Seventeen

135 8 1
                                    

Minggu sore ini Lunna hanya disuruh untuk mengurusi taman buatan yang ada didepan rumahnya, dari mulai menata, menyiram bahkan memberi pupuk. Lunna sudah telaten dalam hal ini karena dia juga sering membantu ibunya ketika tengah mengurus semua ini一Setelah selesai pada semua tanaman hias kesayangan milik ibunya, kini gantian perhatiannya teralihkan pada bunga mawar kesayangannya. Lunna memiliki lima bunga mawar dengan berbeda jenis. Dua jenis mawar merah, dua jenis berwarna putih dan satu jenis mawar hitam. Yang hitam ini yang paling sulit didapatkan,

"Uhh, bunganya udah mekar" pekiknya senang, lalu mencium bunga itu "ealah wanginyaaa"

Lunna menggunting bagian tangkai yang sudah mati dan patah, lalu menyiramnya dengan hati-hati. Semua bunganya tumbuh mekar dengan indah terbayar puas atas perawatan yang diberikan oleh pemiliknya一Lunna melirik bunga mawar hitam yang paling dia sayangi. Senyumnya hilang, bunga ini Lunna gambarkan seperti Deffa, dia diam tidak pernah memberi senyum dipagi hari dia gelap dan tak terbaca. Memberi sensasi tertutup padahal dia ada dialam terbuka. Dan dia berdiri tegak namun sulit untuk disentuh,

"Segitu sulitnya buat dapet perhatian lo Kak, kemaren baik sekarang jutek lagi. Heran" gumam Lunna pelan lalu tersenyum kecil,

"Lun, sudah sana cepat mandi sudah sore" teriak ibu sambil menyimpan kopi milik ayahnya dimeja kecil.

Lunna tersentak lalu menoleh kearah ibunya,

"Iya bu," jawabnya.

"Udah gede juga masih aja harus disuruh, gimana sih?" ledek Aimar yang tengah mencuci dua mobil sekaligus. Milik Ayah dan miliknya sendiri

Lunna menoleh pada Aimar dan mengerucutkan bibirnya kesal,

"Protes aja si. Nih rasain" Lunna langsung menyemprotkan selang air yang ada ditangannya kearah Aimar.

Kedua orang tuanya hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah kedua anaknya itu.

•••

Pagi ini tidak akan dilangsungkan upacara bendera seperti biasanya, karena cuaca yang sedang tidak bersahabat一Lunna baru saja memasuki gerbang sekolahnya dengan langkah santai, namun tiba-tiba langkahnya langsung dipercepat begitu terasa hujan sudah mulai berjatuhan. Baru saja menginjakan kakinya dikoridor hujan langsung turun dengan derasnya, Lunna menghela nafasnya lalu kembali melanjutkan jalannya. Begitu sampai diujung tangga teratas dilihatnya Ajeng yang langsung menghampiri Lunna dengan tergopoh-gopoh,

"Lunnaaaa.. Lun. Lo ada masalah apa sihh??" tanya Ajeng sambil berteriak karena suaranya terkalahkan oleh suara air hujan yang turun.

Lunna mengernyitkan dahinya bingung dengan pertanyaan Ajeng.

"Lo ngomong apaan sih Jeng? Ada apa emangnya?"

"Kak Dita tadi nyariin lo Lun. Terus dia bilang bakal balik lagi kalau lo udah datang, sumpah ya mukanya garang banget Lun" ucap Ajeng.

Lunna menganga kaget, menurutnya dia tidak pernah punya masalah dengan siapapun disekolah ini. Ataupun berbuat masalah dengan orang lain,

"Kak Dita siapa? Yang lo bilang dia yang suka sama Kak Fikto?" tanya Lunna,

"IYA!! GUE!" teriak seseorang dibelakang Lunna, Ajeng menoleh kebelakang punggung Lunna.

Disana ada Dita bersama dengan tiga temannya tengah menaiki tangga menuju keduanya. Lunna membelalak kaget, begitu melihat Dita.

'Jadi dia-'

Dita berdiri tidak jauh didepan Lunna. Matanya menatap Lunna tajam, kejadian itu terjadi tepat didepan kelas sepuluh satu yang untungnya saja warganya berada didalam semua karena kondisi cuaca sedang hujan,

Cold As You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang