Part 3 - Here we are

276 22 0
                                        

Matahari sudah tenggelam. Sekitar pukul 17:30 mereka semua tiba di tempat tujuan. Akhirnya mereka keluar dari mobil dengan rasa capek. Mereka terlihat sibuk mengambil barang barang di bagasi, tak terkecuali Kylie yang sibuk memandangi rumah di depannya. Saat itu ia melihat sebuah bayangan melintas di lantai dua. Merasa penasaran, Kylie pun berjalan menuju ke arah pintu depan tapi...barusaja tiga langkah, tiba tiba sebuah suara memanggil namanya.

"Kylie.. kylie.."
Merasa di panggil, Kylie langsung menoleh ke belakang dan ternyata itu Mai yang tampak dari kejauhan.

"Kylie, koper lo nih ambil, mau di tinggalin di sini aja apa?" Teriak Mai.
Kylie pun berjalan ke arah Mai.

"Mai, rumah ini ada hantunya. Ada bayangan melintas di lantai dua," bisik Kylie dengan nada takut.

"Lo capek, Kyl. Makanya lo liat yang aneh-aneh. Tapi itu cuman halusinasi lo aja." Kata Mai, lalu pergi meninggalkan Kylie.

"Guys, ayo cepetan!" Hanhan terlihat bersemangat. Bahkan ia sudah lebih dulu berada di depan pintu masuk rumah tersebut.

Kylie pun mengambil koper nya dan ia sangat terkejut melihat sesuatu di depannya berjalan mendekat ke arahnya. Itu seperti manusia. Tapi wajahnya berwarna merah. Rambutnya terurai panjang dan terus berjalan ke arah Kylie tanpa ragu.
Tapi... masa iya hantu memakai hotpants dan sweater?

"Aduh, Kylie. Biasa aja ngeliatin gue. Gue tau kok kalo gue ini cantik seperti malaikat," Mendengar sosok itu berbicara, ternyata adalah Yorla temannya.

Kylie menghembuskan nafas lega. Sedari tadi ia menahan nafasnya karena mengira Yorla adalah sosok hantu.

"Aduh, Yorla. Gue kirain hantu. Itu muka lo kasih apaan sih serem banget. Mana rambut acak-acakan lagi." Kata Kylie menatap ngeri Yorla.

"Gue lagi maskeran, Kyl. Kulit wajah gue kan harus di jaga supaya gak jerawatan. Udara disini beda sama di Kota, ntar takutnya wajah gue alergi." Kata Yorla.

"Kylie..Yorla.. buruan sini.."
Teman-temannya meneriaki mereka berdua, dan segera saja mereka kesana.

Zal mencoba menekan bel.
Ting..tong..
Suara bel bergema di rumah itu. Seakan akan mereka bagaikan tamu yang akan mendapatkan sesuatu hal yang belum pernah mereka dapatkan.

"Zal, kenapa lo mencet bel? Lo bilang nih rumah gak ada yang nempatin," kata Riky.

"Lampunya nyala. Pasti ada orangnya," kata Zal.

"Jangan jangan ada yang ngebeli rumah Om lo ini, Zal. Terus pada tinggal disini," Kata Adi.

"Gak lah. Om gue gak bakal mau ngejual nih rumah. Banyak kenangan pahit manis soalnya," ucap Zal begitu yakin.

Kemudian pintu terbuka dan mereka melihat seorang laki laki yang ada di depan mereka.

"Maaf, bapak ini siapa ya?" Tanya Zal.

"Saya Sukijan. Penjaga kepercayaan rumah ini. Anda sendiri siapa?"

"Saya Zal. Keponakan dari pemilik rumah ini,"

Pak Sukijan menatap Zal ragu. "Apa benar Anda ini keponakannya?"

"Ya beneran lah. Buat apa Saya mengada-ngada!" Kata Zal. "

"Apa tujuan kalian kemari?" Tanya Pak Sukijan.

"Kita mau nginep di rumah ini untuk beberapa hari," jawab Zal.

"Oh begitu ya."

"Yaudah kalau begitu kami boleh masuk dong," sambung Zal sambil melangkah masuk.

"Tunggu, tunggu," Pak Sukijan menghalangi mereka.

I'm sorry if this is too short and you don't get the feeling in this story. I'm trying to do my best :) thanks

Mount MeratusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang