"Did you ever fall for someone you know you shouldn't? Try hard to fight your feelings, but you just couldn't? You fall deeper with each passing day, but try to hide it in every possible way."
***
Aku yang sedang memindah-mindah channel televisi buyar karena getaran-getaran yang berasal dari handphone-ku, kayaknya ada yang spam nih.
[LINE]
Adit nyebelin: maaf ya udh cerita ke orang-orang
Adit nyebelin: olip maaf:(
Adit nyebelin: janji deh, ga gitu lagi.
Adit nyebelin: olip jangan marah ya:(
Aku mengganti display name-nya jadi 'Adit nyebelin' abisnya aku kesal dia cerita ke orang-orang.
Olivia: ya
Satu notifikasi yang hampir membuat handphone-ku terlepas dari genggamanku.
Davin: jam 4 udah siap ya Oliv:)
Aku lupa ada janji sama Davin, ah bodo sama Adit yang nyebelin. Aku melirik ke arah jam dinding yang bertengger manis di kamarku. Jam setengah empat?!?! Anjir.
Akupun bergegas mengambil handuk dan segera berlari ke kamar mandi.
***
Entah kenapa hatiku kembali senang ketika jalan berdua bersama Davin.
"Woi dek, mau kemana lo?"suara bang Raka mengagetkanku yang sedang mengikat rambutku.
Aku tersenyum manis ke bang Raka, "Mau jalan sama Davin."
"Davin siapa dek?"aduh ada mama lagi. Ni pasti kepo-nya mama kumat.
Aku cengengesan, "Davin temen sekolah Oliv, ma."
Ku lihat mama mengangguk, dan bang Raka mengendik acuh sambil berjalan ke arah ruang keluarga. Abang macam apa lo ka.
"OLIV, TEMEN LO TUH SUDAH JEMPUT."teriak ka Aca yang sedang berlari-lari dari arah pintu depan.
Aku segera menyalami tangan mama, "Ma, Oliv jalan dulu ya."
Mama mengangguk, "Jangan pulang malem, kecuali tuh temen kamu jamin kamu baik-baik aja pas pulang."
"Iya mama."
***
Davin menatapku dalam, anjir kalau kayak gini mah lama-lama gagal move on lagi eh. Aduh Davin senyumanmu itu loh.
"Vin, jangan lihatin gue kayak gitu dong."ucapku salting
Davin tertawa sambil mengambil salah satu sepatu ditoko ini, "Kenapa liv? Takut jatuh cinta ya sama gue?"
Iya vin, takut jatuh cinta yang kedua kalinya sama kamu.
"Gak lah. Pede abis."sanggahku. Perkataan dihati sama dimulut beda jauh.
Davin tersenyum, "Yaudah yuk ke kasir. Gue udah nemu sepatunya nih."
Aku mengangguk malu.
Kamipun berjalan bersama. Beberapa pasang mata melirik ke arah kami, ada yang menatap dengan pandangan kagum ke Davin, ada juga yang memberi tatapan benci denganku. Aku tahu, aku tak secantik mereka yang menurut mereka aku tidak pantas berjalan dengan Davin. Aku menunduk menatap sepatuku.
"Ish ga cocok amat, cewenya pendek gitu."
"Mungkin cewenya adeknya tu."
"Cowonya ganteng banget anjir. Sayang,cewenya pendek trus ga cakep-cakep amat juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are
Teen FictionAku adalah perempuan biasa saja, perempuan yang sangat susah melupakan seseorang dimasa lalu. Sampai akhirnya ada dia yang mencoba membantuku move on, tapi dia sempat membuatku sakit hati dan membuatku ingin dia menjauh dari hidupku, kenyataan berka...