Mungkin ?

184 1 0
                                    

Pertengahan Desember, 2008

Hari ini awal minggu tenang bagi kampus Karin, sebelum menyongsong UAS awal tahun nanti. Minggu tenang yang benar-benar tenang. Karin mengawali dengan jalan-jalan ke mall bersama Shella, sebelum 'badai UAS' benar-benar menyerang mereka.

"Tetiba kok aku pengen ngopi di tempat biasa ya, Rin..." celetuk Shella tiba-tiba, saat mereka selesai melihat-lihat buku di Gramedia.

"Random amat permintaanmu Shel..." Karin menatap Shella. "Disini juga ada excelso kan...."

"Lebih merakyat tempat biasanya, Rin..." Shella nyengir. "Kesana yuk sekarang...."

Akhirnya, dengan sedikit gerutuan Karin mengikuti kemamuan Shella. Habis...ngapain juga ke tempat yang setiap hari diasosiasikan sama deadline tugas ? kayak nggak ada cafe lain aja di Surabaya...batin Karin.

15 menit kemudian, mereka tiba di coffee shop langganan. Karin mencari tempat duduk yang biasanya ia gunakan kalau disini, paling pojok dan menghadap jalan, sembari Shella memesan menu. Kemudian Karin melemparkan pandangannya ke sekitar cafe. Hari ini lumayan lenggang, karena masih siang. Coba malam...isinya pasti full anak kampus se-antero Surabaya.

Tiba-tiba, ia teringat Sade. Terakhir kali ia kesini satu bulan yang lalu bersama Sade. Ia masih ingat betul ekspresi Sade ketika menceritakan tentang kedekatannya kembali dengan Dira. Amat berbinar. Mungkin memang Sade benar-benar bahagia bisa bertemu kembali dengan Dira.

Lalu...bagaimana dengan kedekatan mereka selama ini ?

Karin mencoba mengingat-ingat kisahnya dengan Sade. Dibanding dengan Dira, Sade lebih dekat dengan Karin hampir setahun ini. Mereka sering ngopi bareng, atau jalan-jalan di sekitar rumah Karin sambil ngobrol. Sade yang amat perhatian sama Karin. Sade yang cuek tapi tetep mau denger segala keluh kesah Karin tentang perkuliahannya. Sade yang selalu ada buat Karin hampir setahun ini. Sudah hampir sebulan ini, mereka juga nggak smsan atau chat seperti biasanya. Mungkin Sade sedang sibuk berbahagia dengan Dira.

Tapi, kenapa kesannya aku kok kayak kehilangan banget ya? bukannya seharusnya sebagai teman aku ikut bahagia dengan Sade dan Dira ? Toh, mereka selama ini memang berteman, kan ?Pertanyaan itu hampir setiap hari menghantui Karin.

  "Ngelamun aja..." Tiba-tiba Shella sudah ada di depan Karin, membawa nampan berisi hot chocolate dan vanilla hazelnut. "Akhir-akhir ini tak perhatiin kamu sering amat bengong...Ada apa sih ?"

"Nggak apa-apa...." Jawab Karin seadanya. "Mana minumanku..."

Shella meletakkan nampannya dan kemudian Karin mengambil mug berisi hot chocolate nya. Sambil menatap jalan, lagi-lagi ia kembali teringat Sade.

"Kayaknya aku udah nggak pernah denger cerita lagi tentang Sade...apa kabarnya dia ?" Tiba-tiba, Shella menceletukkan pertanyaan yang sebenarnya ia hindari. Sialan, kayak berasa telepati gini sih sama dia.

Karin mengangkat bahu. "Entahlah...uda hampir sebulan juga nggak kontakan.."

"Lah tumben ? Biasanya everyday  kalian kontakan...at least meskipun nggak tiap hari...selalu aja kalian kontakan..."

"Lagi sibuk sama Dira kayaknya..." jawab Karin seadanya. Ia kembali meneguk hot chocolate .

"Loh balikan lagi ? Kok kamu nggak cerita sih..." Shella nampak terkejut.

"Yakali cerita masalah begitu..Lagian entah sih balikan apa enggak..Setahuku mereka deket lagi..Itu cerita Sade terakhir sama aku...."

"Kayaknya kamu kok muram gitu sih cerita tentang Sade ? Biasanya semangat sambil ketawa-ketawa...Hayooo kenapa...."

"Eh apaan sih...Biasa aja..." Karin mencoba mengelak. Tapi Karin tahu temannya satu ini, paling paham dengan dirinya. Hampir 3 tahun berteman, Shella selalu secara tepat membaca isi pikirannya.

"Ngerasa ada yang hilang, ya ? Pantesan kamu sekarang hobi ngelamun gitu......" Shella menatap penuh selidik kepada Karin sambil tersenyum usil. "Udah kubilang kan Karin, pertemanan cowok dan cewek itu nggak ada yang murni...pasti salah satu ada yang punya perasaan lebih... udah deh nggak usah ngelak, iya kan ?"

"Entahlah...aku nggak ngelak apa yang kamu bicarakan, tapi nggak mengiyakan juga..." Karin memilih menjawab 'ngambang'. Toh dia sendiri juga nggak paham, perasaan apa ini. "Mungkin juga ngerasa kehilangan temen ngobrol gila-gilaan aja sih..secara kan aku rutin juga kontakannya hampir 6 bulan ini...that's all...."

"Karin...Karin..." Shella tertawa. "Kayak nggak paham aja...nggak usah gengsi deh...kamu sebenernya suka kan sama Sade ? tapi kamu berusaha ngelak terus, menanamkan mindset kalo kalian selama ini cuma temenan aja. Nggak usah munafik deh, kamu ngerasa seneng kan dapet perhatian dari Sade ? liat aja smsnya Sade ke kamu..care banget gitu...Tapi lagi-lagi kamu membentengi perasaanmu sendiri...karena mau nggak mau, Sade ada hubungannya sama masa lalumu....."

Karin terdiam. Kenapa omongan Shella kali ini bener sih ?

"Wajar kok kalo memang kamu ada rasa sama Sade...Sade juga baik sama kamu...Tapi ya itu tadi, karena Sade selama ini memperlakukan kamu sebagai teman yang baik, sebagai teman yang baik kamu juga harus tetep mendukung keputusannya sama Dira..toh kalau memang buat kamu, pasti ada jalannya kok.."

"Yah...aku sendiri juga nggak ngerti apa yang tak rasain sekarang...." Karin menghela nafas, menatap Shella. "Let it flow aja deh Shell...."

"Udah nggak usah muram kayak gitu deh....nggak enak tauk diliatnya...." Shella menepuk tangan Karin pelan. "Kemarin lusa pas mas Yudhis main di kantin Psikologi, sempet juga nanya ke aku lho kamu kenapa...kayaknya lagi nggak semangat gitu ?"

"Oh ya ?" Karin nampak terkejut. "Kok tiba-tiba tanya gitu ?"

"Tauk....dia tanya mungkin kamu lagi sakit atau apa..abis katanya di ruang BEM kamu diem mulu nggak rame kayak biasanya...tuh orang lain aja merhatiin kamu lagi muram...makanya, jangan sedih terus deh...."

"Duh iya-iya, bawel..." Karin kembali meneguk hot chocolate nya sambil memikirkan kebenaran kata Shella, mungkinkah memang dia memiliki perasaan kepada Sade ?

                                                                                      ***

SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang