[COMPLETED + Trailer]
-JUDUL TELAH DIUBAH-
(Tahap editing)
Pertemuan Clove Jocelyn McTaggert kembali dengan sang ayah, Bradd McTaggert serta adiknya, Chloe Juddith McTaggert di Los Angeles, California, menjadi pertemuan terakhir yang begitu tragis...
Sepanjang perjalanan, Clove tak henti-hentinya menatap keluar jendela. Meski sejauh mata memandang hanya hamparan laut biru dan indahnya gumpalan awan putih. Baginya, penerbangan ini adalah penerbangan paling berkesan dalam hidupnya. Selain pertama kali pergi ke Hawaii dengan pesawat pribadi, ini juga adalah kali pertamanya terbang bersama pria yang sangat ia cintai. Bukan pacar, tetapi calon suami.
Dave Peterson Morgan.
Pria itu tengah terlelap dengan menggenggam erat jemari Clove dan kepalanya tersandar lemas di bahu Clove. Dave kelelahan, dia tidak tidur semalaman untuk merencanakan kencan spesial ini. Tidak mengapa baginya, karena apapun akan dia lakukan demi kebahagiaan Clove.
***
Setelah 4 jam 45 menit berada di dalam pesawat, akhirnya Dave dan Clove tiba di Oahu, Hawaii.
"Kenapa tidak ke Honolulu, bukankah disana pantainya jauh lebih bagus?" Tanya Clove saat mereka berjalan menuju taksi yang akan membawa mereka ke hotel.
"Disana pantainya terlalu ramai. Nanti aku tidak bisa bemesraan denganmu, lagi."
Clove hanya mengangkat alisnya lalu mengangguk paham.
Hotel tempat mereka menginap sangat dekat dengan pantai Kahanamoku. Jendela kamarnya langsung mengarah ke pantai. Airnya nampak biru kehijauan dari atas sana. Pemandangan pepohonannya pun menjadi pelengkap manisnya pemandangan di sekeliling pantai itu.
"Disini ombaknya jauh lebih indah daripada di Honolulu." Dave berkata, dan merengkuh tubuh Clove dari belakang. "Dan aku sengaja memilih kamar langung menghadap ke pantai agar kau tidak bosan memandangi pemandangannya."
"Ini sempurna. Aku suka sekali, Dave..."
"Apapun akan aku lakukan demi kebahagiaanmu, meski itu membunuhku sekalipun."
Tanpa sadar air mata haru menetes dari pelupuk mata Clove. Dia benar-benar tak pernah menyangka akan sebahagia ini. Dia tak pernah menyangka jila ditengah perjalanan hidupnya, Tuhan akan menghadirkan Dave sebagai pengganti ayahnya. Sebagai pelangi setelah hujan badai. Sebagai mata air ditengah keringnya gurun. Sebagai cahaya di tengah kegelapan.
Clove cepat-cepat menyeka air matanya yang kini mengalir di pipi.
"Kenapa kau menangis?"
"Aku menangis bahagia."
"Bahagia saja sudah cukup. Tidak usah pakai menangis. Aku jadi tidak tega, tau."
"Ini lebih dari sekedar bahagia. Aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya."
Dave hanya tersenyum puas.
"Aku mencintaimu, Dave." Perkataan Clove membuat hati Dave tersentuh. Ini baru pertama kalinya Clove mengatakan cinta padanya.
"Aku juga sangat mencintaimu, Cupcake. Apa kau mau jalan-jalan ke pantai?" Ajak Dave.
Clove langsung menyeringai dan mengiyakan ide itu. "Itu ide yang bagus."
***
Dave dan Clove berjalan di pinggir pantai, memandang sekeliling dan menikmati semilir angin. Memang benar apa kata Dave. Pantai itu tidak terlalu ramai seperti di Honolulu.
Hanya ada beberapa peselancar yang memanfaatkan ombak tinggi nan indah untuk melakukan surfing, anak kecil yang sedang membuat istana dari pasir, dan yang paling menarik perhatian mereka adalah beberapa masyarakat wanita lokal dan anak-anak kecil yang menggunakan Pau atau rok untuk menari Hula yang terbuat dari rumput dan kalung dari gigi paus atau anjing.
"Dave lihat! Baju mereka bagus ya? Aku suka." Clove menuai obrolan saat mereka sedang duduk berdampingan di atas pasir pinggir pantai.
"Tidak ah biasa saja. Lebih bagus jika kau yang memakainya." Jawab Dave dengan penuh guruan.
Clove mencibir lalu memukul lengannya pelan. "Jangan berharap, ya."
Clove menyeka rambutnya kebelakang telinga, dilihatnya Dave sedang membuka kaus hitam yang ia kenakan lalu menyampirkannya ke pundak.
"Kenapa kau buka baju?"
"Ayo berenang, Clove. Air lautnya memanggil kita untuk cuddle di dalam sana."
Dave menyiku lengan Clove dengan senyum menggoda.
"Tidak mau! Aku tidak membawa baju ganti, tau." Jawab Clove setengah kesal, "kalau aku berenang, bagaimana nanti aku─"
"Ah jangan banyak bicara." Dave membungkam bibir Clove dengan sebuah kecupan, membuat gadis itu tidak bisa berbicara lagi.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dave menggendong tubuh Clove dan membawanya ke tepi pantai. Dengan jahilnya, Dave lalu menceburkan Clove ke laut dan membuat bajunya basah.
"Dave! Aku tidak bawa baju ganti! Kau ini menyebalkan sekali sih!"
"Aku tidak peduli."
Dave mendekap tubuh Clove di dalam air. Ia tidak melepaskannya, meski gadis itu meronta-ronta. Karena terlanjur basah, Clove akhirnya mau berenang bersama Dave dan bermain-main disana, saling mencipratkan air ke arah satu sama lain.
Tak terasa, hari sudah sore. Bermain-main di pantai membuat mereka lupa waktu. Sebelum kembali ke hotel, mereka tak melewatkan indahnya senja di pantai Kahanamoku sambil menunggu matahari terbenam.
Perlahan matahari itu seolah tenggelam di ujung lautan, disusul desiran ombak yang terus menghantam batu karang besar di tepi pantai. Dengan keadaan baju dan rambut yang masih basah, juga penuh dengan pasir, Dave dan Clove masih setia duduk berdampingan menghadap ke lautan.
Dave merangkulkan tangannya di pundak Clove, sementara perempuan itu menyandarkan kepalanya pada bahu Dave. Keduanya hanyut dalam ketenangan dan berharap sore ini tidak akan pernah berakhir.
"Ayo kita kembali ke hotel." Dave bangkit dari tempatnya dan menarik lengan Clove.
Clove tidak menjawab. Dia hanya mengangguk mengiyakan lalu berjalan di belakang Dave.