Jerman, 2011-2012

100 2 2
                                    

Tidak banyak hal yang diingat oleh Karin selama ia berkuliah dan kerja di Jerman. Hari-harinya berjalan seperti biasa..tidak ada yang terlalu istimewa. . Ia hanya ingat 2 hal yang membuat hatinya naik dan turun. Yang pertama, ketika suatu hari di tengah malam pertengahan tahun 2011, Karin menerima 2 email sekaligus.

From : Ardiana Shella  <dianashella@gmail.com>

Date : 2011 – 06 – 13

Subject : be though.

To : Karina Kanaya <karinakana@gmail.com>

Baru dapat surat undangan dari Sade..Dia 2 minggu lagi bakalan nikah sama Dira.. i'm sorry to say..aku nggak tahu kamu diundang apa nggak seharusnya ibu dapat undangannya juga. Be though darl, i love you <3 cepat pulang ya .

Tak berapa lama kemudian, ada 1 email lagi masuk. 15 menit setelah email dari Shella

From : Sadewa Ramadipura <sadepura@gmail.com>

Hai Karin, maaf  ya kalau aku cuma bilang dari email. Mau ngabarin, tanggal 28 besok aku ngadain resepsi pernikahanku sama Dira di Surabaya. Undangannya sudah aku kirim ke rumahmu sebenarnya dan ibumu langsung yang terima. Berharap kamu bisa datang  Karin. Thankyou :)

Saat itu Karin hanya mampu terdiam. memandang kedua email tersebut. Setelah hari itu, ia tidak menangis sama sekali. Tetapi ia merasa seraasa tubuhnya runtuh, dan bolong dimana-mana. Ketika hari-H tanggal 28. Karin memilih untuk membolos kuliah dengan alasan sakit. Dan seharian ia menangis sejadi-jadinya. Hancur sudah harapannya. Sudah tak ada lagi jalan untuk bersama. Sade benar-benar menutup pintu hatinya untuk Karin. Bahwa yang pernah mereka lalui selama ini tidak pernah berarti di mata Sade.

Itu hal pertama. 6 bulan kemudian, ia menerima kembali email. Tapi kali ini email dari mas Yudhis. Selama di Jerman, mereka rutin sekali saling mengirim kabar melalui email atau bbm. Cuma memang, hampir 2 minggu lamanya mas Yudhis tidak mengirimkan kabar. Dan ini tiba-tiba mas Yudhis mengirimkan kabar yang membuat Karin terkejut.

From : Yudhistira Ramadipura <yudhistirar@hotmail.com>

Hai Karin. Sori ya nggak bales emailmu selama 2 minggu ini. Sama kayak kamu dulu pas mau ke Jerman, aku sekarang juga repot begitu. Ngurus visa juga, lalu surat-surat lainnya. Fuuh walaupun uda pernah bantu kamu ngurus begitu, ternyata repot juga ya.

Haha pasti kamu bingung baca paragraf pertama emailku ini. Aku dapat beasiswa S2 Akuntansi di Uni Mannheim. Bapak nyuruh aku buat ngelanjutin disitu, katanya bagus. Dan pada akhirnya sementara pekerjaanku di handle sama staffku disini. Padahal aku pengen kerja. Maksud hati biar cepet nikah gitu (secara uda dilangkahi adek sendiri,hehe.)

Aku mulai kuliah bulan April. Tetapi sepertinya Januari aku sudah kesana, karena mau memperdalam lagi kursus bahasa Jerman disana (lebih afdol gitu katanya). Dan aku juga sudah tanya informasi tempat tinggal di apartemenmu, katanya masih ada tempat. Kalau kamu di lantai 5, aku di lantai 3. Lumayan kan kamu jadi nggak sendirian kalau mau cari makan.

Nanti tanggal pastinya aku nyampe disana, aku kabarin lagi ya :D

Karin tersenyum membaca email dari mas Yudhis. Akhirnya, Tuhan mengabulkan doanya. Ia berharap ada salah satu teman dekatnya datang berkunjung ke Jerman, entah berlibur atau sekolah seperti dia. Dengan begitu, ia merasa memiliki 'teman' yang bisa diajak ngobrol apapun. Bukannya selama di Jerman Karin tidak memiliki teman, melainkan memang ia membatasi diri dan menghindari untuk menceritakan kisah pribadinya yang justru akan membuka luka lama.  Karin segera membayangkan, hari-harinya setelah ini pasti lebih berwarna.


***

5 Januari 2012.

Karin baru saja akan meninggalkan kamar apartemennya ketika ia mendapat seseorang berdiri di depan kamar sebelah Karin. Karin terdiam sejenak, memastikan penglihatannya tidak salah.

"Kamu kok kayak ngelihat hantu gitu sih Rin..." Mas Yudhis tertawa melihat ke-kikuk-an Karin.

"Ini beneran mas Yudhis kan ? Aku nggak mimpi ?" Karin memastikan kembali memastikan penglihatannya. Ia mengamati seksama perubahan mas Yudhis. Badannya sedikit berisi, tetapi wajah ganteng di balik kacamata minusnya tidak pernah berubah. Begitu pula lesung pipitnya yang tetap ada ketika tersenyum.

Mas Yudhis tertawa. Ia berjalan menghampiri Karin dan kemudian memeluknya, erat. Karin balas memeluknya lebih erat lagi sembari meneteskan air mata.

"Apa kabarnya Karin ? Masih cengeng ya kamu..." Kata mas Yudhis sembari tersenyum usil dan mengusap pelan kepala Karin.

"Enak aja aku nggak cengeng !!" Jawab Karin sembari berusaha mengusap air matanya. "Katanya mau ngabarin kalau datang kesini..tau gitu kan kujemput di bandara..."

"Emang sengaja kok.." mas Yudhis nyengir. "Kamu mau ke kampus ?"

Karin mengangguk. "Iya mau konsultasi aja sih sama dosen...Biar cepet lulus"

"Oh iya ya habis gini lulus...Aku jadi minder deh.." Canda mas Yudhis.

Karin terbahak. "Ikut aja yuk mas daripada kamu nganggur di kamar..nanti kita cari sarapan dulu..Gimana ?"

Mas Yudhis mengangguk, kemudian mengikuti Karin melangkah.

***

SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang