11th Pole

45K 4.3K 377
                                    

11th POLE

~~||~~

Inara membalikkan badannya ke kanan, lalu ke kiri. Gadis itu membuka mata dan menatap jam yang tergantung di dinding kamar. Kondisi cahaya yang minim menyusahkan Inara untuk mengetahui pukul berapa sekarang.

Beberapa menit yang lalu, Inara terbangun akibat mimpi buruk tentang ayahnya. Setelah menenangkan diri, Inara berniat untuk kembali tidur. Namun nyatanya, keinginannya tidak terpenuhi.

Inara duduk di atas ranjangnya. Diperhatikannya Naya yang masih tertidur pulas di sampingnya. Gadis itu lalu beranjak dari tempat tidur, kemudian menghidupkan lampu kamar. Waktu menunjukkan pukul dua pagi, terlalu dini bagi Inara untuk memulai ritual pagi–mandi, sarapan, dan lainnya.

Perempuan itu keluar dari kamarnya, lalu menutup pintu kamar dengan suara seminim mungkin. Ia tidak ingin membangunkan saudara-saudaranya yang lain. Inara memutuskan pergi ke dapur, untuk segelas coklat panas. Ia menuruni tangga dengan hati-hati karena pencahayaan yang minim. Hari ini ia berada di rumah Wira, akan sangat memalukan jika ia dibicarakan pada saat sarapan pagi dengan topik 'Jatuhnya Inara dari Tangga'.

Gadis itu menghidupkan lampu dapur, kemudian mengambil bahan-bahan untuk membuat coklat panas. Diikatnya rambutnya asal, kemudian menggulung lengan kaos kebesaran yang dikenakannya.

Hal itu refleks dilakukannya ketika akan membuat coklat panas. Selalu.

Setelah coklat panasnya selesai, Inara duduk di bar mini yang terdapat di sisi kiri dapur. Ia menyeruput coklat panas itu, kemudian menghembuskan napas panjang.

Coklat panas memang terbaik.

Inara memutuskan untuk menghabiskan coklat panasnya di kamar sambil membaca novel. Sebelum meninggalkan dapur, gadis itu mematikan lampu dapur.

Sayang seribu sayang, saat berada di belokan, ia tak sengaja bertabrakan dengan seseorang. Coklat panas yang berada di genggamannya tumpah dan membahasi baju orang yang ditabraknya.

"WHAT THE–" seru lelaki itu.

Inara tersentak. "Aduh, maaf!"

Lelaki itu melepaskan bajunya, kemudian menatap Inara dengan garang. "Lo apa-apaan sih! Kalo jalan tuh lihat-lihat. Baju gue jadi kotor. Mana panas lagi!"

"Ya gue minta maaf. Lo kalo jalan lihat-lihat juga!" serunya.

Dalam hati, Inara bersyukur karena pencahayaan yang minim menghalangi pandangannya untuk melihat Rahagi yang topless.

"Eh?" gumam Inara ketika mencium bau sesuatu yang sangat familiar di hidungnya. "Lo ngerokok?" tanya Inara.

Rahagi sempat terdiam beberapa saat. "Bukan urusan lo."

"Dih, orang gue cuma nanya. Sekarang lo ganti coklat panas gue yang tumpah!"

"Harusnya gue yang minta pertanggungjawaban gara-gara coklat panas lo ngotorin baju gue."

"Lo yang tanggung jawab karna gue kehilangan kesempatan buat nikmatin coklat panas gue."

"Ogah." Rahagi masuk ke dapur lalu menghidupkan lampu.

"Nggak bisa gitu dong!" Inara membalikkan badannya dan mendapati Rahagi membelakanginya. Lelaki itu sedang mencari sesuatu di dalam kulkas. Lampu yang baru saja hidup menyebabkan Inara dapat menyaksikan punggung lebar Rahagi tanpa penutup.

Gadis itu menutup matanya dengan telapak tangan kiri. Malu karena melihat pemandangan itu.

"Lo nggak bisa pake baju dulu apa!" seru Inara. "Mau pamer badan lo yang bagus ya?!"

AntipoleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang