Airen Side
"Airen apakah kau sudah bangun?!" pekik ibu dari luar kamarku, aku yang sedang melihat dress baruku hanya tersenyum.
"Sudah!!" pekikku dari dalam kamar dan bergegas keluar dari kamarku.
Aku berjalan menuju dapur, tempat ibu berada. Bagaimana aku bisa tahu? Aroma masakan sudah tercium di indra penciumanku. Uh, ibu yang terbaik.
Aku duduk di meja makanku, dan menunggu ibu menyiapkan makanannya untukku. Aku melihat kearah jam dinding sebentar, lalu menatap ibu yang menyiapkan makanan.
"Ibu, ayah sudah pergi?" tanyaku.
"Hemm iya. Kenapa?" tanya ibu lagi padaku, dan memberikan makanan itu padaku.
"Tidak, hanya bertanya" ucapku dan menyantap makananku. Ibu hanya tersenyum kearahku dan mengelus rambutku lembut aku mengerutkan dahiku, tak biasanya ibu seperti ini.
"Kenapa?" tanyaku, ibu hanya tertawa. Uh? Ada apa ini?
"Kau.. Anak yang malang. Patah hati, dan kau tak bisa merebut cintamu sendiri" ucap ibu yang membuat dahiku semakin berkerut.
Apa maksud ibu?
"Kau akan dijodohkan"
Deg!
Dijodohkan? Tidak tidak, aku tidak mau!
"Ibu tapi-"
"Kau pasti akan menyukainya, Airen. Kau belum lihat sosok itu saja" ucap ibu yang membuat tubuhku menegang. Aku menaruh sendok dan garupuku secara kasar dimeja, dan berdiri berjalan menuju sofa untuk memakai jaketku.
"Airen, kau belum mendengarkan penjelasan ibu" pekik ibu, aku tidak bereaksi dan melangkah pergi entah kemana.
Aku berniat untuk ke toko buku hari ini, dan menenangkan pikiranku yang sudah tak berbentuk.
Aku berjalan, terus dan terus hingga aku menghentikan langkahku dan berbalik kebelakang.
Mengapa aku merasa jika aku diikuti?
Ah, mungkin hanya instingku.
Aku kembali berjalan, hingga tanganku tertarik dan bersender pada tembok.
Aku memejamkan mataku sebentar, dan membukanya. Mataku membelalak saat melihat sosok tersebut.
Apakah.. Itu dia? Itu benar benar dia?
Mengapa ia ada disini? Bukankah ia..
Ia menatapku tajam, dan sorot matanya penuh dengan kebencian. Tidak, maksudku tidak dapat ku tafsirkan. Aku sendiri juga tidak tahu.
"Van Biich, kau.." gumamku menyebutkan namanya, namun ia hanya menatapku penuh seringai.
"Aku mengikutimu dari Netherland, Airen" ucapku, aku hanya menggeleng. Mengapa bisa?
"Sudah kukatakan, Airen cintaku bukanlah sebuah permainan!" ucapnya, dan mengacungkan sebuah pisau dihadapanku. Aku hanya bisa terdiam dan menggeleng, peluh mulai menguasai diriku. Aku takut, benar benar takut sekarang.
"M-mau apa kau?!" tanyaku, ia hanya tertawa.
"Tidak, tidak ada" ucapnya, dan mengarahkan pisau kearah bibirku.
"Aku seorang Psyco, Airen, seharusnya kau tahu itu" ucapnya, dan menekan sedikit pisau itu dibibirku. Aku memejamkan mataku, tanpa bisa berbuat apapun. Percuma rasanya aku meminta tolong, karena bagaimanapun ini gang kecil dan tidak ada orang yang melintas disini.
'Bugh!'
"Arrgghh!!" pekik Biich yang membuatku membuka mataku. Ia tergelatak dengan rasa sakit dipunggungnya. Aku hanya melihat orang yang memukulnya tadi, namun aku tak tahu siapa ia. Karena ia memakai topi dan masker hitam diwajahnya.
Dan Van Biich tidak mau kalah begitu saja. Ia mengacungkan pisau kearah pria itu dan..
'Sreett'
Pisau itu terkena di daerah lengannya. Aku hampir memekik, tapi aku memilih diam.
'Bugh!'
Pria itu memukul pelipis Biich hingga berdarah.
'Bugh!"
Pukulan terakhir pria itu sebelum Biich tidak sadarkan diri. Aku melihat kearah pria itu dan hendak berterima kasih, namun ia langsung pergi begitu saja.
Tidak, siapa pria itu?!
Saat aku hendak mengejarnya, ia sudah menaiki taksi yang melintas yang membuatku berhenti mengejarnya. Aku hanya menatap kearah taksi itu pergi, dan mataku mulai menanas saat itu juga.
Kenapa aku merasa utuh tadi?
Siapa ia?
Aku merasa.. Sepertinya aku mengenal ia dari cara gerak motoriknya.
Ia seperti tidak asing bagiku..
KAMU SEDANG MEMBACA
My Posesive Teacher
Novela Juvenil[Private, please follow if you want read it!] Airen, seorang anak SMU, ia terkenal dengan sikap kurang terpujinya itu. Namun, Airen menyukai seseorang. Steven, seorang guru yang mengajar disebuah sekolah, tentu itu adalah sekolah tempat Airen mencar...