Part 32 [He's Reason]

28.5K 1.3K 9
                                    

Airen Side

Aku membuka pintu toko buku, dan menyapa pelayan yang berdiri dikasir. Aku sesegera mungkin mencari buku yang kubutuhkan saat ini.

Aku mulai menyusuri setiap rak, dan melihat lihat banyak buku. Aku membaca beberapa sample buku, dan sesekali mendengus. Semua tentang romance yang bahagia.

Aku membawa sebuah buku, dan duduk disalah satu kursi yang ada di toko buku ini. Tapi, aku tidak terfokuskan pada semua tulisan yang ada di buku ini, melainkan aku terfokuskan pada kejadian tadi. Aku terkejut dan sedikit syok atas kejadian tadi. Aku memilih untuk bangkit, dan mungkin pulang. Rasanya aku ingin pergi lagi ke Netherland.

Aku menaruh buku tadi, dan mengambil salah satu buku di rak. Namun, saat tanganku menyentuh buku itu, ada tangan seseorang yang membuatku terdiam. Sontak, aku melihat siapa pemilik tangan itu dan terkejut.

Tidak.. Aku..

Aku terdiam memandang wajahnya, yang menurutku semakin tampan. Rasanya, mataku kembali panas. Tubuhku gemetar, dan rasa sesak itu kembali muncul dalam diriku.

Ia hanya berdiri dan memandangku, dengan senyum yang mengembang diwajahnya. Aku menggeleng, ini salah. Ia pasti sudah menikah bukan? Atau, anaknya sudah menangis dirumahnya?

Tapi, kenapa penampilannya tidak seperti seorang yang sudah menikah?

Kaos dan Jeans yang terlihat santai, namun terlihat berkesan bagiku.

Ia..

"Hai, Airen" sapanya. Aku.. Aku rindu dengan suara itu..

"H-hai.. Guru aneh" sapaku, dan berusaha menahan air mataku. Aku ingin menangis. Pertama, tak menyangka orang yang selama ini hanya menjadi bayang bayang dipikiranku ternyata hadir dihadapanku. Ia, tersenyum hangat kearahku. Dan kedua, masa laluku cukup buruk dengannya, sehingga setiap melihatnya aku merasa cukup sesak.

Aku menggeleng kuat, dan mengambil buku dari rak itu dan pergi meninggalkannya.

"Ai-Airen!" panggilnya, aku membayar buku itu dan melangkah pergi.

"Airen, dengarkan aku!" ucapnya yang berjalan disampingku, dan kemudian.. Ia menahan tubuhku. Ia menarik tanganku, sontak aku berbalik menatap kearahnya.

Dan saat itu pula, aku tak sengaja melihat goresan luka dilengannya.

Aku terkejut, dan menatap kearah matanya. Jadi.. Tadi itu..

"Dengarkan penjelasanku dahulu, okey?" ucapnya, aku terdiam sesaat.

Mungkin, aku memang harus mendengar penjelasannya dan tidak boleh terlalu egois. Walau aku tahu, waktu itu.. Sebelum aku pergi ia tidak peduli dengan perkataanku..

"Kita ke kafe Marry rose, dan aku akan mendengar penjelasanmu" ucapku mencari tempat yang cukup efisien untuk hal seperti ini. Ia tersenyum, dan kemudian menangguk.

Ada rasa senang aku bisa melihat senyum itu, namun rasa sesak mulai menghantuiku lagi.

***

"Sekarang, jelaskan apa yang ingin kau jelaskan. Aku tidak memiliki banyak waktu" ucapku.

Sekarang, kami duduk di salah satu kursi dekat jendela dengan secangkir moccachino yang ada dimeja kami. Ia duduk di hadapanku, dan ia menatapku penuh senyum.

Uh, senyumnya..

Ia mencondongkan sedikit tubuhnya, dan mendekatkan wajahnya kearahku. Aku senang dan jantungku berdegub kencang. Ada rasa nyaman dibenakku. Dan masalah aku tak akan bertemu dengannya lagi? Aku tak akan peduli, toh cepat atau lambat ia juga akan bertemu denganku.

"Kau ingat saat aku... Menjauhkanmu dulu?" tanyanya, aku hanya terdiam. Mataku memanas dan menatap kearah jendela.

"Itu memori terburukku, Mr. Steven" ucapku. Aku dapat mendengar ia hanya menghela nafas.

"Maafkan aku, tapi, aku ada alasan aku menjauhimu saat itu" ucapnya, aku hanya menatap kearah jendela. Pasti tentang Miss. haly. Ah, itu tentu!

"Sebelum kau pergi, aku sempat kebandara untuk menemuimu. Namun, pesawatmu sudah terbang" ucapnya, sontak aku langsung menatapnya.

Jadi, itu dia?

Sebelum aku pergi, aku melihat seseorang berdiri dekat jendela bandara. Aku melihat dari jendela pesawat, dan sepertinya aku mengenal ia. Ternyata benar, itu guru aneh itu.

Lantas, apa motifnya itu? Bagaimana ia tahu saat aku berada di gang dalam keadaan bahaya? Mengapa ia besikap sok misterius? Kenapa? Ia ada di toko buku saat itu juga? Kenapa semua terjadi secara kebetulan?

Semua pertanyaan mulai menyerangku, aku hanya bisa diam. Apakah ini hanya kebetulan?

"Aku menjauhimu karena.. Aku tak mau kau merasa terikat denganku" ucapnya yang membuatku bingung.

"Maksudmu? Bisakah kau deskripsikan motifmu? Aku tahu, kau yang menolongku tadi saat Biich menodongkan pisau di bibirku. Ini bukan kebetulan bukan?!" ucapku tak sabar, ia hanya menghela nafas.

Benar dugaanku! Pasti ada orang yang memberi tahu kepulanganku saat ini!

Tapi siapa?

"Dengar, kau bilang saat itu, jika 'jiwa remajamu' masih sangat melekat dalam dirimu bukan? Aku seperti itu ingin memberimu pelajaran, agar kau tak bisa selingkuh dariku. Maksudku, seseorang akan mengerti arti dari sebuah hubungan saat ia sudah merasa kehilangan. Namun bodohnya, aku yang merasakannya" ucapnya tersenyum sinis, aku hanya terdiam.

Jadi maksudnya hanya itu?!

Aku menepuk jidatku dan menghembuskan nafas kesal. Karena ia, satu tahun yang aku lewati semua dengan perasaan suram!

Orang seperti itu harus diberi pelajaran!

"Tapi aku benar benar tak menyukai Jemmy! Nyatanya aku tak bersamanya bukan?!" ucapku gemas, sedangkan ia hanya tersenyum cerah. Aku hanya diam, dan Hey! Kemana kemarahanmu tadi?

"Aku bermaksud memukulmu karena maksud baik, Airen. Aku seperti itu, agar kau bisa menghargai sebuah hubungan. Walau terdengar sepele, namun reaksinya sangat luar biasa bukan? Bahkan, aku sendiri sudah merasakan itu" ucapnya yang membuatku cemberut. Uh!

"Kau pikir hanya kau saja?" gerutuku, ia hanya tertawa. Uh, guru menyebalkan.

"Jadi, apakah kau sudah menikah?" tanyaku, ia hanya mengerutkan dahinya dan menggeleng.

"Tidak, Airen. Aku menunggumu. Menunggu kekasihku pulang dari sana" ucapnya, aku tersenyum kearahnya.

"Jadi, kita masih menjadi kekasih?" tanyaku, ia mengangguk.

"Tapi jelaskan, kau yang membantuku melepaskan diri dari Biich tadi bukan?" tanyaku, ia mengangguk. Aku menghela nafas dan menatapnya kesal.

"Ayo pulang. Lihat lukamu itu! Uh menjijikan. Ayo, aku akan mengobatimu" ucapku, ia kembali mengangguk.

akhirnya, kami melangkah untuk pulang. Aku tak tahu, bagaimana reaksi ibu nanti saat aku membawa kekasihku masuk kedalam rumah sedangkan aku sendiri ingin dojodohkan oleh orang lain.

Siapa yang peduli?

Buahaha, terjawab sudah rasa penasaran kalian. Steven memang orang yabg penuh kejutan rupanya.. Eits, masih ada konflik lagi bukan? Entahlah, tapi ini menuju ending. Karena author suka sad ending, jadi.. Jengjengjengjengjeng.. Author tentukan endingnya akan seperti apa :)

My Posesive TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang