Extra Part 1

32.7K 1.3K 2
                                    

Steven Side

Aku menatap kearah komputerku penat. Tugasku selalu menumpuk. Seolah tak akan ada pernah habisnya.

'Krek'

Ruang kerjaku terbuka. Namun, sepertinya aku membiarkannya saja. Pasti hanya Airen yang membawakan kopi untukku.

"Ayah, kau tidak mau bermain dengan kami? Ini hari libur!" ucap seseorang yang membuatku terkejut.

Ah! Jessica! Putri kecilku ternyata.

"Benar, ayah tak ingin bermain dengan kita?! Ayah, sekarang kau harus suapi kami!" timpal salah satu orang yang membuatku terkekeh.

Itu pasti Vannesa, anakku.

Yah, aku memiliki dua anak. Eits, maksudku sepasang anak kembar. Dan sekarang, anak anakku sedang marah kepadaku. Terlihat, mereka berkacak pinggang dihadapanku dengan wajah yang cemberut. Huh memang, anak umur 5 tahun memiliki emosi yang cukup labil.

Memang Airen kemana?

"Ibu kalian dimana?" tanyaku, Vannesa hanya berdecak kesal.

"Ayah, ibu memasak! Tapi aku tidak mau disuapi ibu. Harus ayah!" ucapnya yang membuatku menghela nafas.

"Baiklah baiklah. Sekarang, kalian duduklah di meja makan kalian, ayah akan menyusul" ucapku, mereka hanya mengangguk dan melangkah pergi.

Aku berjalan kearah meja kerjaku, dan menyimpan beberapa berkas dan melangkah menghampiri anak anakku.

Sesampainya dimeja makan, mereka menyambutku gembira, dan sudah ada makanan diatas meja makan. Lalu, dimana Airen?

"Ibu kalian dimana?" tanyaku.

"Bibi Nara berkata ingin membantu ibu membeli beberapa sayur. Kenapa?" jelas Jessica yang membuatku menangguk.

"Suapi kami, ayah!" ucap Vannesa tak sabar. Aku memilih untuk menurut dan duduk dekat mereka.

"Jadi, siapa yang ingin duluan?" tanyaku, mereka dengan kompak mengacungkan jarinya dengan bersamaan.

Ah tidak..

"Ayah dulu" ucapku, dan menyuapkan nasi kedalam mulutku.

Ugh, enak.

"Ayah!!" protes mereka, aku hanya tertawa. Aku memilih untuk menyuapi Vannesa terlebih dahulu, lalu Jessica. Untung, mereka tidak bertengkar. Jika ya.. Habislah aku.

"Ayah, sehabis makan-"

"Jangan berbicara saat makan, Vannesa" ucapku, ia hanya mengangguk.

Aku terus menyuapinya, hingga akhirnya makanan itu selesai. Aku menaruh bekas piring kotor menuju wastafel, dan sepertinya aku tak sempat mencucinya.

"Ayah, ayo bermain" pekik Jessica kegirangan, aku hanya mengangguk dan mengendong kedua anakku.

Walau sedikit berat.

"Ayah, tapi aku ada pekerjaan rumah. Bisakah kau ajari aku?" tanya Vannesa, aku hanya mengangguk.

"Ayah, tapi aku ingin bermain!" ucap Jessica tak terima.

"Ayah, bantu aku!" ucap Vannesa.

"Aku ayah" ucap jessica tak mau kalah.

"Aku!"

"Aku!"

"Aku!"

"Aku, Aku dan Aku!"

"Ak-"

"Berhenti!" ucapku pada akhirnya dan mereka terdiam. Aku menurunkan mereka berdua dari gendonganku, dan mereka menatapku cemberut.

"Ayah ngambek" ucapku pada akhirnya yang Melangkah meninggalkan mereka berdua.

"Ayaah!!" pekik mereka dan mengejarku, lalu menarik ujung kemejaku yang membuat langkahku terhenti.

"Ayah, aku punya ide!" ucap Jessica akhirnya yang membuatku menatapnya.

"Bagaimana jika kita bermain sambil belajar? Itu baguskan ayah?" kata Jessica memberikan ide.

"Iya ayah, jangan ngambek lagi" timpal Vannesa sedikit 'merayu' ku. Aku yang pasrah hanya bisa menghela nafas dan menggendong mereka menuju kamar mereka. Sesudah itu, hanya teriakan kami yang terdengar dan suara tawaan kami

My Posesive TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang