Chapter 11 : Kue mangkuk

372 49 6
                                        

AUTHOR'S POINT OF VIEW

Shawty-Shawty - Austin Mahone

Ini adalah malam yang indah. Bahkan paling indah dan jauh dari perkiraan Dave. Meskipun rencana menonton film romance atau action tidak terwujud, tapi itu tidak membuat kencan nakad-nya dengan Clove membosankan, namun justru sebaliknya.

Setelah selesai makan malam, Dave dan Clove kembali ke lapangan parkir yang ada di puncak gedung bioskop. Tidak terlihat lagi jajaran mobil memadati disana, hanya tersisa mobil sedan hitam milik Dave dan beberapa mobil lainnya.

Namun, malam indah tidak selalu berakhir mulus. Baru saja akan membuka pintu mobilnya, Dave tiba-tiba merasakan sakit yang begitu hebat pada luka tusukannya. Dia terhenti dan berusaha menahan, memegangi perut bagian kirinya. Clove yang sudah duduk di kursi penumpang, kontan melejit keluar dari mobil saat melihat Dave sudah meringis kesakitan sambil terduduk di tanah.

"Dave? Kau kenapa?!" Tanya Clove khawatir sembari memegangi lengan Dave tidak sampai tergeletak.

"Awh!" Dave meringis kesakitan. Dia semakin tidak kuat menahan rasa perih yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Sebelumnya, Dave tidak pernah merasakan sesakit ini.

Sepasang mata Clove tiba-tiba terbelalak saat melihat bercak darah pada blouse yang terlihat jelas mulai melebar di bagian perut Dave. "Dave perutmu berdarah!" Teriak Clove histeris. "Ayo cepat! Kita harus kerumah sakit sekarang."

Dave yang tidak mampu bergerak lagi, kini dituntun masuk ke dalam mobil. Clove mengambil alih kemudi untuk membawa Dave menuju rumah sakit terdekat. Dia semakin panik bukan kepalang saat mendengar Dave terus mengeram kesakitan di kursi bagian belakang.

Sebenarnya apa yang sudah membuat perut Dave berdarah? Pertanyaan itulah yang kini berkecamuk hebat di pikiran Clove.

Dave langsung di larikan ke Unit Gawat Darurat, sementara Clove menunggu di luar. Duduk lalu berdiri secara berulang-ulang, sesekali melirik ke dalam ruangan yang tampak hening, tempat Dave ditangani. Gadis itu berusaha tenang dan akhirnya terduduk juga di sebuah kursi sembari menyandarkan punggungnya.

"Apa kau keluarganya?" Tanya seorang dokter yang baru keluar dari ruangan tersebut.

Clove langsung bangkit dari kursinya dan menghujani dokter itu dengan banyak pertanyaan. "Bukan, saya bukan keluarganya, saya hanya teman. Bagaimana keadaannya dokter? Dia sakit apa? Apa sakitnya begitu parah?"

"Dia tidak apa-apa. Hanya saja jahitan bekas luka tusuknya masih basah. Luka tusuknya itu lumayan besar, sekitar 6-7 senti. Sepertinya jahitan pertamanya dijahit tidak sesuai dengan prosedur. Beruntung dia cepat di larikan ke rumah sakit sebelum infeksi. Saya sarankan untuk tiga hari kedepan dia harus istirahat total di tempat tidur sampai lukanya benar-benar kering."

Clove megangguk mengerti, namun otaknya mulai berpikir sesuatu yang tidak bisa cerna saat itu juga. Luka tusuk? Jahitan tidak sesuai prosedur? Sebenarnya apa yang sudah terjadi padanya? Kenapa Dave bisa mendapatkan luka itu dan melakukan jatihan pada lukanya sendiri? Benar-benar mengerikan.

"Jadi apa dia boleh pulang atau tetap di rawat disini?"

"Dia boleh pulang. Dengan catatan, istirahat total dan jangan terlalu banyak bergerak. Jangan lupa juga menebus obat juga vitaminnya. Resepnya akan aku siapkan."

"Oh, begitu. Ya sudah terimakasih banyak dokter. Apa saya bisa menemuinya sekarang?"

"Baiklah, silahkan. Saya permisi dulu."

SPACES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang