PROLOG
~~||~~
"Dek. Di sekolah kita ini ada komunitas keren, loh." seorang lelaki mengucapkan sebaris kalimat setelah berhasil mencuri perhatian perempuan yang kini menatapnya penasaran.
"Oh, ya, Kak?" tanya perempuan berkepang itu dengan antusias.
Suasana aula yang ribut menyebabkan ia harus sedikit berteriak ketika berbicara dengan seniornya itu. Hari ini, hari terakhir masa orientasi siswa. Peserta MOS diperbolehkan untuk berkeliling aula, melihat stand-stand yang sudah dipersiapkan oleh masing-masing ekskul sebagai ajang promosi ekskul.
Peserta MOS juga diperbolehkan untuk mendaftar pada ekskul yang mereka minati. Ada juga senior-senior yang menghampiri satu per satu adik kelasnya untuk promosi ekskul. Tidak lupa dengan seikat brosur ekskul di tangan mereka.
"Iya. Jadi di sana, kamu bisa kenal sama kakak-kakak kelas, bahkan sama alumni juga." laki-laki itu tersenyum ramah. "Kalo kamu tertarik, balikin formulir ini, ya." ia lalu memberikan selembar kertas berisi data diri yang harus diisi perempuan itu jika ingin bergabung.
Perempuan itu mengambil selembar kertas tersebut. Belum sempat ia mengucapkan terima kasih, seseorang berbicara melalui pengeras suara.
"Perintah tegas dari kepala sekolah! Siswa yang bukan panitia MOS dan peserta MOS, diharapkan untuk meninggalkan aula!"
Pengumuman itu mengejutkan seluruh siswa yang berada di ruangan itu. Nada tegas dari ketua umum OSIS yang berbicara melalui pengeras suara terdengar kentara. Aura dingin memenuhi seisi aula. Suasana seakan membeku. Tidak ada yang berani bergerak dari tempatnya.
"Pengulangan pertama. Siswa YANG BUKAN panitia MOS dan peserta MOS, diharapkan untuk MENINGGALKAN AULA SEGERA!"
Mendengar nada bicara ketua umum OSIS yang sudah mulai meninggi, seluruh siswa-siswi anggota ekskul yang bukan panitia MOS bergegas meninggalkan aula, termasuk laki-laki yang berbicara dengan sang perempuan. Sebelum ia meninggalkan aula, lelaki itu menyempatkan diri untuk berbicara.
"Jangan lupa dibalikin, lho, formulirnya," ucap lelaki itu seraya tersenyum unjuk gigi.
Perempuan itu mengangguk dengan senyum polosnya, berbeda dengan teman-temannya yang sudah ribut menanyakan apa yang baru saja terjadi, mengingat begitu keras nada yang dilontarkan seniornya.
"Ada apa, sih?" seseorang menepuk pundaknya.
Perempuan itu membalikkan badannya, dan menemukan seorang perempuan dengan rambut coklat yang dibiarkan tergerai.
"Gue nggak tahu juga. Ngomong-ngomong, lo berminat masuk komunitas ini, nggak?" tanyanya seraya menunjukkan kertas yang dipegangnya.
"Blackpole? Apaan tuh? Gue nggak pernah denger."
"Gue juga baru denger. Kayaknya bukan ekskul, deh. Cuma komunitas doang. Masuk, yuk," ajak perempuan berkepang itu.
"Seluruh peserta MOS diharapkan duduk per kelompok, dan untuk panitia MOS, harap berkumpul di sumber suara."
Percakapan mereka berdua terputus oleh pengumuman yang diberikan oleh ketua OSIS. Kedua perempuan itu bergegas mengambil tempat duduk.
"Langsung saja. Di sini, saya selaku ketua umum OSIS menegaskan bahwa Blackpole adalah komunitas terlarang dan tidak diakui keberadaannya di SMA Integral. Tidak ada satu pun murid yang boleh bergabung, karena sekali kalian masuk, kalian akan terikat di sana. Bagi yang kedapatan mengikuti komunitas itu, sanksi akan diberikan."
Kedua perempuan itu terkejut, kemudian saling pandang.
"Blackpole?" gumam perempuan berkepang.
~~||~~
29 Juni 2016.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antipole
Teen Fiction•Completed• Kita ada di kutub yang berbeda. Sekolah yang terkenal disiplin dan memiliki segudang prestasi bukan tidak mungkin memiliki murid yang nakal dan pembangkang. Luarnya memang begitu, tetapi dalamnya siapa yang tahu? Inara tidak terl...