Beri Cinta Waktu

387 2 0
                                    

10 Februari 2008

Akhirnya, tiba juga hari yang dinanti oleh Karin dan Sade, yaitu konser Maliq & D'essentials. Karin nyaris saja tidak diperbolehkan berangkat oleh Ibunya, karena kebetulan supirnya sedang mengantar Papa Karin keluar kota. Sade kemudian memberikan solusi bahwa ia akan menjemput serta mengantarnya pulang, agar Ibu Karin percaya dan mereka tetap menonton

"Sorry banget ya ngrepotin jadinya...Ibu ribet banget sih, nggak percayaan sama anaknya..." Ujar Karin ketika mereka perjalanan untuk menonton.

"Ya wajar kali Rin namanya Ibu sama anak ceweknya kan gitu...Kalopun nanti aku punya anak cewek, ya nggak kubolehin berangkat sendiri kalo keluar malam, lah..." Jawab Sade sambil tetap konsentrasi dengan kemudinya. "Kamu sih ngeyel....bilang katanya beres supirmu pasti anter...dipikir supir cuma punya kamu aja....."

"Yeeee....abis Papa jarang pake supir sih De...." Karin tetep nggak mau kalah. "Udah sana nyetir yang bener...bawa anak orang ini pulang dengan selamat nantinya...."

"Ogah...pulang aja sendiri naek angkot...." Ledek Sade. Karin refleks langsung memukul Sade. "Woy...sakit tauk nabrak gak tanggung lho ya..."

Sekitar pukul 7, mereka tiba di cafe yang dituju. Sade kemudian meminta waitress untuk mencarikan tempat yang cukup strategis. Untung saja nggak terlalu ramai, jadi dengan mudah waitress menemukan tempat untuk mereka.

"Pernah kesini sebelumnya sama Ardi, Rin ?"

"Yeeee...Ardi lagi....nggak ada nama lain ?" Karin langsung sewot. Sade tertawa puas melihat Karin.

"Atau mungkin kamu udah nyiapin suara buat nyanyi lagu-lagunya Maliq yang ada hubungannya sama Ardi ?"

"SADE..STOP !" Karin langsung melotot dan memukul Sade. Sade masih tetap tertawa melihat Karin. "Ku pukul lho terus lho ya kalo nggak stop !"

"Ampun ampuuun...." Sade meringis. "Aduh laper nih..." Sade celingukan mencari waitress, tak berapa lama kemudian, waitress datang dan membawakan buku menu. Begitu ia melihat menunya...ia pun mengurungkan niatnya untuk memesan.

Karin menatapnya heran sekaligus geli. "Kenapa nggak jadi pesen ?"

"Mending makan sate apa nggak nasi goreng ondomohen ketimmas harus makan disini..nggak kenyang, mahal lagi.." Sade setengah berbisik. "Nanti habis pulang temenin makan ya? Nggak apa kan..."

"Hahaha..it's oke lah..." Karin tertawa pelan. "Lagian kenapa juga nggak beli ? Aku pikir kamu biasa makan di tempat beginian.."

"Mending makan di emperan daripada makan kayak gini Rin..ngabisin jatah uang saku..Mana porsinya nggak seberapa" Sade nyengir. "Sial juga Maliq kenapa kudu tampil di tempat yang Cuma bisa pesen minum gini.."

Mau nggak mau Karin tertawa mendengar celetukan Sade.

2 jam berlalu, setelah home band menyajikan lagu-lagu old song,  Akhirnya yang ditunggu-tunggu, nongol juga. "And....here we are...Maliq and D'Essentiaaaalssss !!"

Semua pengunjung di cafe tersebut bersorak ria begitu para personil Maliq menampakkan dirinya ke atas panggung. Nampak Angga, vokalis cowok Maliq menyapa para pengunjung cafe. "Yaak...selamat malam..are you ready to make this night so fuuuun ?"

"Yaaaayyy !!" Karin berteriak kegirangan.

"So....let's fuuun !!!!" Musik mulai dimainkan. Walaupun Karin tidak mengetahui isi 1 album lagu Maliq, ia menikmati lagu yang dibawakan oleh band ini. Nampak pula Sade begitu enjoy menikmati musik-musik yang disajikan. Selang 2 lagu, akhirnya lagu terdiam dinyanyikan. Sade dan Karin ikut bernyanyi.

"Ini lagunya buat Ardi yaa ?" Tanya Sade di tengah keriuhan pengunjung yang ikut bernyanyi.

"Ha ?" Karin tidak mendengar. Sade akhirnya sedikit berteriak. "Ini lagu buat Ardi yaaa ?"

"Sadeeeee...." Karin mencubit pelan lengan Sade. Sade Cuma tersenyum usil dan ikut kembali bernyanyi. Setelah lagu terdiam, dilanjutkan dengan lagu Kangen.

"Nah kalo ini pasti lagumu buat Dira.." Giliran Karin tersenyum usil kepada Sade.

"Kangen aku pada dirimuuuu tiada akan dapat ku obati..." Dengan gayanya yang dibuat-buat, Sade bernyanyi sembari menunjuk Karin.

"Ih..ga banget deh ah.." Karin mengibaskan tangannya, sembari terkekeh. Sade tak peduli. Ia melanjutkan gaya noraknya.

Dua lagu terakhir, kemudian Maliq memperlambat tempo lagunya. "Kayaknya abis ini lagunya Untitled nih De...." Ujar Karin pada Sade. "Buyar dong abis ini....."

"Lagu ini buat kalian yang masih belum bisa move on dari masa lalu..." Ujar Angga, diiringi nada lambat. "Yang masih berharap kembali bersama...ya, semoga keputusannya untuk kembali nggak salah ya...."

"Jangan-jangan...." Gumam Karin pelan, belum sempat terjawab, Angga sudah mulai menyanyikan"Dengarlah bisikku...saat ku merindumu....."

Sade langsung melirik Karin, menyadari raut wajah Karin yang berubah. Awalnya Sade ingin meledek, tapi ia mengurungkan niatnya. Mungkin lagu ini memorable banget buat Karin. Batin Sade.

"Bilakah kau tahu.....Ketika kau jauh...Menangis hatiku....."

"Rin..." Sade menyodorkan tissue untuk Karin. "Jaga-jaga...."

Karin tertawa melihat Sade menyodorkan tissue. "Nggak segitunya kali De...nggak bakalan nangis juga aku....Cuma keinget aja, ini favoritnya Ardi...." Ujar Karin. Kenapa juga harus lagu ini sih, batin Karin. Membuatnya kembali mengingat kenangan-kenangan terdahulu, apalagi lagu ini kesukaan Ardi.

"Kalo masih sayang, perjuangin gih daripada nyesel kayak aku..." Sade berusaha menghibur, kemudian menepuk bahu Karin.

"Hahaha..Nggak perlu lah De...wong cuma keinget aja..masih sayang bukan berarti harus balik..." Karin tersenyum menatap Sade. "Udah ah nggak usah dibahas...Malah bikin tambah males..." Kemudian mereka tetap ikut menyanyi hingga lagu terakhir.

Tepat pukul 11 acara ini selesai. Kemudian, sesuai dengan kesepakatan tadi, Sade mengajak Karin untuk makan sate kelapa ondomohen, yang ternyata merupakan tempat kaki lima favorit Sade. Di samping seberang sate tersebut, terdapat nasi goreng walikota mustajab yang merupakan favorit Karin. Akhirnya, mereka berdua sama-sama memesan nasi goreng dan sate. Seperti orang kelaparan.

"Ya Tuhan kita kayak orang kelaparan..." Karin tertawa sendiri melihat porsi makan mereka yang termasuk banyak.

"Hahaha sekali-kali lah jadi orang maruk..laper banget disana berasa makan angin..." Sade tetap melanjutkan makannya. "Dan aku baru nyoba kalo nasi goreng ini enak maset..."

"Lah kemana aja ?"

"Kan kalo kesini aku Cuma makan sate aja..." Sade masih sempat-sempatnya berbicara walaupun mulutnya penuh makanan. Kurang dari setengah jam Sade sudah meludeskan semua menu yang ia pesan. Sementara Karin masih memakan sate yang tersisa 5 tusuk.

"Ya ampun Sade...mau nih sateku ? Aku udah kenyang btw..." Karin takjub melihat Sade yang mampu mengahbiskan semua makanannya.

"Itu jatahmu.. Udah habisin..daripada kamu kurus nanti aku dimarahin Ardi..."

"Aduh..Ardi lagiiii..." Karin melotot, menatap Sade gemas. Kemudian seperti biasanya mereka saling serang menyerang. Tak peduli di pinggir jalan dan sempat dilihat orang. Mereka terus saling mengejek, bahkan hingga perjalanan pulang.

"Akhirnyaaaa....thanks ya De.." Karin bernafas lega setelah ia tiba di depan rumahanya.

"Haha sama-sama Rin.." Jawab Sade, kemudian ia tiba-tiba mengacak rambut Karin. "Jangan sedih lagi yaaa..."

Karin tertawa. "Haha kagak...thanks yaaa...Night De...." Ujar Karin sebelum menutup pintu mobil Sade

"Night too..." Jawab Sade sambil tersenyum. Tak berapa lama kemudian, mobilnya beranjak meninggalkan rumah Karin.

***

SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang