Prolog

562K 20.1K 1.5K
                                    

Hai nama gue Abel Ghisa Adriani, lo bisa panggil gue Abel.

Tahun ini gue bakal pindah sekolah ke luar kota. Papa gue pindah kerja ke Jakarta. Sejujurnya gue gak pengen buat pindah, tapi ya apa daya gue yang hanya butiran debu ini?

Jakarta, kota metropolitan. Gue gak pernah ngebayangin bakal sekolah di sana.

Setau gue sih anak Jakarta ada yang sok keren, bullying addict, dan terkadang juga songong.

Tell me if i'm wrong.

Apalagi gue bakal sekolah di tempat yang elit. Bukannya gue sombong ya teman, keluarga gue bisa dibilang berkecukupan.

Oke kalem Bel, kalem

Tapi gue gak pernah memperlihatkan itu semua. Gue lebih suka jadi orang yang sederhana.

Mama udah daftarin gue di sekolah itu. Besok pagi gue berangkat ke sekolah. Gue cuma berdoa, semoga sekolah itu gak akan jadi mimpi buruk gue nanti dan seterusnya.

Di sekolah gue yang lama, gue punya beberapa sahabat dan gue juga lumayan dikenal orang-orang karena prestasi gue.
Hei, gue juga suka main basket.

Cita-cita gue?

Gue pengen jadi dosen, tapi Papa nyuruh kerja kantoran aja. Jujur ya, gue gak suka kerja yang cuma duduk dan mantengin komputer tiap hari dan ya, gue tetep kekeh sama cita-cita gue tadi.

Gue anak tunggal dan gue emang agak terlalu dimanja. Sebenernya gue sedikit risih diperlakuin kayak gitu. Tapi, yaudahlah tanpa orang tua, gue juga bukan apa-apa. Iya kan?

Gue mau sedikit cerita sama kalian. Gue itu nerd, but i'm not totally nerd. Bukan nerd yang lemah dan suka di bully banyak orang.

Bukan.

Walaupun yah, emang kadang digituin tapi bukan berarti gue gak suka bergaul sama temen-temen.

Jika disuruh memilih, gue lebih suka menyendiri.

Gue kalo lagi kesel sama orang, gue bakal pergi sejauh mungkin dan menghindar.

Sudah dipastikan.

Gue pendiem, gak suka jadi anak bawel, suka ke perpustakaan buat baca-baca buku.

Gue lebih suka jadi invisible.

---

Pagi ini gue bersiap-siap buat ke sekolah. Di ruang makan udah ada Papa yang duduk nungguin Mama nyiapin sarapan.

"Abel, sini sarapan dulu biar gak lemes di sekolah."

"Iya, Ma."

Selesai sarapan gue berpamitan dan berangkat bareng sama Papa gue. First time ke sekolah baru di anter orang tua, hitung-hitung buat semangat baru lah.

"Abel, belajar yang rajin ya!" kata Papa dan gue balas dengan anggukan.

Gue udah disambut oleh salah satu guru sekolah itu entah siapa namanya. Mungkin dia seorang wali kelas.

Sejak gue turun dari mobil menuju ke kelas gue yang ternyata ada di ujung dunia, semua siswa di sini gak bisa berhenti ngelirik dan berbisik.

Biasalah typical murid baru.

"Selamat pagi anak-anak!"

"Pagi, Bu!"

"Di samping ibu ada teman baru kalian. Silahkan perkenalkan dirimu."

Sebelumnya gue menatap ruangan kelas, isinya anak-anak yang keliatan orang populer gitu, kayak selebgram.

"Em hai, nama gue Abel."

"Gitu doang? kok singkat amat!" teriak salah satu siswa yang duduk di pojok sendiri.

Sialan.

"Sudah ... ibu harap kalian dapat menerima Abel. Nah Abel, silahkan duduk."

Gue berterimakasih sama guru itu dan duduk di bangku yang masih kosong.

"Hai," sapa cewek di samping. "Gue Laras."

Gue senyum ke dia. "Gue Abel."

"Semoga lo mau ya temenan sama gue."

Gue mengernyit. Emang dia nggak punya temen kah?

Suara bel istirahat udah berbunyi sejak lima menit yang lalu. Tiba-tiba ada dua orang yang datengin meja gue.

"Eh ada murid baru, kenalin dong gue Viko dan dia ini Ucok, Ucok baba haha!"

Dia memperkenalkan temannya yang berdiri di sebelahnya dan by the way itu gak lucu sama sekali.

Emang ada apa dengan ucok baba?

Gue menjabat tangannya. "Hai gue Abel."

"Lo cantik, Bel. Dari mana lo?" tanya Ucok.

Mampus deh, jangan-jangan mereka cowok yang suka modus.

"Lo nggak ke kantin?" tanya Viko sambil duduk di depan gue.

Gue menggeleng sambil sok senyum ke dia. "Wah senyumannya manis banget kayak gula, Cok!"

Gue udah pengen pergi dari posisi gue ini, tapi gimana caranya?

"Vik! Jangan godain Abel dong, dasar modusan!"

"Yaelah Ras, gue kaga modus kali. Alay banget sih. Yaudah cabut yuk Cok!"

Viko dan Ucok langsung pergi ninggalin gue. Syukurlah.

"Lo nggak diapa-apain kan Bel sama dia?"

"Enggak kok santai aja."

"Oiya kita keliling sekolah yuk!"

"Boleh." Gue sama Laras keluar kelas sambil keliling sekolah yang udah macem parkiran mall ini.

"Nah ini ruang seni dan itu laboratorium. Lo ngerti kan?"

Gue ngangguk aja. Padahal kalo disuruh ngulang dari tempat awal, mungkin gue bakalan nyasar.

"Bel, lo liat gerombolan anak cowok itu? Liat yang pake sepatu biru. Nah itu tuh!"

Gue ngeliat ke lapangan basket, di sana banyak gerombolan cowok yang gue pikir mereka adalah sebuah geng.

"Itu namanya Devian. Dia itu cowok paling populer di sini, tapi dia itu cowok nakal. Jadi mending lo jangan deketin dia."

Emang bener sekolah di sini pasti ada murid yang sejenis itu. Mimpi apa gue semalem bisa sekolah di tempat ini.

"Kalo itu yang gerombolan cewek, rambutnya di ombre warna merah namanya Angel. Dia ketua cheers, lo jangan pernah bikin masalah sama dia. Dia itu cewe paling ganas di sini."

"Ganas?"

"Iya! dia itu paling ditakutin di sini. Gak ada yang berani sama dia."

Gue mengangguk paham. Baru juga sehari sekolah udah di wanti-wanti begini. Coba aja gue gak kenal sama Laras, mungkin gue nggak akan tau siapa mereka sebenernya.

Beberapa menit berlalu, bel pulang udah berbunyi dan gue masih di dalem kelas sama Laras.

"Abel, lo nggak pulang? "

"Bentar lagi, gue mau ambil buku dulu di loker. Lo duluan aja."

"Oke, gue duluan ya!"

Gue berjalan menuju loker sambil ngeliat kanan kiri. Kelas-kelas udah pada sepi, tapi mata gue tertuju sama lapangan yang masih ada segerombolan cowok.

Ya, ada Devian di sana.

Tiba-tiba pas gue lewat depan lapangan, ada bola basket yang ngenain kaki gue.

"Woi ambilin bolanya dong!" teriak salah satu cowok di sana.

Akhirnya gue ngelempar bola itu dan,"aw!"

Mampus kena dia. Mampus.

"Heh lo! Sini!"

________________

Halo gengsss jangan lupa vote and comment cerita bad boy vs nerd girl ini ya.....

Bad Boy vs Nerd GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang