Airen Side
Aku berjalan lemah kearah ruang kelasku. Hari ini, semua tugas bertumpuk, ulangan bebaris dan pekerjaan rumah sudah menunggu.
Kenapa hidupku miris begini?
Bahkan, saat sampai ke kelasku dengan bertuliskan XI aku merasa tidak semangat, walau ada seseorang disana.
Aku memilih untuk duduk dikursiku, dan mulai membaca bukuku. Diwaktu luang, aku tak ingin waktu berhargaku terbuang sia sia hanya untuk mengobrol.
Aku kembali membalikan bukuku, Nara belum datang. Kursinya belum ada tasnya, yah, sahabatku itu memang memiliki kebiasaan buruk yaitu sering telat. Aku tak menyangka, aku mendapatkan sahabat seperti itu.
Tetapi tetap, aku menyukai segala sisi dalam dirinya.
"Hey!" sapa seseorang yang membuatku sedikit.. Salting?
Tentu, bagaimana aku tidak salting? Ia adalah kakak kelasku, ia bernama Hans, dan ia sering menginjakan kaki kesini. Dan parahnya..
Aku menyukainya.
"Oh, kenapa?" tanyaku santai, padahal? Ah jangan katakan itu. Tentu, jantungku akan berdebar dengan kencang! Apa lagi?
"Belajar? Tumben" ucapnya yang membuatku sedikit.. Janggal? Bukankah setiap pagi memang aku membaca buku?
"Iya" jawabku singkat, dan memfokuskan diriku untuk membaca beberapa buku yang sempat tertunda. Aku hanya menghela nafas, karena ulangan, aku harus seperti ini. Mengenaskan.
"Airen!!" panggil seseorang kepadaku. Aku menengok kearah asal suara, ternyata Nara! Dalam nafas yang memburu, ia menghampiriku dan memegang dadanya. Aku memilih untuk melepaskan tasnya dan membantunya menaruh dikursinya.
"Kenapa?" tanyaku, ia mengatur nafasnya terlebih dahulu.
"Ada info penting yang harus kau tau!" ucap Nara, yang membuat kami menyerngit heran. Tentu, aku dan Hans heran.
"Katakan, apa itu?" tanyaku padanya, ia menatap kearah kami dengan tatapan, sedih? Tetapi, ini hanya sedih yang mungkin dibuat buat.
"Kau tahu bukan, jika pak Beno ada pekerjaan tambahan di negeri ginseng? Otomatis ia tak mengajar kami bukan?" tanyanya, aku menganguk. Karena, informasi ini sudah diberi tahu seminggu yang lalu. Ia adalah guru Matematika, sedangkan aku tak bisa matematika, dan seringembangkan saat jam perlajarannya.
"Lalu?" tanyaku, aku sebenarnya berharap pelajaran Matematika akan dihapuskan, walaupun aku sadar jika itu tidak akan mungkin.
"Tadi aku menabrak seseorang. Ia sepertinya masih muda. Ternyata, ia adalah guru pengganti pak Beno" jelas Nara yang membuatku sedikit jantungan.
Guru pengganti? Itu artinya, aku akan masuk kedalam neraka baru?
"Kau pasti bercanda" ucap Hans, aku menyetujui perkataanya.
"Tidak. Kau bisa lihat nanti" ucap Nara yang membuat Nyaliku sedikit ciut.
'Krrinnggg'
Bel sudah berbunyi.
Matilah riwayatku!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Posesive Teacher
Teen Fiction[Private, please follow if you want read it!] Airen, seorang anak SMU, ia terkenal dengan sikap kurang terpujinya itu. Namun, Airen menyukai seseorang. Steven, seorang guru yang mengajar disebuah sekolah, tentu itu adalah sekolah tempat Airen mencar...