AIREN SIDE
Aku memandang buku ku jenuh. Untungnya, pelajaran pertama adalah bahasa. Lalu fisika disusul oleh geografi. Baru, terakhir Matematika.
Aku penasaran dengan paras guru baru itu. Entahlah, semoga aku bisa mengerjai guru itu.
Sebenarnya, aku sedikit jenuh. Aku ingin bolos, tetapi karena aku ingin terlihat mempesona didepan orang yang kusuka, mau tak mau aku harus menjaga image di depan Hans.
Aku kembali menatap kearah papan tulis dan mencatat beberapa materi penting.
Namun, jam terus berjalan. Hingga tepat aku pada pelajaran Geografi.
Dan itu, membuatku sedikit, aneh?
Aku belum siap menghadapi guru baru dan Matematika.
Aku terus dan terus menatap kearah jam, namun tetap saja. Detik demi detik berjalan, dan menit demi menit terus melaju.
'Kriiinggg'
Ah tidak!! Pelajaran Matematika akan segera tiba!
Beberapa anak mulai memasukan buku geografi mereka, dan menggantinya dengan buku petunjuk masuk neraka.
Entah kenapa, aku sangat membenci pelajaran matematika.
Dengan berat hati, aku memasukan buku Geografiku kedalam tas, dan menggantinya dengan buku mengerikan itu.
Melihat sampulnya saja membuatku bergidik ngeri, apalagi melihat gurunya?
Tak lama, anak anak merapikan tempat duduk mereka, dan aku dapat mendengar suara langkahan yang begitu terdengar jelas ditelingaku.
Aku memejamkan mataku, aku tak ingin melihat wajah guru baru itu. Aku tak tahu, ia pria atau wanita, tetapi yang ku tahu, ia masih muda.
Ini menyeramkan!
"Beri salam!" ucap ketua kelas, aku memilih berdiri dengan memejamkan mataku. Takut melihat paras guru baru itu.
Murid murid pun memberi salam, dan kami terduduk. Aku masih memejamkan mataku, mungkin, aku akan terus menutup mataku.
Keheningan yang mulai menguasai kelas ini. Sebenarnya, aku agak sedikit bingung dibuatnya. Namun, aku memilih untuk tidak peduli.
"Sampai kapan kau terus menutup matamu?" tanya seseorang, refleks aku membuka mataku.
Aku terkejut, pria dihadapanku ini.. Yakin guruku?
Ia tampak muda, dan parasnya cukup tampan. Apalagi dibalut pakaian workholic nya. Astaga, dia ini sebenarnya masih muda.
"Kau.. Kenapa kau menutup matamu?" tanya pria itu, aku hanya menggeleng. Lidah ini terasa keluh untuk berbicara. Aku masih terpesona dengannya.
Tetapi, ia adalah guru bukan? Jadi, tetaplah berpikir rasional.
"Ia memiliki phobia terhadap sesuatu yang berbau matematika, mister" ucap salah satu murid yang membuatku memelototi dirinya. Sedangkan ia hanya nyengir menanggapi reaksiku.
"Jadi, kau punya phobia dengan matematika?" tanya pria itu, akupun refleks menatapnya dan mengangguk. Semoga saja, dengan jawabanku ini pelajaran Matematika segera dihapuskan.
"Siapa namamu?" tanyanya, aku hanya menatapnya bingung. Kenapa ia menanyai namaku?
"A-Airen?" ucapku, ia hanya mengangguk, dan menyilangkan kedua tangannya dan menatap kearahku.
"Dengarkan, Airen. Aku akan berusaha membuatmu tidak takut dengan Matematika. Matematika itu, menyenangkan" ucapnya tanpa nada dan kembali kemeja agungnya. Tentu meja guru!
"Oke, pertama, kita lakukan perkenalan. Pertama, nama saya Steven, dan umur saya adalah duakalinya umur kalian. Saya akan mengajari kalian Matematika, menggantikan pak Beno untuk sementara. Sepertinya, saya akan melihat profil kalian dan sepertinya tak usah terlalu mengadakan perkenalan yang terlalu mendalam. Buka buku kalian." ucap guru itu yang membuat harapanku sedikit pupus.
Padahal kuharap, ia akan memberiku kesempatan untuk bermain atau mengadakan jam kosong.
Namun, sepertinya itu hanya harapan.
Sebenarnya, aku tak menyangka, jika umurnya dua kali umurku, mengingat parasnya yang masih cukup muda. Tetapi, aku bisa apa?
Berpikir rasional, jika ia hanyalah seorang guru.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Posesive Teacher
Fiksi Remaja[Private, please follow if you want read it!] Airen, seorang anak SMU, ia terkenal dengan sikap kurang terpujinya itu. Namun, Airen menyukai seseorang. Steven, seorang guru yang mengajar disebuah sekolah, tentu itu adalah sekolah tempat Airen mencar...