AUTHOR'S POINT OF VIEW
Cry - Kelly Clarkson
Clove mengikuti saran Mike untuk ikut bersama Martin sampai keberangkatan mereka tiba.
Mereka berjalan melewati lorong demi lorong dan tangga gelap menuju lantai bawah tanah. Clove menatap sekeliling, hanya ada satu-dua lampu disana. Banyak pria-pria bertubuh besar dengan wajah seram dan tatto di sekujur tubuh mereka.
Sebagian dari mereka ada yang sedang memukuli samsak dan menembaki target dengan pistol. Clove merasa takut karena ini adalah pemadangan tak lazim baginya.
"Kau sudah makan?" Tanya Martin menuai obrolan.
Clove menggeleng pelan, namun matanya masih mengamati sekeliling.
"Kau harus makan sebelum kita berangkat. Ayo!" Martin menarik tangan Clove menuju satu ruangan dengan banyak loker di dindingnya─seperti barak.
Martin dan Clove duduk berhadapan di sebuah kasur tipis yang berjajar di sepanjang ruangan. Piring stainless ringan berisi daging burger dan salad yang Martin sediakan untuk Clove, sama sekali tak disentuhnya.
"Clove? Ayo makan. Kau bisa lapar nanti." Martin memecah keheningan setelah lama saling beediam. Dia memperhatikan Clove lekat-lekat yang masih tertunduk lemas meratapi piring di pangkuannya. "Clove? Apa kau baik-baik saja?"
Clove menegakkan kepalanya, menatap nanar kedua mata Martin, "ya, aku baik-baik saja."
"Mulai saat ini, aku adalah partner-mu. Jika kita menjalani suatu misi dengan tugas yang sama, aku adalah orang terpercaya dan terdekat denganmu dalam hal apapun dan juga sebaliknya. Baik itu dalam misi atau diluar misi."
"Maksudmu?" Clove mengernyitkan matanya bingung.
"Kau bisa menceritakan semua keluh kesah dan kegelisahanmu padaku meski bukan masalah kerja, tapi aku tidak akan memaksa, itu terserah padamu."
Clove malah diam, membasahi bibirnya dengan lidah, lalu menggaruk-garuk tengkuknya yang tak gatal.
"Oh iya, Clove. Ku lihat kau berlari keluar dari gedung Grifith Observatory dan menangis. Ada apa?"
Otak Clove seolah memutar kembali kejadian itu. Dadanya sesak seketika. Semua begitu menyakitkan untuk diingat, meluluh lantakkan segenap harapanya.
"Bagaimana jadinya jika kekasihmu mendua? Apa yang akan kau rasakan?" Clove bertanya, mengundang kebingungan di benak Martin.
"Tentu saja sedih, aku akan merasa sangat terluka, dan menyadari bahwa dia tak pantas untuk cinta ku. Apa Dave menduakan mu?"
Clove mengernyit heran. "Bagaimana kau bisa tahu dengannya?"
"Bukan mata-mata namanya jika aku tidak tahu siapa dia. Apalagi dia─"
"Apa?"
"Dia itu...pria tampan. Tentu saja ia sangat terkenal dimana-mana karena pesonanya itu." Martin berubah gugup, karena terpaksa harus berbohong. Hampir saja dia membongkar identitas Dave. Dia tidak ingin karena ulah mulutnya tadi, rencana Mike hancur dan menghancurkan semuanya.
Clove memutar matanya malas lalu memalingkan wajahnya kearah lain. "Ya, dia menduakan aku dengan wanita lain. Padahal kami akan segera menikah."
"Dia memang bajingan. Beruntung kau tahu bagaimana kelakuannya sebelum menikah." Martin tersenyum miris. Diremasnya pundak Clove untuk memberinya semangat, "Clove, itu wajar jika kau sedih dan menangis sekarang. Tapi ingat, lelaki seperti Dave memang tidak pantas untuk mendapatkan cinta tulus dari mu. Lupakan saja dia. Sekarang kau makan karena sebentar lagi kita akan segera berangkat."
***
"Sial! Kenapa semua jadi berantakan seperti ini? Harusnya Clove mendengarkan penjelasan ku dulu sebelum dia pergi dan memutuskan hubungan ini. Dan Emily? Argh! Kenapa dia harus datang lagi dan membuat semua jadi runyam. Dasar brengsek!"
Dave mengacak-acak rambutnya kesal, sesekali membenturkan kepalanya ke kemudi dengan frustasi.
Semua jadi kacau tak karuan. Dave pun tak tahu harus berbuat apa. Dia tidak ingin hubungan ini berakhir begitu saja karena sebuah kesalahpahaman. Dave sadar sepenuhnya bahwa dia salah. Tidak seharusnya dia memeluk apalagi mencium Emily saat itu. Jika saja dia tidak melakukan itu, semua ini pasti tidak akan terjadi.
Akhirnya, dengan kecepatan tinggi, Dave mengendarai mobilnya, menyalip mobil demi mobil di depannya. Pikiran Dave hanya ingin cepat-cepat sampai di rumah Clove dan menjelaskan semuanya. Tiba disana, Dave langsung berlari sekuat tenaga menuju pintu rumah Clove, berkali-kali dia mengetuk keras pintu dan jendela yang kini sudah terkunci rapat dan terlihat gelap di dalamnya. Lampu luar yang biasa di hidupkan kini padam, mengisyaratkan jika pemilik rumah sedang tidak ada di rumah. Namun Dave tak pantang menyerah. Bisa saja Clove sengaja mematikan lampu rumahnya padahal dia sedang ada di dalam."Clove aku mohon buka pintunya! Ada hal yang harus kita bicarakan sekarang! Clove, Aku mohon!" Pekik Dave sambil terus mengetuk.
"Tuan! Berhentilah mengetuk. Clove tidak ada di rumah itu." Kata Nyonya Elnina, pemilik rumah yang di sewa oleh Clove dari halaman rumah.
Dave berbalik dan menghampiri nyonya Elnina, "tidak ada di rumah? Dia belum pulang?"
"Dia tidak akan kembali lagi tuan, dia sudah pindah. Ini..." Nyonya Elnina menunjukkan kunci rumah Clove yang dia serahkan sebelum pergi ke Bougenville, "kunci rumahnya."
"Apa nyonya tahu kemana dia pindah?"
"Sayangnya, tidak."
"Ya Tuhan!" Dave meringis dan menggeleng putus asa, "terimakasih nyonya."
"Ya, sama-sama. Saya pulang dulu."
Dave terduduk lemas di atas tangga teras rumah itu, meratapi semua harapan yang sirna untuk menjelaskan semua kesalahpahaman ini. Semua berakhir terlalu cepat. Semua ini seharusnya tidak pernah terjadi. Menyesal, itu sungguh tidak ada gunanya, namun itulah yang sedang Dave rasakan. Dave terkesiap saat ponselnya bergetar di dalam sakunya. Sungguh! Dia berharap bukan pesan menyebalkan. Dave segera membuka fitur pesannya. Ternyata pesan dari sang ayah.
From : Big-Boss😈
Pulang sekarang dan siapkan dirimu. Besok pagi kita harus pergi ke San Fransisco.
Dave saja hampir lupa akan misinya. Kalau Ender tidak mengingatkannya barusan, Dave pasti tidak akan pulang malam ini. Akhirnya, dengan amat sangat berat hati, dia bangkit dari teras itu. Dave tak menangis, hanya saja hatinya hampa dan kosong tak rela. Sesekali dia menoleh, seolah masih memiliki harapan.
Tapi nyatanya tidak.

KAMU SEDANG MEMBACA
SPACES
Fiksi Penggemar[COMPLETED + Trailer] -JUDUL TELAH DIUBAH- (Tahap editing) Pertemuan Clove Jocelyn McTaggert kembali dengan sang ayah, Bradd McTaggert serta adiknya, Chloe Juddith McTaggert di Los Angeles, California, menjadi pertemuan terakhir yang begitu tragis...