14th Pole

32.6K 3.9K 562
                                    

14th POLE

~~||~~

Inara masuk ke ruang makan dengan kikuk. Meskipun sudah merasa cukup akrab dengan anggota kelompoknya, Inara masih belum terbiasa berada di tengah-tengah lelaki seperti ini. Ruang makan villa tersebut cukup besar. Makanan disajikan dalam bentuk prasmanan. Meja dan kursi untuk makan ditata seperti restoran di hotel–yang menyebabkan anggota Blackpole duduk berkelompok-kelompok.

Duh, gue duduk di mana ini.

Inara berniat untuk mengambil makanan dahulu. Saat mengambil piring, seseorang menepuk pundaknya dari belakang.

"Oi, Na!" sapa Dimas.

"Eh, Bang." Inara tersenyum senang. Alhamdulillah nggak mono.

"Sendirian aja lo?"

Inara mengangguk, menyebabkan rambut kuncir kudanya bergerak lucu. "Udah makan lo, Bang?" tanya Inara.

"Udah. Lo makan yang banyak! Kalo butuh apa-apa, bilang gue," ucap Dimas.

Inara tergelak. "Aman, aman!"

"Ehm. Lo ngehalangin jalan." seseorang bergumam di belakang Dimas.

Keduanya menoleh dan menemukan Rahagi dengan tatapan datarnya. Di belakangnya, Bayu tersenyum hangat seraya mengangkat tangan.

"Wow. Dua ekspresi yang berbeda dalam satu frame," komentar Dimas.

Inara tersenyum geli.

"Berisik. Tuh, lo dipanggil Putra." Rahagi melihat ke arah Putra yang sedari tadi berteriak memanggil nama Dimas–tetapi suaranya teredam oleh ributnya ruang makan.

"Eh?" Dimas mengikuti arah pandang Rahagi. "Yaudah, gue ke sana dulu, Na." Dimas menepuk pundak Inara dua kali. Gadis itu hanya mengangguk.

"Akrab banget," komentar Rahagi.

"Iya dong," pamer Inara. Gadis itu menyalin dua sendok nasi ke piring makannya.

"Jadi gimana? Nyesel masuk?" tanya Rahagi seraya mengambil piring.

Inara tersenyum kemudian menggeleng. "Nggak sama sekali. Seru!" ucapnya bersemangat.

"Semangat lo boleh juga." Rahagi tersenyum.

"Perhatian!" seru seseorang melalui speaker. "Waktu makan tinggal dua puluh menit lagi. Habis ini, ngumpul di aula buat ngelanjutin acara tadi. Langsung duduk per kelompok. Yang telat bakal dapet hukuman!"

Tanpa sadar, Inara terus memperhatikan Dimas padahal lelaki itu sudah selesai berbicara. Dirinya tidak menyangka di balik sifat humorisnya, Dimas bisa tegas juga.

"Lo makan di mana?" tanya Rahagi.

"Eh?" Inara menoleh ke arah Rahagi gelagapan. Rahagi yang menyadari itu, lantas tersenyum.

"Kenapa lo senyum-senyum?" tanya Inara galak.

"Nggak ada yang senyum tuh." Rahagi membuang muka sambil menahan senyumnya.

"Nyebelin! Jangan mikir yang aneh-aneh ya!" ancam Inara seraya menyipitkan mata.

"Hm, gue malah jadi tertarik buat mikir yang aneh-aneh."

Inara membulatkan matanya.

"Gue cuma merhatiin doang, ish! Jangan memulai gosip deh."

Rahagi tergelak. Tawanya pecah saat mendengar pengakuan Inara. 'Cuma memperhatikan' katanya. Gadis ini benar-benar lucu. Rahagi jadi kecanduan sendiri mengerjainya.

AntipoleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang