Airen Side
Bel sekolah sudah berbunyi, tandanya sudah pulang. Aku yang tidak sabar akan hal ini memilih untuk langsung keluar kelas dan berjalan menuju ruangan Mr. Steven.
Aku tak peduli, ia akan semarah apa. Aku tak peduli, ia akan menjauhiku bagaimana caranya.
Aku hanya ingin berpamitan dan berterima kasih, setidaknya karena kehadirannya aku bisa.
'Brak'
Tanpa mengetuk pintu, aku langsung membuka pintu Mr. Steven.
Aku melihat, Miss Haly dan mr. Steven sedang bercanda satu dengan yang lain. Namun, canda mereka terhenti saat aku masuk kedalam ruangan mereka.
Bagus, sangat bagus.
"Kenapa kau tidak mengetuk-"
"Miss Haly, aku mempunyai urusan dengan Mr. Steven. Jadi, tolong tinggalkan kami" ucapku, ia hanya berdecih. Aku menggeram, nafasku sudah memburu. Peluh sudah mulai membasahi tubuhku. Aku kesal, sangat kesal padanya.
"Kau tidak sopan pada guru, Ai-"
"Aku tak peduli!! Sekarang, aku ingin kau keluar Miss-"
"IA GURUMU, AIREN!" bentak guru aneh itu pada akhirnya. Aku hanya bisa menatapnya nanar, sedangkan Miss haly hamya tersenyum licik disamping Mr. Steven.
Ia, membentakku?
"Sekarang kau keluar, Airen!" ucap Steven dan mengacungkan jarinya pada pintu ruangan. Aku hanya menatapnya nanar dan menutup mulutku terkejut.
Ia berubah.
Ia bosan padaku.
Tentu, aku kan hanya seorang bocah labil.
Airmataku menetes, namun gengsiku masih sangat kuat.
"Baiklah" ucapku seolah aku tidak apa apa dan menatap kearah guru Steven sengit. Ia menginginkanku pergi, maka aku akan pergi.
"Tapi, aku ingin mengucapkan selamat tinggal padamu" ucapku, ia tidak menatap kearahku. Tubuhnya yang miring menatap lurus kearah satu objek.
"Aku terakhir disekolah ini, dan orang tuaku memintaku untuk pergi menuju Netherland" ucapku, dan mengelap air mataku kasar.
"Lalu, apa peduli kami?" ucap Miss Haly yang membuat emosiku kembali memuncak. Namun, ku pendam karena waktuku tidak banyak.
"Aku juga ingin mengucapkan terima kasih padamu, karena kau aku bisa. Karena kau, aku mampu. Sekali lagi, terima kasih" ucapku, suaraku sudah gemetar. Aku menangis.
Aku menutup mulutku untuk meredakan tangisku, namun..
Tidak bisa.
***
Steven Side
Aku hanya terdiam dan menatap objek didepanku. Suara tangis Airen terdengar membuat hatiku teriris. Bukan, bukan itu maksudku.
Sebenarnya, aku terkejut mendengar ia akan pergi. Tidak, aku tidak akan membiarkannya. Tapi, kenapa rasanya aku sulit sekali menengok?
Aku menjauhinya karena sesuatu, tetapi bukan seperti ini akhir yang ku mau.
Tidak.
"Besok aku akan pergi, dan aku tak akan bertemu denganmu lagi, sampai jumpa" ucapnya dan berlangsung pergi. Ia pergi, dan tak akan kembali?
Aku hendak mengejarnya, namun ditahan oleh tangan Haly. Ia.. Apa apan ini?
"Minggir, Haly!!" bentakku, ia tetap menahan tubuhku. Uh, dasar wanita menyusahkan!!
"Kau ingin mengejar bocah itu?!" ucap Haly yang membuatku menggeram. Dasar bodoh.
Dengan terpaksa, aku mendorong tubuh Haly. Aku berlari mengejar Airen, namun aku tak menemukan apapun.
Apakah ia sudah pulang?
Aku memutuskan untuk pergi kearah tempat parkiran, namun aku tak menemukan apapun.
Hingga akhirnya, aku melihat Airen menangis dipelukan ayahnya. Mereka sudah ada di dalam mobil.
Namun saat aku ingin menghampiri mereka, mobil Airen sudah pergi duluan. Aku hanya mengacak rambutku Frustasi, kenapa menjadi sulit?
Airen marah padaku dan kini? Kenapa menjelaskan keadaan yang terjadi saja rasanya sulit?
Kenapa?!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Posesive Teacher
Teen Fiction[Private, please follow if you want read it!] Airen, seorang anak SMU, ia terkenal dengan sikap kurang terpujinya itu. Namun, Airen menyukai seseorang. Steven, seorang guru yang mengajar disebuah sekolah, tentu itu adalah sekolah tempat Airen mencar...