AUTHOR'S POINT OF VIEW
Maybe - Instrumental Love Son
Warning : 18+
Semalam Emily sudah dipindahkan ke ruang rawat. Dave juga masih tetap setia menunggu Emily sampai dia tertidur duduk dengan kapala diatas kasur tempat Emily terbaring. Dave terbangun, membuka matanya perlahan saat merasakan sentuhan tangan mengusap pelan rambutnya.
"Emily? Kau sudah sadar?" Dave terkaget. Dia cepat-cepat bangkit dari kursinya.
"Dave?" Panggilnya lirih.
"Its ok. Kau sudah baik-baik saja sekarang." Ujar Dave tersenyum samar.
Emily membuka alat bantu nafas di hidungnya dan berusaha mengatakan sesuatu. "Dave, maaf." Disentuhnya wajah Dave kemudian air mata Emily kembali tumpah.
"Aku sudah memaafkanmu, Emily. Sudah, kau jangan menangis. Aku tidak mau kau memikirkan itu dulu." Dave lalu membantu Emily untuk duduk duduk di kasurnya. "Kau pasti lapar. Ayo aku bantu kau untuk makan."
Dave dengan sabar menyuapi Emily. Sama seperti saat mereka masih bersama. Tak terlihat rasa benci sedikitpun di mata Dave, berbeda seperti pertama ia melihat Emily kembali di rumahnya. Semua itu membuat Emily tertegun. Hatinya seketika tersentuh, mengingatkan ia pada masa lalu indah bersama Dave. Ada perasaan bahagia saat melihat pria yang masih sangat ia cintai itu rela menunggunya hingga siuman sampai pagi dan tertidur di rumah sakit. Meskipun dia sadar bahwa apa yang dilakukan Dave hanya sebatas rasa kasihan. Dia justru tak melihat kehadiran Keith, kekasihnya disana. Di sisi lain, Emily juga menyimpan rasa bersalah yang amat besar terhadap Dave. Emily hanyalah gadis bodoh yang menyia-nyiakan pria yang sangat mencintainya demi laki-laki bajingan yang hanya bisa menidurinya hingga hamil.
Emily tiba-tiba tersadar dari lamunannya. Dia merasa ada yang janggal pada perutnya. Dipeganginya perut yang tak lagi besar itu lalu menangis dan memukuli perutnya frustasi.
"Bayiku!? Dimana bayiku?!"
Dave cepat-cepat mendekap Emily. Pelukannya memang mampu menenangkan hati siapapun.
"Emily, tenanglah."
Emily semakin terisak. Dia berteriak histeris tak sanggup menerima kenyataan bahwa bayi yang ada di kandungannya sudah tidak ada. Namun Dave tetap berusaha menenagkannya. Dokter tiba-tiba masuk dan memberikan suntikan penenang. Emily akhirnya tenang, bahkan jatuh pingsan.
"Emily?!" Seorang pria tiba-tiba masuk ke dalam ruangan rawat dengan panik.
Dave terkesiap. Matanya mengekor memperhatikan pria dengan kemeja formal putih fit ala kantoran dan dasi hitam mengikat di lehernya itu menghampiri Emily. Wajahnya begitu familir baginya. Itu Keith Ricard Ludwig.
"Kau ini bukan pacar yang baik ya." Ujar Dave sarkastik. "Kau bahkan tidak bisa di hubungi saat Emily mengalami kecelakaan."
"Siapa kau?" Keith menjawabnya sinis, "beraninya kau bicara seperti itu padaku!"
"Perkenalkan, namaku Dave Morgan." Dave mengulurkan tangannya, namun Keith enggan berjabat. Dave megepalkan kembali tanganya dan berjalan mendekat ke arah Keith. Ditepuknya bahu keith sekali.
"Seharusnya kau adalah orang pertama yang mengetahui kecelakaan Emily. Seharusnya kau yang menjaga Emily hingga dia sadar dan menenangkannya. Kau juga yang seharusnya berbicara pada dokter dan mendengar kabar bahwa bayi yang ada di kandungannya sudah meninggal─" Dave menohok begitu tenang namun tajam menusuk, "bukan-mantan-kekasihnya." Dave menekan setiap kata-kata terakhirnya nya begitu lantang.

KAMU SEDANG MEMBACA
SPACES
Fanfic[COMPLETED + Trailer] -JUDUL TELAH DIUBAH- (Tahap editing) Pertemuan Clove Jocelyn McTaggert kembali dengan sang ayah, Bradd McTaggert serta adiknya, Chloe Juddith McTaggert di Los Angeles, California, menjadi pertemuan terakhir yang begitu tragis...