Airen Side
"Ibu, Ibu! Ayah baru saja memarahiku" adu salah satu anak kearahku. Aku hanya menggeleng dan mendengus. Uh, apa yang kali ini Steven lakukan? Uh, Vanessa yang berumur 7 tahun itu hanya cemberut dihadapanku.
Aku sudah tak memanggilnya guru aneh saat aku sudah menikah. Saat aku tak sengaja memanggilnya guru aneh ia selalu saja protes kepadaku. Uh, harusnya aku katakan saja suami aneh!
Aku menghampiri Vanessa, anakku yang mengadu dan memeluknya.
"Memang kau berbuat apa hingga ayah memarahimu?" tanyaku padanya, ia hanya diam.
"Aku malas mengerjakan pekerjaan rumah" ucap anak itu polos yang membuatku ingin menepuk dahi.
Kuakui, Vanessa sifatnya sama seperti Steven. Ia orang yang uh, mirip sekali dengan Steven.
"Ayah pantas memarahimu, Vanessa, ayahmu seperti itu karena-"
"Ibu, bukan seperti itu." ucap Vanessa yang membuatku mengerutkan keningku.
Lalu seperti apa?
"Kau lihat kekamarku, apa yang ayah lakukan!" ucap Vanessa menarik tanganku. Aku yang tertarik hanya bisa menghela nafas dan mengangguk.
Kuharap, tidak ada yang aneh.
Sesampainya dikamar Vanessa, aku melihat suami anehku memegang buku tulis Vanessa dan Jessica sendiri sudah tertidur dikamar Vanessa.
"Ada apa Steven kau memarahi Vanessa?" tanyaku pada Suami anehku yang masih menatap buku tulis Vanessa.
"Coba kau lihat ini!" ucap Steven memberikan buku tulis Vanessa, dan aku mengambilnya dan menatap kearahnya.
'Buatlah, satu paragraf tentang ayahmu' satu kalimat yang menyatakan tugas atas atau awalan kertas. Aku melihat kearah jawaban yang ditulis Vanessa, dan rasanya aku ingin tertawa dibuatnya..
'Ayah.. Engkau sangat baik. Engkau sangat tampan! Namun, engkau cukup galak. Kegalakanmu mengalahkan ibuku sendiri. Ayah yang jenius dengan keambekan yang cukup tinggi. Aku takut saat ayah mulai galak' tulis Vanessa di lembar itu yang membuatku tertawa lepas. Untung, Jessica tidak terbangun.
"Tulisan Vanessa sangat jujur, Suamiku yang aneh" ucapku, ia hanya cemberut.
"Yah, nanti bagaimana jika gurunya lihat! Aku tahu, guru Vanessa sangat cantik! Seharusnya, ia mempromosikan ayahnya yang baik baik! Bukan seperti ini" oceh Steven yang membuat kupingku panas.
Dasar, pria labil!
"Jadi maksudmu, kau berniat selingkuh, seperti itu?!" ucapku tajam, ia hanya tersenyum bersalah.
"Tentu tidak sayang. Kau is the best!" ucap Steven yang seperti 'rayuan' kepadaku, parahnya sifat merayunya menurun ke anak anaknya yang membuatku cukup kewalahan. Uh, menyebalkan.
"Vanessa, ganti kalimat ini" titah Steven.
"Jangan Vanessa. Jawab saja sejujur jujurnya" ucapku tak mau kalah.
"Vanessa, ayahmu kurang baik apa? Ayah baik sekali bukan?" ucap Steven yang membuatku mendengus.
"Ayahmu kan galak, Vanessa" ucapku kembali tak mau kalah.
"Jika kau menuruti kata ayah, ayah akan belikan eskrim untumu!" ucapnya dengan 'rayuan'nya, seketika wajah Vanessa menjadi sangat berbinar binar. Uh, dasar tukang perayu!
Aku menatap kearah arlojiku, dan ternyata sudah pukul tiga sore. Itu artinya, aku harus pergi kerumah ayah untuk mengambil beberapa alat untuk ruangan kamar Jessica yang sedikit berantakan.
"Aku harus pergi, sudah pukul tiga" ucapku dan membalikan tubuhku.
"Tunggu ibu!" pekik mereka berdua yang membuatku terkejut. Aku membalikan tubuhku dan melihat Jessica terbangun dari tidurnya. Ah, dasar!
Aku langsung menghampiri kearah Jessica dan memeluknya yang sedang terduduk. Tak lama, dapat kudengar suara isakannya. Tidak, tidak boleh!
Jessica, orang yang sulit tertidur. Sekalinya ia tertidur, tak ada yang boleh membangunkannya kecuali pagi atau ia akan menangis.
"Ibuu.. Hiks!" ah, Jessica menangis! Aku menatap Steven tajam, dan dengan sigap Steven memeluk Jessica dan jemarinya mengelus rambut Jessica lembut.
"Sstt.. Tenanglah, ayah disini" ucap Steven yang membuat tangis Jessica mereda, sedangkan Vanessa sendiri masih menatap kearah buku tulisnya.
Uh, keluargaku juga aneh karena suami aneh itu.
Tapi tetap, ini terlihat unik dimataku.
"Ayah.." ucap Jessica mulai tenang, dan menatap kearah Steven. Vanessa yang sudah menatap buku tulisnya kembali menatap ayahnya.
Uh, ayah yang perhatian
"Ibu mau kerumah kakek, apa kalian berdua ingin ikut?" tanya Steven kepada kedua anakku, dan mereka mengangguk antusias.
"Baiklah, ayo!" ucapku, dan mereka bangkit dari kasur dan mempersiapkan diri mereka masing masing.
'Grebb!' aku bisa merasakan pelukan dari belakang tubuhku.
Siapa lagi jika bukan Steven?
"Jaga mereka baik baik oke? Ada pekerjaan yang harus kuselesaikan. Maafkan aku" bisiknya kecil, aku hanya mengangguk.
"Tapi yang harus kau ingat satu.." ucapnya yang membuatku menyerngitkan dahiku. Apa?
"Aku selalu mencintai mereka. Tentu kau juga. Jangan menuduhku untuk berniat selingkuh, karena tak terbesit dipikiranku untuk menyelingkuhimu." ucapku yang membuatku menahan tawaku.
Jadi, ia masih memikirkan perkataanku tadi? Astaga..
"Baiklah, Love you too" ucapku pada akhirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Posesive Teacher
Teen Fiction[Private, please follow if you want read it!] Airen, seorang anak SMU, ia terkenal dengan sikap kurang terpujinya itu. Namun, Airen menyukai seseorang. Steven, seorang guru yang mengajar disebuah sekolah, tentu itu adalah sekolah tempat Airen mencar...