Pertengahan Januari, 2008.
Seperti jodoh, teman pun datangnya juga tak terduga. Dimana dan kapan, itupun tak ada yang tahu. Sebelumnya, Karin tidak pernah membayangkan bisa berteman baik seperti ini dengan Sade, sosok yang masih ada kaitana erat dengan masa lalunya. Sejak pertemuan mereka hampir sebulan lalu di coffee shop, hampir tiap hari mereka bertemu via chatting di yahoo messenger. Terkadang, Sade terlebih dahulu yang menyapa, dilanjutkan dengan obrolan-obrolan ringan walau pada akhirnya Sade selalu mengolok Karin gagal move on dari Ardi. Seperti kemarin, setelah Karin selesai mengikuti UAS, Sade minta ditemani makan pangsit di daerah kampusnya yang terkenal se-antero Surabaya. Walaupun itu pertemuan kedua mereka, tapi rasanya mereka sudah lama kenal, karena selalu saja saling mengejek dan menggoda satu sama lain.
"Aku masih amazed aja kalian bisa akrab banget...padahal tipenya Sade susah banget akrab sama orang dalam waktu singkat" Ujar Shella keesokan harinya, saat mereka lagi makan siang di kantin. Shella sendiri merupakan teman terdekat Karin selama di bangku kuliah ini, sekaligus teman SMA Sade dan Ardi. "Setauku, dia bener-bener bisa akrab cuma sama Ardi sama Derry...Emang sih dia punya geng..Tapi ya cuma sekedar ikut ngumpul dan yang paling diem diantara lainnya..."
"Si sade segitunya ya sampe kamu speechless..." Karin menatap Shella bingung. "Tapi emang sih...Aku juga nggak nyangka. Dulu pas ketemu dia, diem banget..Malah aku yang sering ngobrol sama si Dira..."
"Ye itu mah namanya jaim soalnya ada si cewek..." Timpal Shella.
"Tapi pas dulu Ardi ngajak Sade ke rumahku, dia juga diem orangnya...nggak grapyak kayak sekarang...kali pengkaderan di kampusnya sukses yaa bikin dia jadi grapyak gitu...Emang kenapa sih kayaknya kok aku kesalahan gitu bisa akrab sama Sade ?
"Nggak ada...." Jawab Shella sambil menusukkan garpu pada bakso terakhirnya. "Tapi feeling ku kayaknya dia ada rasa deh sama kamu..."
"Ada rasa pale lu !" Karin melemparkan tissue ke arah Shella. "Kebanyakan nonton ftv sih...kurang-kurangi lah...Baru kenal akrab aja baru-baru ini..."
"Kan kamu tahu sendiri..tipe Sade nggak gampang akrab..Lah ini, ketemu baru beberapa kali sama kamu udah akrab banget gitu...Dulu aja sama si Dira, sama temen-temennya juga nggak pernah kayak gitu...cenderung dingin..." Jawab Shella. "Lagian kodratnya, cewek sama cowok itu nggak bisa cuma berteman aja...pasti salah satu ada yang punya rasa lebih...."
"Aduh..pikiranmu terlalu jauh ah Shell..." Karin kali ini tertawa, nggak habis pikir sama temennya satu ini yang emang demen nonton ftv. "Kayaknya bakso 2 porsi bawa pengaruh buruk buat kesehatan otakmu Shell..."
"Kampret ! Pokoknya awas aja kalo nanti-nanti sampe omonganku bener...Kudu traktir !"
"Gampang....Mau apa sih ? Tapi pinjem kartu kreditmu ya..."
"Bocah gemblung !!" Umpat Shella. Karin cuma bisa tertawa melihat kelakuan Shella. Kemudian mereka masih melanjutkan obrolan mereka yang lain, hingga akhirnya Karin merasakan HPnya bergetar.
SMS dari Sade
From : Sade
Hei. Nganggur nih. Km ngapain ?
Tumben-tumbenan nih orang SMS, pikir Karin. Biasanya Sade lebih suka ngobrol via YM, katanya lebih hemat daripada harus SMS. Kalaupun SMS, cuma bilang "ol ym yuk, nganggur nih..."
Kemudian Karin membalas SMS Sade.
To : Sade
Tumben SMS ? biasanya males sms. di kampus sama Shella, nunggu pengumuman remidi.
5 menit kemudian, balasan datang di HP Karin. Dari Sade.
From : Sade
internetku mati. Eh btw, ada Maliq & D'Essentials awal bulan di TP. Jadi nonton ?
Satu kesamaan mereka adalah ; mereka sama-sama suka band jazz Maliq & D'Essentials. Karin yang sebenarnya memberi info terlebih dahulu kepada Sade tentang hal ini. Kemudian, Karin sempat lupa dan untung saja Sade mengingatkannya.
To : Sade
Oh iya aku nyris lupa. Yuk nntn breng. Sapa tau kita dapet jodoh breng2 jg disna ;p kalo km bli tket dluan aku ti2p ya,bgtu jg sbliknya. Ok ?
Tak berapa lama kemudian Sade menjawab dengan singkat "OK". Kemudian Karin mengembalikan hpnya ke dalam tas, dan melanjutkan obrolannya dengan Shella.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja
RomansaBegitulah cinta, tidak pernah terprediksi. Tidak semua langsung bertemu dengan pelabuhan yang tepat, melainkan melewati pelabuhan-pelabuhan lain terlebih dahulu. Atau mungkin harus merasakan kerasnya gelombang kehidupan, barulah kita menemukan cinta...