"Nah yaaa..yang lagi diomongin sudah datang..."
Karin disambut riuh rendah para manusia-manusia di beranda ketika ia baru saja tiba di rumah orang tua Sade sekitar pukul 7 malam. Mereka adalah teman-teman BEM Karin selama kuliah dahulu. Dan diantara kerumunan tersebut, ada mas Yudhis yang juga sedang melihat ke arahnya.
"Ya ampun kaliaan..." Seru Karin setengah berlari menuju tempat gerombolan 8 manusia di tempat tersebut. Nampak ada mas Barry, Fani dan beberapa teman-teman yang lainnya. Time flies ya, batin Karin. Semuanya sudah berubah.
"Duh bule Jerman apa kabarnya nih..." Celetuk mas Barry sembari menyalami Karin.
"Haha baik-baik aja...duh mas Barry tambah kurus nih yeee.." Karin menggoda sembari tersenyum jahil memegangi perut mas Barry yang sekarang sudah kempes. Ia masih ingat waktu kuliah dulu mas Barry termasuk gendut tapi menggemaskan.
"Begitulah..jadi malu dibilang kurus..." mas Barry pura-pura tersipu. Semuanya tertawa melihat kelakuan mas Barry.
"Cie Fani jadi hijabers nih sekarang..." Karin gantian menggoda temannya yang duduk di sebelah mas Barry.
"Haha...Alhamdullilah Rin..." Fani tersenyum manis. "Kamu juga tambah cantik..mentang-mentang jadi bule Jerman.."
Satu per satu, Karin menyalami teman-temannya semasa mereka masih menjabat di BEM universitas. Tak sering mereka tertawa mengingat masa-masa mereka sewaktu di kampus dulu. Entah masalah rapat, perubahan fisik, bahkan cinlok diantara anggota BEM waktu itu. Dan sekarang, giliran Karin menyalami mas Yudhis.
"Hai mas..." Sapa Karin, sedikit kagok. Tak seperti ketika ia menyapa teman-temannya tadi.
"Cuit...cuit...cinta lama belum kelar niiih..." mas Barry bersemangat menggoda kedua temannya ini. Diantara yang lainnya, mas Barry yang paling tahu cerita tentang mas Yudhis dan Karin terdahulu. Dan akhirnya, jadinya semuanya ikut-ikutan menggoda Karin dan mas Yudhis.
"Apaan sih..." mas Yudhis melotot ke arah mas Barry, menyuruhnya diam. Kemudian, mas Barry memberi komando dengan tangannya kepada teman-temannya agar diam. Kemudian suasana mendadak hening.
"Apa kabar ?" tanya mas Yudhis sama kagoknya sama Karin. "Kata ibu waktu Sade kemarin nggak ada, kamu kesini..."
Karin mengangguk. "Iya..tapi aku nggak lihat mas Yudhis. Mas Yudhis kemana ?"
"Pas itu masih di Thailand Rin..baru bisa pulang besoknya..."
"Ummmm..." Karin manggut-manggut, tanda mengerti. "Pengajiannya selesai jam berapa tadi mas ?"
"Tadi jam setengah 8 selesai, Rin...." Jawab mas Yudhis sambil tersenyum. "Tadi kamu dicariin ibu tuh...."
"Oh ya ? Ibu dimana sekarang mas ?"
"Di dalam ibu...Lagi sama Bapak juga..Yuk kuanterin ke dalam...Bentar yaa.." Mas Yudhis berpamitan kepada teman-temannya untuk mengantarkan Karin ke dalam. Lagi-lagi, mereka harus rela mendapat sorak riuh rendah dari teman-temannya.
Mas Yudhis mengantarkan Karin ke ruang tengah. Nampak Bapak dan Ibu mas Yudhis sedang merapikan peralatan yang tadi mereka kenakan untuk acara pengajian 7 harinya Sade. Dan mereka langsung menghentikan aktivitasnya ketika mas Yudhis menyapa mereka.
"Ini bu ada Karin..."
"Tante..maaf ya Karin tadi nggak sempet datang ke pengajian...Hari ini dari pagi tiba-tiba diminta kantor cabang buat urus pekerjaan sini" Kata Karin penuh penyesalan kepada wanita itu. Kemudian wanita tersebut maskit dari tempat duduknya dan memeluk Karin, serta mencium pipi kanan dan kiri Karin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja
RomanceBegitulah cinta, tidak pernah terprediksi. Tidak semua langsung bertemu dengan pelabuhan yang tepat, melainkan melewati pelabuhan-pelabuhan lain terlebih dahulu. Atau mungkin harus merasakan kerasnya gelombang kehidupan, barulah kita menemukan cinta...