34 th

28K 1K 8
                                        

Nathan's POV

"Ahhhh !!!"

"Adelll !!!!" aku otomatis berteriak kaget karena mendengar teriakan kesakitan dari Adel sambil menjambak rambutnya dan ia jatuh pingsan di kasurku sambil air matanya tetap mengalir.

Aku kemudian membaringkannya di tempat tidurku dengan posisi yang benar. Aku melihat adikku ini dengan seksama, entah sudah kapan terakhir kali aku melihatnya dari jarak sedekat ini dan seserius ini. Kebencianku sudah membuatku menyakiti perasaan adikku teramat sangat dalam tanpa aku sadari. Setelah kulihat, ia terlihat lebih kurus dan pucat dari terakhir kulihat.

Jujur saja, setelah aku menceritakan kejadian ini padanya, aku merasa bahwa betapa jahatnya aku padanya saat ini. Dulu bahkan aku rela mengorbankan nyawaku untuknya, tapi sekarang aku malah ingin agar dia pergi jauh dari hidupku. Apakah aku masih pantas dipanggil kakak? Apa Adel masih menganggapku kakaknya?

"Emmhh...." terdengar suara dari Adel yang membuatku lamunanku buyar.

"Lu gapapa ?" tanyaku pada Adel

"Gapapa kok kak, sekali lagi aku minta maaf sama kakak, karena gara gara aku kakak...."

"Udah, gak usah dibahas, kayak gua bilang tadi, gua bakal coba ikhlasin ini pelan pelan." Aku memotong ucapan Adel saat kulihat ia hampir kembali menangis.

Seusai perkataanku itu, aku berjanji dalam hati akan mulai mengikhlaskan hal ini terjadi. Mungkin inilah jalan terbaik yang diberikan Tuhan untukku ke depannya.

"Kak, aku udah inget semuanya, semua kejadian yang pernah aku lupain dulu. Memang kenangan itu sangat pahit dan menyakitka, tapi itu adalah bagian masa lalu hidupku yang tidak boleh aku lepaskan begitu aja. Makasih ya kak udah bantu aku inget semuanya." Ucap Adel dengan senyum tulus yang mungkin lebih bahagia dari biasanya.

Melihat itu, entah kenapa aku ingin merengkuh tubuh rapuh adikku itu. Aku membawanya ke dalam pelukanku dan mengelus kepala adikku. Entah kapan aku terakhir melakukan ini padanya, dan tiba tiba dia sudah hampir dewasa. Mungkin sikapku memang keterlaluan terhadapnya.

Klek...

"NATHAN !!!!" teriak seseorang yang suaranya sudah sangat familiar.

Adel's POV

Pelukan Nathan... pelukan seorang kakak yang sudah sangat aku damba dambakan. Sekarang aku sudah bisa kembali merasakan kehangatan perasaan seorang kakak. Aku yakin Nathan tidak akan bisa langsung kembali seperti dulu, tapi dengan ia bisa memelukku seperti sekarang sudah sangat membuatku bahagia. Sampai tiba tiba

"NATHAN !!!!" seru seorang wanita yang masih terlihat cantik di usia tuanya, siapa lagi kalau bukan Mama.

Mama menarik tangan Nathan yang sedang memeluk dan mengelus rambutku, menariknya menjauh dariku. Nathan kelihatan kaget dan mencoba memberontak dan hendak melepaskan tangan mama. Tapi berhenti saat Papa mulai angkat bicara

"Nathan... ngapain kamu deket deket sama manusia pembawa sial satu itu?"

"Memangnya kenapa kalau aku deket deket sama dia?" tanya Nathan membantah

"Kamu lupa sama apa yang manusia pembawa sial itu sama kamu ?" tanya Mama yang mulai emosi

"Mama... Papa... udah cukup! Yang kalian sebut Manusia Pembawa Sial itu Adeline Rosetta. ADIK aku ! ADIK NATHAN PRASETTA. Dan jangan lupa, dia juga anak kalian. ANAK KANDUNG KALIAN !!" bentak Nathan pada kedua orang tua kami sambil berjalan ke arahku.

Mama dan papa hanya diam melihat Nathan yang berjalan ke arahku. Aku tidak bisa membaca ekspresi mereka saat ini. Tapi mungkin mereka masih belum bisa memaafkan kesalahanku dulu.

Nathan merangkulku dan mengantarku ke kamarku yang berada di sebelah kamarnya.

"Del, kamu sabar ya. Kakak tau kamu pasti sakit dengernya, dan kakak juga dulu kayak gitu. Tapi percaya, kakak aja udah bisa maafin kamu. Mereka juga pasti bakal maafin kamu, kakak akan coba bujuk mereka." Ucap Nathan sambil mengelus rambutku dan disertai dengan senyum tulus yang sangat aku rindukan.

Aku hanya mengangguk ... "Aku boleh meluk kakak lagi?" tanyaku dengan hati hati.

Nathan hanya tertawa kecil dan langsung memelukku erat, lebih erat dari sebelumnya.
"Ya udah, sekarang kamu istirahat aja, kamu tadi baru bangun dari pingsan. Pasti masih pusing, nanti biar kakak yang ngomong sama papa mama." Ucap Nathan sambil melepaskan pelukannya

Aku hanya mengangguk dan mempercayai semua ucapan dari kakakku itu, setelahnya aku masuk ke alam mimpiku.

Nathan's POV

Setelah aku keluar dari kamar Adel, aku mengajak kedua orang tuaku untuk ngobrol di ruang keluarga.

"Pa, Ma, pertama tama aku minta maaf karena udah bentak kalian tadi. Barusan aku abis nyeritain semua kejadian pas ulang tahun Adel dulu. Jujur aja, setelah aku ceritain ke dia aku malah merasa bersalah. Selama aku bercerita, hatiku mengatakan kalau itu bukan salah Adel. Tidak ada yang mau adanya kecelakaan itu. Itu semua sudah diatur sama Yang Maha Kuasa. Kita hanya menjalankannya saja. Mungkin ini yang terbaik buat aku sekarang, aku udah maafin dia dan aku bakal mulai mencoba lupain semuanya dan jadi kakak yang baik lagi buat Adel. Pasti perlu proses, tapi aku bakal coba." Ucapku panjang lebar pada kedua orang tuaku.

"Jadi mau kamu gimana?" tanya papa yang hanya membuatku jengkel

"Aku maunya, supaya kalian bisa lupain semua itu dan mulai bersikap seperti dulu lagi ke Adel. Aku merasa kita udah terlalu jahat sama Adel. Dia masih terlalu kecil sejak pertama kita mulai jauhin dia. Dia perlu kita, terutama kalian karena dia sedang menjalani masa remajanya, masa dimana dia mencari jati dirinya. Kita pasti gak mau dia jatoh ke hal yang aneh aneh." Lanjutku berusaha membujuk kedua orang tuaku ini.

"Kita gak bisa janji kayak kamu Nathan, biar kami pikirin dulu. Sekarang kami mau pergi dulu ." Ucap mama sambil melenggang pergi bersama papa dan menggantungkan jawabannya. Setidaknya mereka mau memikirkan ini. Semoga saja mereka bisa mengikhlaskannya seperti aku.

Adel's POV

Kringg... Kring...

"Halo, ini siapa ya ?"

TBC

Makasih yang udah mau baca cerita ini...

Semoga aja masih mau nungguin cerita ini..

Makasih banyak

Kritik saran komen aja :*

Aku juga mau ngucapin selamat menunaikan ibadah puasa buat yang menjalankan 🙏

-X-

Behind That Smile (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang