Oktober, 2014
Satu hal lainnya yang membuat dia menyesal adalah ketika ia memutuskan untuk menolak lamaran mas Yudhis. Waktu itu bulan Oktober, beberapa minggu setelah mas Yudhis akhirnya di wisuda. Ia mengajak Karin untuk berjalan-jalan di sekitar taman kota, menikmati pemandangan malam.
"Duh nyamannya..." Ujar Karin sembari tersenyum, menikmati udara malam ini yang begitu sejuk.. Ia melihat pemandangan di sekitar taman kota yang hari ini tidak terlalu ramai. Mungkin karena juga masih hari-hari kerja.
"Enak yaaa...Coba Surabaya kayak gini yaa.." Timpal Mas Yudhis.
"Betah kali ya di Surabaya kalo gini ceritanya..." Karin terkekeh. "Kan abis ini mas Yudhis udah balik lagi ke Surabaya..Siapa tahu bisa ngomong ke walikotanya konsep taman di Jerman gini..."
"Boleh juga sih..Tapi baliknya harus sama kamu..." Jawab mas Yudhis sembari tersenyum kepada Karin.
"Kok harus sama aku ?"
"Kan kamu bakalan jadi istriku...Bukannya istri harus ikut suami ?"
Karin terbelak. "Ha ? Haha mas Yudhis yakin banget..Bukannya mas Yudhis sudah punya pacar yaaa.."
"Emang kapan aku bilang udah punya pacar ?"
"Dulu yang pernah aku tanyain itu.."
"Emang aku ngeiyain ?"
"Ng..nggak juga sih..." Karin nyengir.
"Karin.." mas Yudhis menatap Karin . "Kalau aku sudah punya pacar..Aku nggak bakalan jauh-jauh sekolah ke Jerman buat sama-sama kamu..Sebenarnya bapak kasih alternatif pilihan waktu itu..Antara Jerman sama Inggris..Tapi aku milih disini karena aku Cuma pengen ketemu kamu..Dan untung aja yang disini sekolahnya bagus jadi bapak nggak masalah..Dan kalau aku sudah punya pacar, aku sekarang jalannya ya sama pacarku toh..ngapain jalan sama kamu. Iya kan ?"
Karin hanya terdiam. Speechless mendengar penjelasan mas Yudhis.
"Mungkin...Ini saatnya aku ngomong..Karin aku suka sama kamu..Mungkin sejak pertama kali Barry ngenalin aku sama kamu di BEM...Awalnya suka biasa..Sampai pada akhirnya aku mengenal kamu lebih dalam..Maka timbul rasa sayang..Sayang ingin melindungi..Tetapi waktu itu aku sadar, kamu sudah sama Sade..Jadi aku lebih memilih menyayangimu dengan cara lain..Menjadi sahabat adalah salah satunya.." mas Yudhis bersiap melanjutkan kata-katanya lagi. "Hingga akhirnya kamu putus sama Sade..Waktu itu aku yang pengen ngelupain kamu jadi nggak bisa..Kita hampir setiap hari ketemu dan lihat keadaanmu seperti itu..aku nggak tega..Aku pengen ngelindungin kamu..Pengen ngelakuin apapun asalkan kamu nggak sedih kalau inget Sade..dan sejujurnya waktu kamu memutuskan ke Jerman..Aku bener-bener sedih..ngerasa kesepian dan merasa sudah nggak ada harapan lagai buat sama kamu..Sampai akhirnya bapak nawarin buat sekolah di Inggris atau Jerman, akhirnya aku lebih mencari beasiswa ke Jerman ini..Aku Cuma pengen ketemu kamu..dan Cuma pengen ngelindungin kamu...Kamu mau Rin, hidup sama aku...jadi istriku ?"
Karin takjub sekali lagi. Mas Yudhis melamarnya dengan cerita dan untaian kata yang menurutnya..teramat sangat romantis. Ia gugup, entah mengapa. Tetapi ia sendiri tidak tahu perasaanya kepada mas Yudhis. Ia hanya takut melukai mas Yudhis jika bersama..Karena mas Yudhis tahu bagaimana ia masih menyayangi Sade..
"Mas Yudhis..ngelamar aku ?" Tanya Karin setelah mereka terdiam beberapa saat.
"Iya Karin..Aku..nglamar kamu..."Jawab mas Yudhis sedikit gugup. "Lalu..apa jawabanmu ?"
Karin masih terdiam. Ia tahu, ia sangat nyaman dengan mas Yudhis, dan selalu ada jaminan tidak pernah tersakiti tapi... ia merasa mas Yudhis terlalu baik untuknya.
"Mas Yudhis..Karin sebenarnya juga sayang mas Yudhis..karena mas Yudhis selalu memberi jaminan rasa aman dan nyaman ketika Karin sama mas Yudhis..." Kata Karin. "Tetapi mas..Mas Yudhis berhak dapat yang lebih baik dari Karin...Karin merasa selama ini merepotkan mas Yudhis..dengan cerita-cerita Karin tentang Sade..mas Yudhis juga tahu Karin masih sayang sama Sade..Mungkin hingga hari ini..Karin belum bisa melupakan Sade..dan hal itu..Karin takut membuat mas Yudhis sakit karena Karin...dan Karin..masih takut untuk menjalin hubungan serius..."
"Apakah sama sekali nggak ada celah untuk aku Rin ?"
Karin terdiam. Sungguh memang hal ini adalah hal terbodoh yang ia lakukan ; menolak orang yang jelas-jelas akan selalu memberi jaminan kenyaman untuknya. Tetapi Karin merasa, ia memang tidak pantas mendapatkan orang seperti mas Yudhis.
"Berbahagialah mas dengan yang lebih baik dari Karin..Karin nggak pantes buat mas Yudhis..."
Mas Yudhis kemudian terdiam. Nampak kekecewaan jelas tergambar di wajahnya. Karin tak mampu berbuat apa-apa selain terdiam. Suasana yang tadi hangat mendadak menjadi dingin. Tak ada satupun kata yang terucap hingga akhirnya mereka masing-masing kembali ke apartement masing-masing. Karin tahu, akan banyak merubah sebuah kondisi dengan apa yang terjadi hari ini.
***
29 Oktober 2014.
Setelah pertemuan 2 minggu lalu, Karin tidak pernah bertemu mas Yudhis. Selain Karin disibukan dengan pekerjaannya, mas Yudhis juga sama sekali tidak menghubunginya. Dan Karin mulai merindukan mas Yudhis. Merindukan kebersamaannya, merindukan hal-hal konyol yang dilakukan bersama mas Yudhis..Tetapi ini semua menjadi pilihannya. Dan memang Karin harus bersiap dengan segala perubahan.
Andai ada waktu, mungkin Karin akan berusaha memperbaikkinya dan meminta maaf. Tetapi sepertinya sudah tidak ada. Hari ini, mas Yudhis berpamitan kepada Karin, untuk kembali ke Indonesia. Waktunya dipercepat, karena Bapaknya sudah menanti mas Yudhis .
"Maaf Karin..Aku sempat bilang ke kamu kalau...harusnya bulan November besok aku berangkat ke Indonesia, tapi bapak minta aku buat segera karena staffku keluar...Dan bapak nggak mau cari orang lagi...."
Pagi itu, mas Yudhis mengetuk pintu apartemen Karin. Ia sudah bersiap dengan 1 koper yang ia bawa. Dan Karin yang tidak tahu apa-apa perihal keberangkatan mas Yudhis dimajukan, jelas-jelas kaget.
"Jadi..mas Yudhis balik sekarang ?" Tanya Karin, lirih. Ia merasakan kesedihan yang mendalam. Belum hilang kesedihan karena kenaifannya, sekarang ia harus menghadapi bahwa mas Yudhis akan meninggalkannya lagi.
"Iya..Kamu..jaga diri ya disini Rin.." mas Yudhis tersenyum menatap Karin. "Sempetin pulang ke Indonesia ya..kamu sama sekali nggak pernah pulang kan.."
Karin mengangguk pelan. Ia berusaha menahan air matanya agar tidak keluar.
"Pesawatku jam 10 Rin..Jadi aku sekarang harus berangkat..." Kata mas Yudhis kemudian. "Terima kasih untuk semuanya Karin...."
Mas Yudhis kemudian memeluk karin, sebagai salam perpisahan. Setelah itu mas Yudhis beranjak meninggalkan apartemen Karin.
Mas Yudhis semakin jauh, dan Karin hanya terpaku di tempatnya. Ia tak mampu menahan, dan tak punya hak menahan. Mas Yudhis berhak berbahagia dengan kehidupannya.
Dan setelah mas Yudhis benar-benar pergi, Karin akhirnya menangis. Menyesali kenaifannya sendiri...
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja
RomansaBegitulah cinta, tidak pernah terprediksi. Tidak semua langsung bertemu dengan pelabuhan yang tepat, melainkan melewati pelabuhan-pelabuhan lain terlebih dahulu. Atau mungkin harus merasakan kerasnya gelombang kehidupan, barulah kita menemukan cinta...