[COMPLETED + Trailer]
-JUDUL TELAH DIUBAH-
(Tahap editing)
Pertemuan Clove Jocelyn McTaggert kembali dengan sang ayah, Bradd McTaggert serta adiknya, Chloe Juddith McTaggert di Los Angeles, California, menjadi pertemuan terakhir yang begitu tragis...
Dave dan Clove kembali ke kamar dan mendapati satu koper hitam berukuran sedang sudah tegeletak diatas kasur.
"Kau tidak usah khawatir, aku kan sudah bilang jika aku sudah menyiapkan semuanya." Dave menunjuk koper itu dengan mengangkat dagunya.
Clove berlari kearah koper dan membukanya.
"Jadi koper ini berisi baju-baju untuk ku?" Clove menoleh kearah Dave.
"Iya. Baju-bajuku juga ada disana."
Dilihatnya ada beberapa pasang baju perempuan dan laki-laki. Mulai dari kaus, piyama, dress dan perlengkapan lainnya. Setelah Clove mengambil salah satu kaus santai dan celana jeans dari koper koper itu, dia langsung menuju kamar mandi dan membersihkan dirinya.
Sementata menunggu gilirannya untuk mandi, Dave duduk santai di atas sofa dan mengamati pemandangan pantai dan langit yang mulai menghitam. Mengingat ponselnya tidak dia cek seharian, dia cepat-cepat meraih benda pipih itu dan membuka fitur pemberitahuan.
Mungkin ada hal penting yang dia lewatkan.
5 missed call.
Dave mengerutkan dahinya bingung. Nomor tidak dikenal sudah menelponnya 5 kali. Tanpa pikir panjang, Dave langsung menelpon balik nomor itu.
Mungkin nomor baru ayahnya atau mungkin rekan kerja The Hot Knife.
"Hallo? Siapa ini? Maaf aku tidak menja─"
"Hallo Dave?" Suara perempuan menyahut dari seberang sana. Membuat Dave seketika membulatkan matanya terang-terangan.
"Emily?"
"Ya, Dave aku Emily. Maaf aku menelpon mu, aku hanya ingin─"
"Ada apa?" Dave menjawab malas.
"Aku hanya ingin berterima kasih padamu karena sudah menolongku saat kecelakaan itu."
"Cuma itu? Tidak masalah."
Hening. Tidak ada yang berbicara tapi keduanya masih menempelkan telepon itu ditelinga.
"Dave? Apa tidak ada lagi kenangan masa lalu kita di hatimu?"
"Jangan bahas soal itu lagi. Kita sudah berakhir. Semua sudah tidak berarti lagi dan aku tidak mengharapkanmu kembali lagi." Dave berkata setengah kesal.
Saat Clove mematikan showernya, sayup-sayup terdengar suara Dave mengobrol dengan seseorang di luar. Clove penasaran. Dia melangkah keluar namun tidak langsung menghampiri Dave yang tengah duduk membelakanginya.
"Tapi aku menyesal, Dave."
"Sudahlah Em, penyesalan itu sampai kapanpun tidak akan ada artinya. Mulai saat ini berhentilah berharap jika kita akan kembali bersama karena semuanya tidak akan pernah terjadi. Kita sudah punya jalan masing-masing..."
Dave tanpa sadar menoleh 180 derajat ke arah kamar mandi. Di lihatnya Clove sudah berdiri didepan pintu menatapnya datar. Dave spontan mematikan ponsel itu dan mendekat ke arah Clove.
"Siapa itu?" Clove bertanya.
"Ngg─bukan siap-siapa. Tidak penting." Dave menjawab grogi.
"Tapi─"
"Aku mau mandi dulu. Badanku sudah lengket sekali."
Dave berlalu masuk ke kamar mandi, meninggalkan Clove dengan rasa penasarannya. Ponsel milik Dave yang terkapar di atas kasur sangat menggoda Clove untuk meretasnya.
Hatinya dirundumg penasaran dengan siapa Dave bicara tadi. Ditambah, gelagat Dave sangat mencurigakan, seperti ada yang dia sembunyikan.
Clove menekan tombol panggilan ke nomor itu. Ternyata suara perempuan menyahut. "Dave? Kau berubah pikirian?"
"Aku bukan Dave, aku tunangannya. Kau siapa?"
"Oh benarkah? Jadi selama ini Dave sudah memiliki tu..tunangan?" Suara Emily terdengar kecewa, "nggg─a...aku bukan siapa-siapanya. Selamat ya atas pertunanganmu dengan Dave. Dia pria baik."
Kemudian sambungan telepon itu terputus, bersamaan dengan Dave yang keluar dari kamar mandi.
"Kenapa kau melamun?" Tanyanya sambil menyisirikan rambutnya dengan jemari. Dilihatnya Clove sedang melamun kearah jendela.
"Tidak ada apa-apa." Jawab Clove datar.
"Ayo kita makan malam. Oh ya, Clove, besok pagi kita akan kembali ke Los Angeles. Jangan sampai kesiangan."
"Baiklah."
***
"Dave? Sebenarnya kau tadi bicara dengan siapa di telepon?" Clove menuai obrolan disela-sela waktu makan malam mereka di hotel tempat mereka menginap.
"Bukan siapa-siapa." Jawabnya. Masih tidak membagi perhatiannya dari makanannya.
"Jangan bohong."
Dave meletakkan pisau dan garpunya, memangku kepalanya dengan telapak tangan dan menatap Clove dengan tatapan menggoda. "Kenapa? Kau curiga kalau aku berbicara dengan selingkuhanku, huh?"
"Mungkin saja. Aku 'kan tidak tau."
"Kalau memang iya, memangnya kenapa?"
"Oh tidak apa-apa sih, tapi..." Clove mengambil satu pisang yang ada di atas meja makan mereka lalu memutarnya dengan brutal hingga terbelah dua, "milikmu akan berakhir seperti ini. Coba saja kalau berani." Lalu tersenyum lebar penuh ancaman.
"B─Ba─baiklah-baiklah. Dia bukan selingkuhanku. Tapi hanya sebatas mantan kekasih."
"Apa? Mantan kekasihmu?"
"Iya."
"Kenapa dia menelpon mu?"
"Memaksaku untuk kembali padanya." Jawaban Dave membuat Clove sedikit tersedak.
"Lalu? Kau menerimanya?" Jawab Clove sinis.
"Hmmm bagaimana ya?"
Clove hanya menatapnya kesal. Sementara Dave sengaja berpura-pura berpikir, "tentu saja tidak, Clove hahaha. Jangan cemberut begitu. Bagaimana bisa aku kembali padanya sedangkan kita berdua akan menikah."
Tatapan kesal itu berubah dengan senyuman merekah.
"Aku tidak akan pernah kembali ke masa lalu dan merelakan masa depanku denganmu. Kau percaya padaku kan?" Dave menatap lekat kedua mata Clove lalu menggenggam erat jemarinya.
"Aku percaya, Dave."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.