Two

200 11 3
                                    

Sepulang sekolah Lunna sempat melihat Deffa yang tengah menuruni anak tangga kelas sebelas. Seperti biasa, cowok itu selalu jalan dengan tampang mupeng. Tanpa melihat keadaan sekitar yang selalu melihat kedepan dengan gayanya yang cool. Lunna menghela nafasnya karena cewek itu hanya bisa melihat dari jarak jauh, Deffa memang terkenal sangat santer beritanya di jajaran cowok populer SMA Trailangga. Tapi itu sama sekali tidak dimanfaatkan olehnya sebagai ajang tempat menjadi playboy akut yang kerjaannya mainin cewek, tetapi malah sebaliknya justru Deffa terkesan dingin terhadap cewek yang mau pedekate-in dia.

"Gue penasaran banget sama dia, kira-kira penilaian dalemnya itu sama nggak ya kayak luarnya?" gumamnya berbicara sendiri. Lunna memejamkan matanya dan menetralkan kembali perasaanya.

•••

Keesokan harinya Lunna, Kayla, Siva, dan juga Ane telah berada di dalam kelas. Ane memiliki berita baru tentang Deffa yang kini membuat salah satu teman angkatan mereka patah hati.

"Jadi gini ya ceritanya," Ane menarik nafas panjang lalu mulai bercerita "Lo pada tau nggak sama si Yanti anak sepuluh enam? Dia tuh naksir berat sama Kak Deffa, kemaren katanya dia nyapa Kak Deffa tapi ternyata sama tu cowok tuh dicuekin, entah sengaja atau engga dia kayak gitu. Tapi itu berhasil bikin Yanti nangis karena sakit sama malu. Gue heran deh sama dia, udah tau Kak Deffa tuh orangnya dingin banget ngapain juga masih di harepin" tutur Ane panjang lebar.

"Kok lo bisa tau gitu sih Ne? Emang lo ada di tekape nya langsung ya?" tanya Siva

Ane memutar bola matanya jengah.

"Yaelah Va, berita tentang dia tuh udah santer banget disini" jawab Ane

ketiganya hanya memagut-magutkan kepalanya mengerti.

"Ada berita lain, nih ada juga senior cewek kelas duabelas cantik juga yang naksir berat sama Kak Deffa tapi tetep aja nggak diperduliin sama tu cowok, dia tuh bertolak belakang banget sama cowok yang umumnya bakal kegirangan kalau dideketin sama cewek cantik kan?" ujar Ane lagi. "Gue aja sampe bingung, banyak tipe cewek yang deketin tapi tu cowok tetep aja tutup mata. Parah banget" lanjutnya lagi.

Lunna menggigit bibir bawahnya, mendengar penuturan Ane barusan. Tangan kanan dan kirinya meremas tangan Kayla dan Siva.

"Ne, dipanggil Melly. Cepet sini" tiba-tiba satu suara melengking di ambang pintu, keempatnya langsung menoleh.

"Ada apasih?" gumamnya "Bentar ya gue keluar dulu" ucap Ane, lalu melangkah keluar kelas.

Siva kini menatap Lunna dengan tatapan meminta penjelasan. Tetapi bel telah terlebih dahulu berdering sebelum Lunna buka suara.
Selama pelajaran berlangsung, Lunna masih bisa memfokuskan pikirannya pada pelajaran Fisika yang tengah berlangsung ini. Setelah bel istirahat berbunyi, kelas sudah nyaris tak berpenghuni. Kesempatan yang bisa dimanfaatkan oleh ketiganya.

"Lo udah denger sendiri kan penuturan dari Ane? Liat yang udah-udah aja deh ya. Gue takut nasib lo kayak mereka Lun, nggak kebales" ucap Siva yang memulai pembicarannya.

Lunna menggigit bibir bawahnya, bingung apa yang harus dilakukan.

"Itukan nasib mereka, kali aja nasib Lunna beda sama mereka. Didunia ini nggak ada yang nggak mungkin, selagi kita mau usaha Va" bela Kayla

"Iya gue tau, tapikan mereka yang berjuang aja ending nya kayak begitu. Gue gamau lo ikutan sakit hati Lun" ujar Siva cemas.

"Udah, gausah ribut. Gue tau kok apa yang kudu gue lakuin, gue ngerti emang nggak sepantesnya cewek yang berusaha deketin. Tapi disini gue juga mikir, kalau gue terus mendem mau sampe kapan Kak Deffa tau. Meskipun gue nggak tau endingnya kayak gimana? Gue juga belum mulai semuanya, ini juga baru rencana kan" ucap Lunna, lalu menghela nafasnya.

"Itu semua keputusannya cuma ada di elo Lun. Inget, lo cantik manis baik juga dewasa. Pasti banyak yang suka sama lo, biasain liat keadaan sekitar dan jangan stuck cuma di satu cowok aja oke" ujar Kayla. Yang disetujui oleh Ane.

"Ya bener tuh, di sekolah ini kan bukan cuma satu atau dua orang aja yang ganteng kan? Banyak, kelas duabelasnya juga banyak. Cowok ganteng bukan cuma di eskul badminton. Masih ada di setiap eskul dan organisasi lain, lo pasti dapet yang lebih baik lagi kalau seandainya Kak Deffa gagal!" tambah Ane lagi.

Lunna kembali mengangguk mengerti lalu ketiganya melengang pergi dari kelas menuju kantin.

"Mau pesen apa? Hari ini gue yang bayarin deh" entah ada gerangan apa Kayla tiba-tiba menawari itu.

Lunna dan Siva yang mendengarnya langsung bertepuk tangan pelan kegiranggan karenanya.

"Yeay" seru Lunna dan Siva.

Kayla langsung memesan roti bakar dan es lemontea. Setelah menunggu beberapa saat, pesanan itu telah sampai dan langsung dilahap bersama-sama.

•••

Setelah selesai makan dikantin tadi, ketiganya lalu kembali ke kelas dengan masing-masing cup es di tangannya.
Baru setengah perjalanan menuju kantin langkah Lunna langsung terhenti di depan ruang koperasi yang baru akan di lewatinya. Matanya terbelalak begitu mendapati Deffa yang kini berdiri didepannya, keduanya sama-sama terdiam dan menatap tanpa jeda. Kayla dan Siva yang melihat itu ikut tertegun. Deffa yang terlebih dahulu sadar langsung melambaikan tangannya di depan wajah Lunna.

"Hey? Sori. Gapapa kan?" ucapnya. Lunna mengerjapkan matanya dan tergagap.

"E- eeh i-iya K-Kak. Maaf ya" jawabnya. Deffa tersenyum mendengarnya.

"Gue yang harusnya minta maaf, sori ya sekali lagi" ucapnya lagi lalu menepuk pundak Lunna pelan.

Cewek itu kembali mengerjapkan matanya, Deffa langsung melangkah pergi diikuti tatapan Kayla dan Siva yang masih ternganga melihatnya.

"Lun? Real or maya?" tanya Kayla. Lunna menggeleng pelan lalu tersenyum yang memunculkan semburat merah di pipinya.

"Udah ayok cepetan" ajak Lunna yang langsung menarik kedua tangan sahabatnya itu, dengan senyum yang mengembang dibibirnya.

•••

Tadaaaa.. Bab2 udah selesai, sedikit yaa. Lain kali ceritanyaaa pasti panjang deh kalau readernya udah banyak hehe. Gimana sama ceritanya? Hmm.. Jangan lupa tinggalkan Vote dan Commentnya yaa. See you there guys😘

Cold As You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang