Airen Side
Malamnya, aku kembali mendengus. Aku baru tahu, jika aku ingin mengungkapkan suatu hal itu ternyata cukup sulit. Kenapa guru itu terlalu aneh?
Aku kembali menatap buku matematika, dan Geografi.
Saat aku pindah nanti, aku tidak akan membuang buku ini. Aku, tidak akan membuang segala coretan guru aneh itu. Biar itu menjadi kenang kenangkan terindahku, dan aku rasakan. Rasanya, kenangan ini terlalu berharga untuk kulupakan. Karena memang, guru itu yang benar benar berjuang agar aku berubah.
Sebenarnya, phobia matematikaku tidak separah yang kutunjukan.
Hanya saja, aku ingin sedikit mempermainkan guru itu, berharap guru itu kabur dari kelas dan sekolah menghapus pelajaran matematika.
Aku juga sadar, jika itu tidak mungkin.
Namun setidaknya, ia tidak akan memarahiku dan membolehkanku menyontek seperti Pak Beno.
Namun sepertinya, ia tidak suka. Ia mau mengorbankan waktunya untuk mengajarku. Ia juga mau, berjuang demiku.
Ia guru, sekaligus kekasih yang baik untukku.
Bisakah aku memanggilnya kekasih?
Aku nemilih untuk tidur dan menyimpan energiku.
Besok terakhir, dan harus bisa. Aku tak peduli halangan apa yang akan ku hadapi nanti.
Ini semua, karena dirinya. Karena dirinya, aku bisa berdiri..
***
"Airen, kau tidak sarapan?" tanya ibu, aku hanya menggeleng. Aku berlari mengambil tas dan memakai sepatu.
Kuharap, aku tidak mendapat halangan lagi.
"Airen, kau sekolah?!" tanya ayah saat keluar dari kamar. Ia sudah rapih rupanya.
"Ayo" ucapku, ayah hanya menatapku dengan tatapan bingung. Uh, ayolah.
"Ayah, aku kesekolah untuk terakhir kalinya. Memang tidak boleh?" tanyaku, ia hanya mendengus. Sebenarnya, saat aku mengatakan 'kesekolah untuk terakhir kalinya' rasanya aku ingin menangis.
Aku mempunyai hubungan seperti ini dengan guru aneh itu, dan ini hari terakhir aku bertemu dengannya. Aku bahkan belum sempat memperbaiki hubungan ini, dan belum sempat betpamitan.
Atau jangan jangan, ia sudah tahu kepergianku?
Uh, benarkah? Aku tidak yakin.
"Ayah!!"
"Ya sayang, ayo!"
***
Aku berjalan melewati koridor, melewati setiap anak anak di sisi koridor.
Aku berjalan cepat, dan bermaksud untuk memastikan kedatangannya. Kuharap, aku bisa bertemu dengannya.
Saat aku berada di depan pintu kelasku, aku melihat dirinya sedang berdiri didepan kelas. Sesekali, ia bercanda dengan beberapa anak seperti Angel. Uh! Menyebalkan sekali.
Aku memilih datang dan menghampirinya, benar dugaanku ia tidak ingin menatap kearahku.
"Mr. Steven!" panggilku, ia hanya berhenti dengan candaannya dan tawanya seketika hilang.
"Maafkan aku, sepertinya aku harus pergi" ucap Mr. Steven yang membuatku mengepalkan tangan. Ia ini kenapa?! Bahkan saat ia melewatiku, ia tidak mengatakan apapun. Dasar..
"Mr. Steven dengarkan aku dahulu!!" pekikku, tak lama semua terdiam. Anak anak yang dikelas menghentikan aktivitas mereka dan menatap kearahku, dan Mr. Steven yang berada di ambang pintu berhenti. Yah, langkahnya terhenti.
"Aku ingin berbicara denganmu saat pulang sekolah nanti" ucapku, ia bahkan tidak mau membalikan tubuhnya. Aku yang sudah kesal dengannya hanya mengepalkan tangan kuat.
"Aku tidak punya waktu untuk hal-"
"Tapi kau harus punya waktu, Mr. Steven!!!" bentakku, dan semua hanya terfokus kepadaku. Bagus, aku menatap kearah mereka dengan tatapan tajam, dan mereka langsung berpura pura melakukan sesuatu. Siapa yang peduli?
"Pulang sekolah, hari ini. Karena esok.." ucapku terpotong, bibirku sudah kembali gemetar. Sepertinya, aku akan menangis. Mataku sudah panas. Aku tidak ingin melanjutkan kata kataku, tapi aku harus mengatakannya.
"Kau tidak akan bertemu denganku lagi"
Keadaan kembali hening, dan bodohnya, airmataku jatuh begitu saja. Aku tak percaya, seorang Airen yang dikenal galak akan menjadi lemah seperti ini. Ini semua karena guru aneh itu!
Tanpa jawaban apapun, ia melangkah pergi. Aku hanya bisa memejamkan mataku dan menghapus airmataku kasar.
"Apa kalian lihat lihat?!" bentakku, mereka kembali kepada aktivitas seperti semula.
Kumohon, kuharap ia mau mendengarkanku barang sekali saja.
Atau jangan jangan kau senang aku pergi? Bisakah aku berpamitan walau hanya terakhir kalinya? Setidaknya, berterima kasih karena dia aku bisa. Kenapa sulit?
***
Aku melangkah melalui lorong menuju taman. Taman? Entahlah aku ingin kesana. Kepalaku sudah ingin pecah mendengarkan ceramahan Miss. Haly karena aku membentak guru aneh itu tadi pagi. Menyebalkan sekali.
"Airen tunggu!" ucap seseorang menarik lenganku yang membuatku membalikan tubuh kearah orang itu.
Nara.
"Maksud perkataanmu tadi pagi apa, Airen?" tanyanya, aku hanya menggeleng. Untuk apa aku jujur?
"Katakan Airen, kau membuatku khawatir!" ucap Nara yang membuatku uh, pasrah.
"Besok aku akan pergi ke Netherland dan melanjutkan study ku kesana. Kau mengerti?" tanyaku dan meninggalkan Nara yang masih tercengang.
Untung saja ini jam bebas, jadi aku tak perlu menjelaskan lebih detail dengan Nara..
KAMU SEDANG MEMBACA
My Posesive Teacher
Fiksi Remaja[Private, please follow if you want read it!] Airen, seorang anak SMU, ia terkenal dengan sikap kurang terpujinya itu. Namun, Airen menyukai seseorang. Steven, seorang guru yang mengajar disebuah sekolah, tentu itu adalah sekolah tempat Airen mencar...