Airen Side
"Airen, apakah barang barang yang sudah kau bawa besok sudah kau siapkan?" pekik ayah dari luar kamarku.
"Sudah!!" balasku memekik. Aku kembali menghela nafas, dan mengemas semua koperku dan menaruhnya di sisi kamarku.
Aku membaringkan tubuhku, malam sudah menguasai. Aku memejamkan mataku, dan menghela nafas kuat.
See? Ia tak peduli denganku.
Aku memilih untuk tidur, dan menyiapkan energi untuk besok.
Besok, aku harus sudah siap. Besok, aku akan berangkat.
"Selamat tinggal, guru kesayanganku" ucapku sebelum akhirnya semua menghitam.
***
"Airen, apakah kau masih mengantuk?" tanya ibu, aku hanya menggeleng.
Waktu sudah menunjukan pukul tujuh, itu artinya aku sudah bisa berangkat menuju Netherland. Sekarang, kami berada dijalan menuju bandara.
Aku duduk di jok belakang, sedangkan ayah dan ibu duduk didepan, dan Oh! Tentu ayah yang mengendarai mobil ini.
Aku sendiri hanya bisa menatap kearah jendela dan mendengus, sebentar lagi aku akan pergi. Sedikit lagi, aku akan berpisah.
Kemarin, saat aku berkata aku tidak akan bertemu guru aneh itu atau aku tidak akan kembali padanya bukan berati selamanya aku ada di Netherland. Hanya saja, saat aku kembali nanti aku tidak akan mau bertemu dengannya lagi.
Hanya itu..
"Airen, kita sudah sampai bandara" ucap ayah menyadarkan lamunanku. Aku hanya menatap ayah, dan kemudian keluar dari mobilku dan membawa tas kecilku. Ayahku membawa koper milikku, dan memberikannya kepada petugas. Sebelum aku naik, ayah dan ibu sempat berpelukan dahulu denganku.
"Jaga dirimu baik baik nak" ucap ibu seraya memelukku.
"Ya, aku akan mengingat pesanmu" ucapku, dan melepas pelukan ibu.
Aku menatap kearah ibu dan ayah terlebih dahulu, sebelum aku memasuki pesawat.
Kemudian, aku melangkahkan kakiku menjauhi ibu dan ayah, menaiki eskalator menuju tempat khusus penumpang. Saat aku berada di eskalator, aku melihat seluruh isi bandara, namun aku tak mendapati guru aneh itu datang.
Sebentar lagi, eskalator ini akan mengantarku menuju lapangan pesawat.
Dan itu sebentar lagi..
***
Steven Side
Aku berjalan di depan bandara dan berlari masuk. Aku berlari mencari Airen disekitar lapangan, namun aku nihil. Aku tak menemukannya dimanapun, dan kemanapun. Aku terus berlari, dan sesekali menengok kearah kanan dan kiri.
Aku melihat salah satu eskalator, namun sepertinya aku tidak menemukan eksistensi Airen disana.
Dimana ia? Aku tak akan membiarkannya pergi begitu saja! Pergi semudah itu tanpa jangkauanku!
Namun tak lama, aku melihat kearah jendela dan saat itu juga aku melihat sebuah pesawat mulai terbang.
Jantungku berhenti, nafasku tersendat.
Kenapa rasanya aku kehilangan? Bisakah aku menjelaskan padanya barang sekali saja?
Apakah tak bisa? Mengapa sangat sulit?
Apakah ini yang Airen rasakan saat ia ingin menyampaikan kepergiannya padaku? Aku mengacak rambutku frustasi. Apakah pesawat menuju Netherland sudah pergi?
"Untuk para pengunjung yang terhormat, pesawat keberangkatan nomor 143 menuju Netherland sudah lepas landas. Silahkan, anda menunggu keberangkatan yang kedua kalinya"
Deg!
Sudah lepas landas?!
Aku hanya terdiam, dan tubuhku sudah gemetar.
Airenku, pergi?
Ia pasti salah paham! Kenapa, kenapa semuanya terlambat?
Ia berkata ia tidak akan bertemu denganku lagi!!
Apa yang harus kulakukan?
Sepertinya, aku harus mencari tahu.
Ia sepertinya berbohong. Yah, berbohong.
Sekalipun itu bertahun tahun, aku akan terus menunggunya. Tak peduli selama apa nantinya aku akan terus menunggu.
Karena, aku tahu aku akan terus mencintainya tiada henti.
Bahkan hingga hari ini..
KAMU SEDANG MEMBACA
My Posesive Teacher
Teen Fiction[Private, please follow if you want read it!] Airen, seorang anak SMU, ia terkenal dengan sikap kurang terpujinya itu. Namun, Airen menyukai seseorang. Steven, seorang guru yang mengajar disebuah sekolah, tentu itu adalah sekolah tempat Airen mencar...