49th POLE
~~||~~
Lagi-lagi, Rahagi berpapasan dengan Inara ketika gadis itu sedang berjalan beriringan menyusuri koridor sekolah bersama Jack si ketua OSIS.
Diam-diam, Rahagi mengepalkan tangannya. Tidak suka melihat kedekatan mereka. Saat melirik Inara, Rahagi bisa merasakan bahwa gadis itu enggan menatapnya.
Gue udah keterlaluan ya, Na?
Jika sebelumnya Inara menatapnya sedih ketika diabaikan, kini malah Inara yang seperti mengabaikannya. Inara tidak peduli dengan kehadirannya. Itu membuat Rahagi geram.
Lo siapa sih, Rag? Bukan siapa-siapa juga.
Inara dan Jack berhenti di depan kelas XII IPA 5–kelas Gading. Kebetulan, lelaki itu sedang berjalan keluar kelas bersama empat orang temannya sambil berbicara seru.
"Ding," panggil Jack.
Gading dan keempat temannya sontak terdiam dan menoleh ke arahnya.
"Wes, ada apa nih ketua OSIS?" jawab Gading ramah.
Namun, saat tatapannya beralih kepada seseorang yang berdiri di sebelah Jack, Gading mendadak gugup.
"Duluan aja, Bro," ucap Gading kepada empat temannya. Setelah saling menepuk pundak, empat teman Gading berjalan meninggalkannya, sedangkan Gading menghampiri Jack–dan Inara.
"Ada apa nih?" tanya Gading seraya tersenyum–berusaha biasa saja padahal dirinya gugup setengah mati melihat Inara. Perasaannya mendadak tidak enak.
"Nggak sibuk kan, Bro? Atau ada bimbel?" tanya Jack sembari merangkul Gading.
Dalam hati, Gading meringis. Jack seakan menyindirnya, mengingat dulu Gading menolak untuk ikut OSIS lagi karena ingin fokus belajar dan join bimbel.
"Nggak ada."
"Kalau gitu, ayo ikut gue sama Inara."
# # #
"Gue mau pulang, Jack. Lagipula, ini ada apaan sih sampai bawa-bawa Gading sama Inara segala?" tanya Waisa seraya mencari jalan keluar karena tubuh Jack menghalangi jalannya.
Inara bisa merasakan bahwa perempuan itu sedang berusaha menutupi kepanikannya.
Jika memang tidak apa-apa, mengapa keduanya gugup dan panik ketika melihat Inara?
Jack menghembuskan napasnya gemas kemudian memperhatikan sekelilingnya. Sekolah sudah mulai sepi karena sudah banyak yang kembali ke rumah masing-masing.
"Karena lo nggak mau dibawa ke ruang OSIS sebentar, gue bakal nanya langsung di sini. Nggak peduli kalau ada yang dengar." Jack menarik napasnya. Ia terpaksa mengambil langkah ini.
Gading dan Waisa saling pandang.
"So, Gading dan Waisa, apa kalian terlibat bikin berita provokasi antara Inara, Bu Aminah, dan Blackpole yang dipajang di mading sekolah beberapa hari belakangan?"
Tidak seperti Gading yang bisa menyembunyikan kekagetannya, Waisa terbelalak menatap Jack.
"Kenapa lo bisa nuduh gue?!" tanya Waisa tidak santai.
"Whoa, santai, Sa. Jack nggak nuduh, cuma nanya." Inara menaikkan sebelah alisnya, menatap Waisa aneh.
Waisa mati kutu mendengar ucapan Inara.
"Ya gue juga cuma nanya, kenapa dia bisa nuduh gue begitu," balas Waisa sewot.
Jack mengusap wajahnya. Sejak kapan Waisa jadi seemosional ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antipole
Novela Juvenil•Completed• Kita ada di kutub yang berbeda. Sekolah yang terkenal disiplin dan memiliki segudang prestasi bukan tidak mungkin memiliki murid yang nakal dan pembangkang. Luarnya memang begitu, tetapi dalamnya siapa yang tahu? Inara tidak terl...