40th Pole

26.4K 3.2K 884
                                    

40th POLE

~~||~~

Inara baru saja selesai pertemuan OSIS. Waktu menunjukkan pukul lima sore. Kebetulan, hari ini ada jadwal latihan baseball untuk pertandingan tingkat provinsi. Sehingga, gadis itu masih bisa pulang dengan Rahagi.

Jika tidak, ia ragu Rahagi mau menunggunya untuk pulang bersama atau tidak.

Dan mungkin ia akan berakhir dengan ojek online.

Inara kembali ke kelasnya untuk mengambil tas. Saat ia masuk ke kelas, dilihatnya Sabrina sedang mengemasi barang. Tidak ada orang selain mereka. Siswa-siswi yang lain sudah pulang, menyisakan yang masih sibuk dengan ekskul dan organisasi. Beberapa tas juga masih terletak dibangku pemiliknya.

"Eh, Sab. Baru selesai latihan cheers?" tanya Inara seraya mengeluarkan ponselnya dari dalam saku untuk mengabari Rahagi bahwa ia sudah selesai dengan urusannya.

"Na," sapanya sembari menutup resleting tasnya. "Iya, nih. Eh, temenin gue nyamperin Gala ya. Mau balikin minyak angin." gadis itu mengangkat sebotol kecil minyak angin yang diberikan Gala padanya sebelum latihan tadi.

"Sekalian lewat juga, kan?" Sabrina mencangklongkan tasnya ke bahu kemudian berjalan ke sisi Inara yang juga sedang menyampirkan tasnya ke bahu.

Inara mengangguk. "Emang lo kenapa, Sab, sampe si Gala ngasih minyak angin segala."

"Sakit kepala. Kurang tidur kayaknya." Sabrina tergelak. Keduanya berjalan keluar dari kelas, menyusuri koridor yang sudah sepi.

"Duh, segitunya ngerjain tugas Bu Arum."

"Tugasnya banyak banget, Na! Ampun gue."

Gue juga kepikiran sama rahasia gue yang udah lo tahu, Na.

"Gimana mau masuk akuntansi kalo gitu."

"Ah, gue masuk sekolah artis atau model aja deh," ucap Sabrina jenaka sembari tertawa kecil.

"Wuidih, bahaya." Inara menggeleng pelan. "Gue dukung!"

Saat mereka berada di depan kelas Gala, Sabrina yang berencana teriak memanggil nama lelaki itu, mengurungkan niatnya saat mendengar Gala dan Kylar yang sepertinya sedang berbicara serius.

"Gue kayaknya udah nggak bisa lagi nahan perasaan gue ke Inara, terlebih sejak Sabrina tahu–"

Gala dan Kylar yang baru saja keluar dari kelas tiba-tiba dikejutkan oleh keberadaan Inara dan Sabrina di depan kelas.

Inara ternyata juga mendengar ucapan Gala. Gadis itu membulatkan matanya seraya menutup mulut.

"Na...," gumam Gala. Lelaki itu tidak bisa menyembunyikan kekagetannya.

Sabrina juga sama terkejutnya. Ia tidak menyangka bahwa Inara mengetahui perasaan Gala kepadanya secepat ini. Gadis itu juga menyadari bahwa sedari tadi Inara terus meliriknya cemas.

Sementara Kylar meringis seraya mengacak rambutnya. Rumit ini mah. Ah, gara-gara lo sih, Lar, awalnya.

"Na yang lo denger tadi–"

"Yang tadi bercanda, kan, Gal?" Inara menatapnya penuh harap.

"Lupain aja. Nggak pen–" Gala berusaha mengelak.

"Gue tanya, bercanda kan?" ulang Inara.

Gala mendengus pelan. Diliriknya Sabrina yang sedari tadi hanya diam dan menatapnya dengan tatapan kosong.

Gue harus apa, Sab?

Perempuan itu menghiraukan isyarat matanya. Lelaki itu melirik sekilas Inara yang masih menanti jawabannya. Lelaki itu mengacak rambutnya.

AntipoleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang