Nathan's POV
"Yaudah, semuanya udah. dateng nih. Ayo masuk aja."
Perkataan Tommy membuatku tersadar dari lamunanku. Entah mengapa setelah Gisella itu mengatakan bahwa di sinilah tempatnya aku merasa tidak asing dengan rumah ini. Aku seperti pernah melihatnya entah di dunia nyata atau dalam mimpi. Aku tidak bisa membedakannya, tapi entah mengapa aku merasa ada hal yang tidak beres di sini.
Tapi aku menepis semua prasangka buruk itu dan ikut masuk ke dalam rumah itu. Sampai dalam rumah itu, kondisinya normal seperti pada rumah umum lainnya. Semuanya terlihat baik baik saja, tapi entah kenapa perasaan tidak enak itu terus saja kurasakan.
"Ini rumah siapa Tom?" tanyaku pada Tommy karena aku sangat penasaran.
"Oh, ini rumah keluarga gua, tapi gak ada yang nempatin. Cuma pembantu dateng bersih bersih 2 minggu sekali biar rumahnya gak rusak." Aku hanya ber-oh ria mendengar penjelasan Tommy. Tapi penjelasannya itu berasa tidak pas di telingaku, seperti ada hal yang ditutupi olehnya.
"Kalian mau minum apa?" tanya Tommy selaku pemilik rumah.
"Apa aja deh Tom." Jawab Adel tampak mulai jenuh, padahal baru saja sampai.
"Yaudah kalian tunggu sini, gua siapin dulu."
"Kak Tommy, aku permisi ke toilet dulu ya. " ucap Gisella sambil berjalan ke salah satu lorong
"Ok. " balas Tommy sambil berjalan ke arah dapur.
Mendengar itu aku sedikit bingung, Gisella bisa mengetahui dimana letak toilet tanpa bertanya. Tapi aku tidak ambil pusing, mungkin Gisella pernah diajak Tommy ke sini.
Sepeninggalan mereka berdua, hanya aku dan Adel yang tersisa. Aku hanya melihat Adel dan dari gerak geriknya aku tau bahwa dia sedang gelisah. Ternyata bukan aku saja yang gelisah dari tadi. Baru saja aku ingin duduk di sebelahnya dan menanyakan masalah ini padanya. Tommy sudah datang dengan 4 gelas jus jeruk yang terlihat enak.
"Makasih bro." Ucapku sambil langsung menenggak minuman itu.
Tapi kemudian aku merasa mataku berat dan kepalaku mulai pusing. Lalu kemudian semua gelap
Adel's POV
Aku juga ikut meminum jus jeruk yang tampaknya sangat nikmat itu, tapi kemudian aku merasa tubuhku aneh dan semuanya berputar putar lalu semuanya berubah gelap.
Sebelum aku benar benar menutup mata dan kehilangan kesadaran, aku mendengar dan melihat Tommy sedang merangkul Gisella sambil tersenyum licik dan berkata.
"Rencana 1 udah beres dek." Kemudian aku sudah tidak tau apa apa lagi
Tommy's POV
Aku tersenyum puas dan merangkul adik tercintaku yang bernama Gisella ini. Aku juga bisa melihat senyuman indah terlukis di bibir tipis itu.
"Kakak pinter banget sih, gimana caranya?" tanya adik kecilku ini
Flashback
Aku segera berjalan ke arah dapur untuk menyiapkan minuman untuk tamu tamuku itu. Aku menyiapkan jus jeruk di 4 gelas. Tapi 2 gelas di antaranya aku akan beri bubuk spesial untuk menjalankan rencanaku dan adikku.
Setelah menaburkan bubuk yang sering dibilang Obat Tidur itu, aku mengaduk dan membawanya ke ruang tengah yang sudah diisi oleh 2 orang kakak beradik yang membuatku sangat kesal.
Aku memberikan mereka 2 gelas dengan bubuk spesial dan mereka langsung meminumnya, aku tersenyum karena ternyata ini lebih mudah dibanding bayanganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind That Smile (END)
Ficção AdolescenteTersenyum adalah cara terbaik untuk menutupi semua kesedihan dan kekecewaan yang dihadapi. Saat orang orang berfikir tidak akan ada yang bisa merusak kebahagiaannya, hanya dia dan Tuhan lah yang mengetahui jawabannya. Saat dimana akan tiba dimana ia...