58th Pole

13.3K 1.5K 591
                                    

58th POLE

~~||~~

Inara terbangun. Perlahan, ia mencoba untuk berdiri. Dilihatnya kedua tangannya yang tampak normal. Ia pikir, tubuhnya akan penuh dengan darah mengingat ia baru saja mengalami kecelakaan pesawat. Dan yang terpenting, ia bisa menggerakkan tubuhnya!

Pandangannya jatuh kepada dress putih sebetis yang ia kenakan. Perasaan tadi gue nggak pake dress putih?

Inara mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Ia berada dalam sebuah ruangan yang sangat luas dan berwarna putih. Gue dimana?

Ia berjalan dan melihat Rahagi yang tampak kesulitan untuk berdiri di kejauhan. Lelaki itu mengenakan kemeja putih dengan tangan yang digulung hingga siku, dan celana putih.

"Rahagi!" teriak Inara. Ia berlari menghampiri Rahagi. Namun, pada jarak sekitar 2 meter dari Rahagi, badannya menabrak sesuatu. Benda transparan yang tidak terlihat olehnya.

Ia meringis kesakitan seraya mengelus kepalanya yang terkena benda tersebut.

"Rag? Lo denger gue?" tanya Inara. Ia melangkah pelan dengan tangan meraba ke depan--mencegah dirinya untuk menabrak sesuatu itu lagi.

"Denger," ucap Rahagi pelan. "Gue nggak bisa ngerasain kaki gue, Na."

Tangan Inara menyentuh benda transparan yang tadi ditabraknya. Kaca?

"Rag, gue nggak bisa ke sana." Inara menatap Rahagi sedih seraya meraba kemudian mengetuk kaca transparan yang memisahkan mereka.

Rahagi mendongakkan kepalanya. Dilihatnya Inara tengah menatapnya sedih. Rahagi tertegun. Ia tidak suka melihat ekspresi sedih Inara. Dengan sekuat tenaga, ia merangkak mendekati Inara yang terduduk di depan kaca transparan yang memisahkan mereka. Tangan Inara masih meraba kaca tersebut.

Lelaki itu menempelkan tangannya pada tangan Inara dari balik kaca. Ia tersenyum, berusaha menyalurkan aura positif kepada Inara. Seakan mengatakan, "It's okey, gue di sini."

"Apa kita udah mati?" tanya Inara.

Rahagi hanya mengangkat bahunya seraya menggeleng pelan. "Nggak tahu."

"Rag," panggil Inara.

"Hm?"

"Jika gue diberi kesempatan untuk dilahirkan kembali, gue bakal tetap memilih jalan ini. Masuk Blackpole dan ketemu sama lo. Jika memang udah takdirnya nyokap gue nikah sama bokap lo, dan gue punya kesempatan untuk memilih, gue bakal tetap memilih jalan ini. Gue nggak menyesal bertemu, kenal, dan jatuh cinta sama lo, Rag."

Rahagi tersenyum kecil. "Gue nggak, Na. Gue emang egois. Gue nggak suka jadi kakak tiri lo. Dilahirkan kembali pun, gue akan berusaha semampu gue untuk berjuang. Setidaknya, sampai keputusan bokap gue nggak bisa diganggu gugat sama sekali."

"Bokap tahu?" mata Inara terbelalak.

Rahagi menggeleng.

"Gue nggak mungkin bilang ke bokap nyokap saat lo nggak berada di tempat."

# # #

Welcome to my paradise
Where this sky so blue

Where the sunshine so bright
Welcome to my paradise
Where you can be free

Where the party never ending

Dimas menyeruput es kelapa mudanya seraya mengangguk-anggukkan kepala menikmati musik yang mengalun. Ia kemudian meletakkan minumannya di atas meja, dan menyandarkan bahunya pada sandaran kursi. Kakinya ia angkat satu untuk menambah suasana rileks yang sangat ia dambakan.

AntipoleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang