Akhir Januari, 2009.
Sebenarnya, akhir Januari seperti ini merupakan hari libur para mahasiswa. Tetapi entah mengapa, beberapa anak BEM kampus Karin hari ini memutuskan untuk berkumpul di ruang BEM. Awalnya, sang presiden BEM, Barry yang mengirimkan pesan kepada mas Yudhis untuk sekedar cangkruk di ruang BEM. Entah mengapa pada akhirnya SMS tersebut menyebar ke beberapa anak BEM lain, termasuk Karin. Jadilah ada 7 orang disini, yang nggak pulang kampung dan memang asli Surabaya, berkumpul.
"Hallo Kariiin..." Sapa Mas Yudhis dan yang lainnya ketika Karin baru tiba di ruang BEM.
"Hai hai..emang ada apa nih kumpul-kumpul ? Nggak pada liburan ?" Tanya Karin sembari merapikan rambutnya yang berantakan.
"Haha nggak ada sih Rin, Cuma kumpul aja. Nih si Mas Barry nggak pulang kampung..bosen di kosan.." Cerita Fani yang merupakan Sekretaris BEM tersebut. "Kamu nggak pulang ke Jogja Rin ?"
"Belum tau nih Fan..Masih males kemana-kemana.." Jawab Karin nyengir. "Kenapa belum pulang ke Bandung mas ?" Karin beralih ke Mas Barry yang sedang bermain gitar bersama mas Yudhis.
"Papa Mama mau kesini, Rin...jadi katanya aku disuruh disini aja ntar pulang bareng mereka...Tapi mereka masih ada acara dulu di Medan...."
Karin manggut-manggut. "Lah kamu Fan nggak kemana-kemana ?" Tanya Karin sembari beranjak ke dispenser, mengambil air minum.
"Minggu depan ke Bali sih..." Fani nyengir.
"Ah enak banget ! Titip oleh-oleh..."
"Yah keburu basi lah Rin..kita masuk masi bulan depan akhir..hahaha..."
Akhirnya, jadilah di ruang BEM ada 'konser' dadakan. Dimana Mas Barry bermain gitar, mas Yudhis memukul ketipung, serta Ihsan, salah satu anggota BEM lain bermain krecekan. Semua lagu mereka nyanyikan. Dari lagu lama, agak lama sampai baru. Karin, Fani, Dani dan mbak Rika bernyanyi seenak mereka sendiri, tak peduli betapa hancurnya suara mereka. Terkadang sambil bergoyang, jika lagunya memang asyik untuk goyang. Suasana di ruang BEM jadi ramai, apalagi tertawa mereka semua yang membahana jika ada hal yang lucu. Sungguh lebih mengasyikan seperti ini dibandingkan harus berdiam diri di rumah, batin Karin.
"Hoaaa lapeeeer..." Seru mas Barry sembari meletakkan gitarnya. "Kantin Ekonomi buka nggak sih Dhis ?"
"Buka deh rasanya...Tapi malas jalan.." Mas Yudhis meletakkan ketipungnya, kemudian menyandarkan diri ke tembok. "Aku titip deh Bar.."
"Yaudah..siapa yang mau ikut aku ?" Tanya mas Barry kepada semuanya.
Akhirnya jadilah 4 orang ikut mas Barry. Sementara Karin, mas Yudhis dan Ihsan tinggal di ruang BEM. Suasana sempat hening sejenak, kemudian Mas Yudhis buka suara.
"Eh Karin, kamu temennya Sade ya?" Tanya mas Yudhis kepada Karin yang saat ini sedang terlarut dalam novelnya.
"Ha ?" Karin terkejut mendengar pertanyaan mas Yudhis. "Eh iya mas..Aku temennya Sade..kenapa mas ?"
"Haha nggak apa-apa.." Mas Yudhis tertawa pelan. "Aku baru tahu kalau kalian ternyata deket baru-baru ini.."
Karin mengerutkan kening. "Maksud mas ?"
"Sade itu adekku Karin.."
Karin menatap mas Yudhis sembari menganga. Kaget sekaget-kagetnya. Pantas saja, ketika awal ia melihat mas Yudhis, ia merasa mas Yudhis mirip dengan seseorang. Dan ternyata orang tersebut adalah Sade. Betapa sempitnya kota ini. "Seriusan mas ? Pantes aja mas..."
"Lah kenapa ? Sade nggak pernah cerita ke kamu ? Katanya kalian deket ?"
"Nggak pernah..Sade Cuma cerita dia punya 2 kakak..Tapi nggak pernah nunjukkin foto atau apapun..Dan Sade nggak pernah cerita punya kakak disini.." Karin menceritakan. "Seriusan dunia sempit banget yaa..Tapi emang sih waktu awal aku ngeliat mas Yudhis, aku ngerasa mas Yudhis mirip seseorang..tapi bingung siapa..Ternyata duplikatnya Sade..."
"Sade kali yang duplikatku.." Mas Yudhis nyengir.
Diam-diam Karin mengamati mas Yudhis. Kesamaan mereka adalah, sama-sama punya lesung pipit dan sama-sama manis senyumnya. Jika mas Yudhis orang yang ramah dan murah senyum, Sade orang yang cenderung lebih dingin dan jarang tersenyum. Mas Yudhis sedikit lebih putih dibanding Sade. Sungguh, 2 orang yang sempurna. Pikir Karin.
"Kok bisa-bisanya Sade nggak cerita punya kakak disini..Lebih-lebih ternyata kakaknya satu keorganisasian sama aku.." Karin geleng-geleng, nggak habis pikir.
"Seperti yang pernah aku bilang kan Karin, keluargaku itu jarang kumpul.." Mas Yudhis tersenyum. "Kamu tahu kan kampusnya Sade...apalagi kalo ada praktikum dan sebagainya..Biasanya Sade itu sampe rumah malam banget..jam 11an bahkan lebih..Paling pagi jam 7 jam 8an..itupun dia langsung masuk kamar.." mas Yudhis menceritakan. "Kalo weekend dia lebih sering sama temen-temennya diluar, begitu juga aku..Sade aja nggak tahu aku masuk BEM. Jangankan Sade, orangtuaku aja nggak tahu..."
"Tapi mas Yudhis deket sama Sade ?"
"Lumayan.." Jawab mas Yudhis sembari mengambil gitar. "Kalo lagi kumpul biasanya ngobrol seperlunya..paling banyak masalah kuliah..masalah pribadi nggak pernah..Sade orangnya lumayan tertutup...Cuma kalo dibandingin sama Bima, kakakku yang pertama, Sade lebih deket sama aku dibanding dia..."
"Iya sih awalnya Sade emang orangnya kalo nggak kenal keliatannya dingin..Tapi lama-lama kelamaan ya sama aja..Resek bawel pula..haha.." Karin menceritakan sedikit mengenai Sade.
"Masih sering keluar sama Sade, Rin ?"
"Humm udah jarang.." Karin menjawab singkat. Ia sudah mau bercerita bahwa Sade sibuk dengan mantannya, tetapi Karin langsung menghentikan niatnya. Bisa gawat kalo mas Yudhis tahu bahwa orang yang ia ceritakan sewaktu tahun baru adalah adiknya sendiri. "Nggak liburan ke Eropa lagi mas ?" Karin mengalihkan pembicaraan.
"Nggak Rin..Kayaknya semester ini ngaplo aja di rumah...." Cerita mas Yudhis. "Kalo nggak nanti kita keluar bertiga sendiri gitu..Jalan-jalan kek.."
"Boleh juga mas.." Jawab Karin tersenyum. Kemudian ia kembali membaca novelnya, dan pikirannya melayang-layang.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja
RomanceBegitulah cinta, tidak pernah terprediksi. Tidak semua langsung bertemu dengan pelabuhan yang tepat, melainkan melewati pelabuhan-pelabuhan lain terlebih dahulu. Atau mungkin harus merasakan kerasnya gelombang kehidupan, barulah kita menemukan cinta...