah. Kemaren lu pingsan di kamar gua, terus itu obat dari dokter. Katanya lu kecapean sama telat makan."

"Hah... pingsan ?? Jadi kemaren kakak bawa aku ke dokter?? Makasih ya kak" ucapku dengan nada bahagia karena kakakku yang masih peduli padaku.

"Lu gak usah seneng berlebihan gitu napa. Gua cuma gak mau aja kena omelan gara gara elu. Pokoknya lu minum tuh obat, makan yang bener, gua gak mau harus repot lagi gara gara lu cerobohnya kelewatan." Kata Nathan sambil mengalihkan pandangan.

"Terus, buat sekolah lu gua udah bilang sama mama papa buat minta izin. Jadi mending lu bikinin sarapan buat gua, gua punya kelas jam 9. Entar gua mau berangkat udah harus ada." Perintah Nathan padaku yang entah kenapa masih saja membuatku senang karena bisa mendengar suara Nathan tanpa nada mengintimidasi seperti kemarin.

"Ok kak." Jawabku dengan senyum walaupun Nathan kemungkinan besar juga tidak melihatnya.

Aku dan Nathan kembali masuk ke kamar kami masing masing. Aku mandi dengan senyum yang tetap menempel di wajahku sampai aku selesai membuat nasi goreng kesukaan Nathan untuk sarapanku dan dia.

"Lu ngapain sih senyam senyum sendiri, nyeremin tau gak." Ucap Nathan yang sudah bersiap untuk ke kampusnya dengan nada datar seperti biasa.

"Oh.. kakak udah beres, nih aku buatin nasi goreng. Kita makan bareng yah kak." Kataku dengan penuh harap.

"Hmm, tapi lu gak usah ngerasa deket banget yah sama gua. Gua cuma gak mau lu ngerepotin gua lebih dari yang kemaren." Ucap Nathan yang tetap fokus pada nasi gorengnya.

"Iya kak, maaf kalo aku repotin kakak." Jawabku dengan sedikit sedih dan merasa bersalah.

"Gua pergi dulu. Lu jaga rumah, jangan bikin masalah lagi." Titah Nathan yang tidak kusadari sudah menyelesaikan sarapannya.

"iya kak, hati hati."

Kemudian aku membersihkan meja makan dan peralatan makan bekas kami makan. Aku merasa bangga melihat piring bekas nasi goreng Nathan yang bersih. Ini seperti mengakui bahwa masakanku enak secara tidak langsung.

"Semoga aja aku dan kakak bisa kembali seperti dulu." Doaku pada Tuhan dengan penuh harapan.

TBC

Thank you yang udah mau baca cerita absurb ini.

Berhubung gua masih pemula, kritik dan saran bisa komen aja

Btw... next chapter lumayan sedih
Makasih =D

-X-

Behind That Smile (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang