Eight

84 7 0
                                    

Happy reading guys!!

•••

Pulang sekolah Lunna, Kayla dan Siva berjalan menyusuri koridor menuju tangga, masih dengan cerita seputar Deffa yang memang tidak pernah habis-habis.
Begitu telah menginjak anak tangga terakhir keduanya berjalan menyusuri koridor lantai satu.

"Lun, kak Deffa tuh." ucap Siva sambil menyikut pinggang Lunna. Membuatnya menoleh kearahnya.

Langkah Deffa terhenti dan menoleh begitu ada yang memanggil namanya sebanyak tiga kali, cowok apatis satu ini memang sudah terkenal jarang menengok jika ada yang memanggilnya hanya satu kali, bukan karena pengaruh earphone yang dipakainya disatu telinga tapi karena memang cowok itu baru akan menoleh jika diketahuinya itu penting karena yang memanggil lebih dari satu kali.

"Kak Fedril Lun" ucap Kayla sambil merangkul lengan Lunna.

Jarak mereka dengan Deffa dan Fedril berdiri hanya dalam hitungan delapan langkah lagi. Keduanya sekarang tengah terlibat obrolan.

"Udah ah yuk" ajak Lunna, ketiganya berjalan merapat dengan Lunna yang ada ditengah-tengah mereka.

Begitu akan melewati Deffa dan Fedril langkah mereka terpaksa terhenti begitu Fedril menyapa Kayla.

"Eh Kayla. Mau pulang de?" tanya Fedril.

"Eh iya Kak. Kakak si kenapa belom pulang?"

"Ini masih ada urusan sebentar de" jawabnya sambil melirik Deffa.

Lunna merasa canggung berdiri tepat didepan Deffa cewek itu masih terus menatap Deffa diam-diam, cowok itu terlihat sama sekali tidak tertarik mendengar pembicaraan sahabat karibnya itu. Sambil melipat kedua tanganya Deffa tiba-tiba menoleh dan mendapati Lunna tengah menatapnya. Lunna terkesiap, cewek itu langsung menunduk malu karena kepergok.

'Aduh tuh kan ketauan malu nihh sumpah' batin Lunna.

Lunna kembali mendongkak dan kali ini telak. Deffa masih setia menatap Lunna meskipun datar, Lunna tersenyum kikuk membalas tatapan Deffa.
Cewek itu mengerjapkan matanya begitu melihat Deffa ternyata membalas senyumnya dengan sangat ramah.

"Yaudah kalau gitu kami duluan ya, Kak Fedril, Kak Deffa" ujar Kayla sambil tesenyum.

Deffa dan Fedril mengangguk, dan hanya Fedril yang tersenyum lebar.

"Hati-hati dijalan ya." ujar Fedril

Ketiganya lalu melangkah menjauh dan berjalan menyusuri koridor menuju gerbang.

"Gue tadi malu bangett Kay, Vaa"

"Lo tadi kepergok lagi liatin dia ya. Aduh melting banget pasti itu" ledek Siva lalu tertawa keras melihat wajah Lunna yang kini merah padam.

"Iih gue nggak liat. Gimana sih kejadiannya?" tanya Kayla.

"Lo si lagi sibuk ngobrol jadinya nggak ngeliat tingkah Lunna, aelah sumpah gue disitu udah pengen ketawa banget Kay"

Lunna mengerucutkan bibirnya kesal, mendengar ucapan Siva barusan.

"Bully aja teros bully. Puas banget kayaknya" umpat Lunna.

Siva kembali tertawa terbahak mendengar umpatan Lunna barusan. Lalu berjalan menjauh mendahului mereka sambil menghentakan kakinya kesal.

•••

Matahari sudah beranjak naik setelah semalaman tenggelam diperaduannya, memancarkan sinar yang terangnya terasa sampai menusuk gorden kamar yang masih setia dalam keadaan tertutup. Lunna menggeliat diatas kasurnya, terasa begitu nyaman! Kesadarannya perlahan muncul meskipun kelopak matanya masih enggan membuka, sampai seketika teriakan ibunya yang berada dibalik pintu membuat Lunna segera beringsut dari tidur nyenyaknya.

Cold As You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang