16th Pole

30K 3.6K 283
                                    

16th POLE

~~||~~

Inara memakan sarapannya dengan canggung. Di depannya, duduk Bayu yang–juga–sedang menghabiskan sarapannya. Pagi ini, kelima bersaudara itu tengah duduk di meja makan, menghabiskan sarapan. Ayah mereka masih tidur karena semalam kerja lembur, sedangkan ibu mereka sedang mandi karena ada meeting pagi.

Akan tetapi, bukan keberadaan Bayu yang membuat Inara canggung–apalagi keberadaan Rahagi yang duduk di sampingnya. Gadis itu sangat sadar bahwa Gafar sejak tadi melayangkan tatapan tajam–entah itu hanya sekedar lirikan atau terang-terangan.

"Ini ngapain sih lirik-lirikan?" suara Naya memecah keheningan. Bayu menaikkan pandangannya kepada Naya. Sementara itu, Rahagi masih acuh dan memilih berkutat dengan makanannya.

"Kepo deh," jawab Gafar jenaka. Memang, seperti Gafar yang biasanya, tetapi Inara tentu menyadari keanehan dalam nada bicara Gafar yang seakan dibuat-buat.

"Gue ke kamar dulu." Gafar tiba-tiba berdiri, dan menepuk pundak Bayu dan Rahagi.

Tanpa sadar, Inara menghembuskan napas lega. Gafar memang baru pulang dini hari ini–setelah mengurus surat-suratnya di kantor kedubes, mengingat sekitar seminggu atau dua minggu lagi ia kembali ke Jerman.

Dan kenapa, Bang Gafar pulang setelah ngirim chat kayak gitu? batin Inara.

"Udah mendung. Cepat makannya." Rahagi melirik Inara. Lelaki itu baru saja selesai dengan sarapannya.

Inara mengangguk. Sejak mereka jadi saudara tiri, ia dan Rahagi memang lebih sering bersama. Entah itu saat pergi sekolah, pulang sekolah, atau ketika pertemuan Blackpole.

"Gue tunggu di depan." Rahagi bangkit dan berjalan meninggalkan ruang makan. Berarti yang ngasih selimut Bang Gafar, batin Rahagi.

Setelah menyelesaikan makanannya dengan sedikit tergesa-gesa, Inara meneguk minumannya dan meraih selembar tisu untuk membersihkan mulutnya.

"Gue duluan ya, Kak, Bang!" pamitnya seraya beranjak dari kursi.

"Hati-hati lo, Na! Bilangin sama Rahagi jangan ngebut-ngebut."

"Nggak berani. Daah!" serunya sambil berlari menyusul Rahagi sebelum kena sembur oleh lelaki itu.

Kini, tinggal Naya dan Bayu yang ada di meja makan. Naya menaikkan sebelah alisnya saat melihat Bayu tak melepas pandangannya dari tempat terakhir Inara hilang dari pandangan.

"Ehm." gadis itu mendehem.

Bayu terkejut dan menatap Naya.

"Lo suka sama Nara?"

Detik itu juga Naya tahu, Inara memang memiliki daya tarik yang besar. Jangan sampai Rahagi..., batinnya.

"Lama kelamaan juga hilang, Kak," jawab Bayu dengan senyum khasnya.

# # #

Ratu Sabrina : Na, lo masih hidup, kan?

Ratu Sabrina : Lo ngga mati pulang pelantikan, kan?

Gala Raditya : Hus, kata-kata lo, Sab

Inara Sekar : Harusnya gue yang nanya lo, Sab. Masih hidup? Pake bolos segala

Ratu Sabrina : Gue sakit ish, bukan bolos!

Gala Raditya : Oh, ternyata Yang Mulia Ratu sakit, toh

Ratu Sabrina : Gala! Nyebelin ya. Ntar nggak gue bayarin parkir lagi kalo kita pergi berdua

Gala Raditya : Yang biasanya minta ditemenin ke sana kemari kan lo

AntipoleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang