Awal Februari, 2009
Mbak mbak serius amat baca bukunya. Bukain dulu napa yang disini :p
Karin yang sedang duduk santai di beranda pekarangan rumahnya, sedikit terusik dengan bunyi SMS yang mampir ditelinganya. Karin segera membukanya, dan 5 detik kemudian menyadari bahwa orang yang mengirimkan SMS adalah Sade.
Ia langsung berlari menuju pagarnya dan membukakan pintu. Sade nampak lebih ganteng dari terakhir mereka bertemu. Mereka terdiam sejenak. Tiba-tiba suasana berubah menjadi canggung. Dan jantung Karin berdetak kencang. "Hai.." Akhirnya Karin membuka pembicaraan.
"Hai mbak-mbak yang sibuk banget baca bukunya.." Sade nyengir, mencoba menghilangkan kecanggungan yang barusan terjadi. "Apa kabarnya Rin ?"
"So far so good lah..." Karin tersenyum. Diam-diam Sade mengamati Karin. Karin semakin manis, walaupun sedikit lebih hitam dari dulu. Pipi tembamnya tidak akan pernah menjadi kempes rupanya, pikir Sade. "Yuk masuk yuk.." Tersadar, bahwa daritadi mereka ngobrol di depan pagar, Karin mempersilahkan Sade untuk masuk dan mengajaknya duduk di tempat favorit mereka, di kursi beranda Karin yang menghadap langit secara langsung.
"Sombong amat nih mas...nggak pernah ada kabar..." Sindir Karin setelah mereka duduk. "Mentang-mentang udah punya begitu lupa teman..huu..."
"Yee apaan...Praktikum ku makin menggila..nggak manusiawi deh yaa..tahu sendiri kan kampusku.." Keluh Sade. "Oh ya dapet salam dari mas Yudhis..tadi pas aku ajak kesini nggak bisa..Dia futsal sama temen-temen SMAnya.."
"Kamu itu bisa-bisanya De punya kakak yang satu kampus sama aku nggak kamu ceritain.."
"Haha bukannya aku nggak mau cerita..kupikir mas Yudhis itu bukan orang penting di kampus..Lha kerjaannya cuma mikirin futsal kalo nggak ya cangkrukan.....Baru aja akhir-akhir ini aku tahu dia jadi menpora gara-gara dia dulu pernah jadi ketua UKM Futsal..."
"Emang gimana ceritanya kalian tahu kalo sama-sama kenal aku ?"
"Waktu itu aku ngedit fotomu..terus mas Yudhis masuk ke kamar..lihat..tanya apa kenal sama kamu yauda cerita dikit-dikit.." Sade mulai bercerita. "Ya sejak itu akhirnya mas Yudhis sering cerita masalah kuliahnya..Ya yang kutahu mas Yudhis emang Cuma kluyuran aja..kalo di rumah hobinya belajar mulu.."
"Haha tapi emang sebenernya aku udah ngerasa..pas pertama ketemu mas Yudhis mikir..kayaknya familiar sama dia..mirip sapa..eh nggak taunya..Masmu sendiri.."
"Sama-sama ganteng kan kita ? " Kata Sade narsis sembari mengusap rambutnya.
"Yee maunya.." Karin mendorong pelan Sade. Kemudian ia tertawa
"Mas Yudhis jomblo lho..Udah 3 tahunan..nggak mau sama dia ?"
"Yee apaan..." Karin melotot.
"Orangnya itu pemilih banget..nggak gampang jatuh hati..Anti selingkuh.."
"Ya syukurlah..nggak kayak adeknya hobi nikung !"
Akhirnya jadilah mereka saling mengejek satu sama lain, seperti biasanya. Kangen juga ya suasana seperti ini, batin Karin.
"Kalo dipikir-pikir udah lama ya kita nggak gila-gilaan gini..kangen juga.." Kata Sade setelah mereka mengakhiri 'perang mulut'nya. Seperti telepati, Sade seakan tahu isi hatinya.
"Salah sendiri..kuliah kok di kampus sibuk.." Ejek Karin. "Eh btw..gimana kabarnya Dira ?"
"Yaaa..biasa aja.." Jawab Sade datar. Karin mengamati perubahan wajah Sade. Ada apa ?. "Mungkin emang lebih baik kita nggak bareng lagi Rin..Udah beda.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja
RomanceBegitulah cinta, tidak pernah terprediksi. Tidak semua langsung bertemu dengan pelabuhan yang tepat, melainkan melewati pelabuhan-pelabuhan lain terlebih dahulu. Atau mungkin harus merasakan kerasnya gelombang kehidupan, barulah kita menemukan cinta...