AIREN SIDE
Aku menatap kearah papan tulis dengan serius, seseorang sedang mengoceh disana dan menjelaskan secara lembut tentang tulisan aneh itu.
Tentu, guru aneh itu menyuruhku untuk memerhatikan kearahnya, dan memahami apa yang ia ajari.
Ia pikir ini mudah? Tidak!
Sekarang saja, ia membawaku keruangannya, karena ia berkata phobiaku sudah cukup berat. Ditambah, ia melihat tugasku.
Tugasku adalah, 50 soal mengerjakan, dan aku hanya bisa mengerjakan tigas soal dalam waktu empat jam. Dan saat diperiksa, hanya satu soal yang benar.
Setidaknya, ada yang benar.
"Aku heran padamu, kau bisa lulus sampai kekelas ini dengan matematika seperti itu?" ucapnya menyerngit heran, aku hanya mendengus.
"Aku menggunakan jurus andalanku, the power of menyontek. Kau seharusnya lebih peka terhadap itu" ucapku, ia berdecih.
"Kau ini. Aku akan memberimu tugas setiap hari. Dan jika kau tak mengerti, bertanyalah" ucap guru itu, ia pergi meninggalkanku sendiri dengan tugas yang ia berikan.
Aku hanya berdengus. Aku diberi 2 soal dan jika aku belum menjawab dengan jawaban yang benar, maka aku belum dibolehkan keluar.
Aku lagi lagi hanya mendengus mengingat hal itu. Ia selalu membebankanku pada tugas tugasnya.
Bahkan, ia tadi sempat menuduh Hans jika ia yang membuatku bodoh matematika.
Ini memalukan, sangat memalukan.
"Aku tak mengertiii" cicitku frustasi, namun aku yakin, tak akan ada yang mendengar ini. Ruangan ini kosong, dan hanya aku yang berada disini.
"Bisakah aku pulang?" ucapku menundukan kepalaku frustasi, dan menjambak rambutku kesal. Bisakah ia mengajariku, walau barang sekali saja?
"Baru saja aku menjelaskan materi ini, dan kau lupa dalam sekejap? Aku akan mengajarimu, dan kau harus memperhatikan ini dengan betul betul. Lalu, aku akan memberimu soal dan aku takkan mengajarimu lagi seperti ini" jelasnya yang tiba tiba berada disampingku. Awalnya, aku cukup terkejut, tetapi ini sepertinya kesempatan emas untukku.
"Dengar,... " ucapnya yang mulai menjelaskan segalanya. Ia menunjuk nujuk kearah kertas sesekali mencoret coret kertas, hingga membentuk coretan angka yang tertera disana.
"Kau mengerti?" tanyanya, aku menangguk.
Tak lama, ia memberiku secarik kertas, dengan banyak angka yang terdapat disana. Dengan sigap, aku mulai mengerjakan soal tersebut.
Terdapat sepuluh soal disini.
"Aku tadi sudah memberi tahu kepala sekolah jika penambahan kelas matematika khusus untukmu akan ditambahkan. Setiap pelajaran Social, akan tergantikan dengan Matematika." ucap guru itu yang tersisa aku disini dengan tatapan nanar kearah kertas.
Pelajaran kesukaanku tergantikan dengan pelajaran yang ku benci?
Kenapa ini bisa terjadi?!
Aku hanya menghela nafas, setidaknya ia sampai mau seperti ini karena untuk kebaikan diriku.
Aku mulai mengerjakan soal yang ia berikan.
****
Ia sedang menatap kearah hasil kerjaku dengan serius. Awalnya, belum ada coretan yang belum terlukis di kertas itu.
'Srett'
Bagus, coretan pertama sudah meleset sempurna. Nomor pertama saja sudah salah, apa lagi selanjutnya?
'Srett'
Coretan kedua sudah diluncurkan. Hingga terdengar coretan coretan lainnya. Namun, yang aku dengar hanya ada tujuh coretan saja. Apa berati...
"Kau salah tujuh soal dari sepuluh soal. Ini menambujukan" ucapnya dan memberi kertas itu kepadaku. Aku menarik dan melihat hasil kerja kerasku.
Walau hanya dapat tiga, setidaknya ini sudah sangat baik bagiku.
"Kuharap, dengan ini phobiamu dengan pelajaran paten ini akan hilang" ucapnya yang berlalu pergi yang meninggalkanku diruangan ini sendiri.
Aku tersenyum, ini menyenangkan. Walau hanya tiga, tetapi ini adalah hasil pertamaku sendiri..
Mungkin, guru itulah yang akan merubahku secara perlahan lahan..
KAMU SEDANG MEMBACA
My Posesive Teacher
Fiksi Remaja[Private, please follow if you want read it!] Airen, seorang anak SMU, ia terkenal dengan sikap kurang terpujinya itu. Namun, Airen menyukai seseorang. Steven, seorang guru yang mengajar disebuah sekolah, tentu itu adalah sekolah tempat Airen mencar...