Seven

112 8 0
                                    

Happy reading guys💘

•••

Semenjak kejadian ditoilet kemarin siang Lunna jadi kembali merenungkan niatnya pada Deffa. Cewek itu terus berperang dengan ego dan perasaanya, sudah beberapa posisi yang dia lakukan agar bisa berpikir jernih. Dari mulai berdiri,jongkok,terlentang,terlungkup,mengangkat kaki dan menumpukannya ditembok,dan sekarang mendengarkan musik sambil menenggelamkan wajahnya dengan bantal. Cewek itu benar-benar bingung keputusan apa yang patut diambilnya.

•••

Keesokan pagi, didalam kamarnya Lunna tengah bersiap-siap. Kali ini dia berangkat naik taksi karena Aimar Kakaknya yang biasa berangkat bersama Lunna harus berangkat lebih dulu karena akan ada bimbingan bersama dosennya pagi-pagi. Setelah mengikat rambutnya dan disibakan di kanan Lunna kembali mematut dirinya dicermin. Lalu keluar kamar dan menuju meja makan.

"Sarapan dulu teh" ucap Ayahnya begitu Lunna sampai dimeja makan.

"Nggak deh yah. Nanti aja disekolah, kayak nggak tau penyakit Jakarta aja yah." jawabnya sambil terkekeh.

Lunna meraih segelas susu putih yang biasa bertengger ditempat nya makan.

"Ayah anter aja ya. Nanti kamu kesiangan kesekolahnya" ucap sang ayah lalu menyudahi sarapannya yang masih setengah lagi.

"Nggak usah yah, Lunna sendiri aja. Kan bisa naik taksi,angkot atau gojek skalian " ujarnya yang membuat sang ayah tertawa kecil. "Yaudah Lunna berangkat dulu ya Yah, bu. Dah Assalamualaikum" ucapnya lagi lalu mencium punggung tangan kedua orangtuanya.

"Iya. Waalaikumsalam, hati-hati ya sayang" ucap Ibu, yang diangguki oleh Lunna.

Lunna keluar dari halaman rumahnya dan berjalan kaki menuju kearah gang yang bisa langsung menembus kejalanan lalu menyetop taksi.

"SMA Trailangga ya pak" ucapnya begitu menutup pintu taksi.

"Siap teh"

Taksi lalu melaju dengan kecepatan sedang menuju sekolah yang tadi disebutkan Lunna. Pikirannya kembali teringat soal kejadian kemarin-
Lunna menyetop taksinya sebelum sampai didepan gerbang sekolah, cewek itu kemudian berjalan memasuki area sekolah dan menuju kekelasnya.

Begitu telah sampai ditempat duduknya, Lunna langsung dihadiahi pelukan oleh Kayla.

"Maafin gue ya, kemaren udah marah-marah sama lo. Mau kan maafin gue" rajuknya sambil menatap Lunna sendu.

"Iya. Gue juga minta maaf ya, gue tau lo kesel jadi wajar aja kalau kemaren lo marah sama gue" ucap Lunna sambil mengelus lengan Kayla.

"Kemaren emang lo kemana sih? Kan bilangnya cuma mau ke toilet kenapa abis itu ga jadi nyusulin gue sama Siva?" tanya Kayla.

"Nanti gue ceritain deh" ucap Lunna yang langsung diangguki oleh Kayla.

Bel masuk baru saja berbunyi, memaksa para penghuni kelas untuk kembali ke tempatnya masing-masing dan membaca doa. Meskipun dalam hati mereka masing-masing mungkin tengah mendoakan supaya guru matematika yang kiler itu nggak masuk kelas hari ini. Sebenarnya Bu Elisa tidak begitu galak hanya saja beliau terkenal tegas juga jeli dalam menandai orang yang ketahuan tidak memperhatikannya ketika tengah mengajar. Namun takdir berkata lain, sepuluh menit kemudian Bu Elisa memasuki ruang kelas dengan wajah tegasnya, membuat seisi kelas langsung terdiam begitu yang terdengar hanya suara irama sepatu heels yang dipakai oleh beliau.

"Oke. Selamat pagi siswa? Bisa kita mulai?" tanya bu Elisa, yang langsung dijawab koor oleh semuanya.

•••

Cold As You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang