"Ghisa? Lo.. ke sini?"
Gue mengatur nafas yang udah makin gak karuan. "Lo mau pindah serius?"
Jai hanya diam. Gue langsung menjulurkan tangan. "Gue minta maaf."
Jai terlihat bingung karena tingkah gue yang mungkin gak akan dia duga sebelumnya.
"Maaf karena udah sempet benci sama lo dan mungkin selama dua tahun terakhir ini gue cuma berusaha buat ngelupain semua rasa sakit itu Jai."
"Attention to all passengers that are going to California with flight number D-086 to gather at waiting room D within 20 minutes as the plane has arrived."
"Ghisa," Jai langsung meluk gue. "Gue ngerti sekarang. Gue minta maaf."
Gue membalas pelukan Jai. "Our pinky promise? We are best friends?" ucap gue sambil menunjukkan jari kelingking.
Jai mengangguk dan tersenyum, "pinky promise, best friends," Jai mengaitkan jari kelingkingnya.
Gue kembali memeluk Jai dan mengucapkan salam perpisahan. "Good bye Jai, gue harap bisa ketemu lo lagi suatu saat nanti. Gue bakal nunggu lo Jai."
"Pasti, gue bakal balik lagi Ghisa. See you?"
"See you."
Di sinilah gue, di tempat kemarin gue dan Devian bertemu.
Gue masih inget semua kata-katanya saat dia jujur karena nguntit gue di cafe dan gue masih inget saat dia meluk gue di gang itu.
"Kenapa sih lo ,Bel?" ucap gue pada diri sendiri. Terlepas lagi gak ada satu orang pun di sini kecuali suara decitan ranting yang terkesan horror.
Gue berusaha menetralisir perasaan gue. Entah kenapa gue pengen banget ke rumah sakit. Ya gue harus ke sana.
Gue bergegas balik ke rumah sakit dan ternyata di sana hanya ada Tante Arini dan adiknya Devian yang masih kecil.
"Tante?"
"Abel? kamu dari mana tadi kok buru-buru begitu?"
Gue tersenyum simpul. "Tadi, ada urusan penting banget tante jadi Abel harus pergi."
Tante Arini hanya mengangguk. "Gimana keadaan Devian tante?"
Tante Arini memandang Devian sekilas. "Dia masih koma. Tadi waktu nyebut nama kamu sempat sadar selepas itu dia langsung gak sadar lagi."
Dan lagi, rasa bersalah itu muncul kembali. Hari ini pun gue rela bolos sekolah demi Devian.
Gue melihat Tante Arini yang keliatan capek dan Sera, adiknya Devian yang dari tadi nangis terus.
Mungkin ikatan batin Devian dan adeknya erat kali ya sampe Sera aja nangis kejer.
"Tante, tante pulang aja biar aku yang nunggu di sini."
"Kamu gak sekolah Abel?"
Gue menggeleng. "Enggak tante, tadi udah di ijinin sama mama."
Tante Arini mengangguk dan menggendong Sera keluar dari kamar. "Abel, tolong jaga Devian ya?"
"Pasti tante."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy vs Nerd Girl
Teen Fiction[COMPLETED] "Seandainya aja gue gak kenal dia, hidup gue nggak akan merana." Dia Abel Ghisa, seorang siswi dengan penuh penderitaan di sekolah barunya, tapi siapa sangka jika diam-diam ternyata ada yang peduli dengannya. Semua itu berawal dari rasa...