10th Pole

42.3K 4.1K 458
                                    

                  

10th POLE

~~||~~

"Jahat lo nggak cerita-cerita sama gue!"

Perempuan itu mengaduk-ngaduk makanannya tanpa minat, kemudian menatap Inara–yang duduk dihadapannya–dengan tatapan tajam.

"Gue nggak bermaksud, Sab. Serius deh. Gue masih belum siap. Bahkan untuk nerima semuanya aja gue butuh waktu," ucap Inara membela diri.

"Kejam!" suaranya bahkan terdengar lebih keras dari hiruk pikuk kantin di telinga Inara.

"Gue minta maaf!" jawab Inara sedikit keras. Sejak tadi, Sabrina selalu menghiraukan permintaan maafnya.

"Ya lo biasa aja dong!"

"Lo yang ngegas duluan!"

"Ya habisnya lo nyebelin!"

"Dari tadi gue minta maaf lo kacangin!"

"Apa yang gue lewatkan?" tanya Gala yang tiba-tiba datang dan duduk di sebelah Sabrina.

"Inara kakak-adek-tirian sama Rahagi." perempuan itu mengambil napas sebelum melanjutkan ucapannya. "Dia jahat banget sampe gue nggak dikasih tahu. Kalo kemaren nyokap nggak ngajak gue ikut ke kondangan Tante Tyas, mungkin gue nggak bakal tahu," lapor Sabrina.

Gala yang semula menatap Sabrina dengan serius, kini mengalihkan pandangannya kepada Inara. "What the..."

"Hua, gue minta maaf!" rengek Inara. "Jangan dipojokin terus. Gue minta maaf."

"Gue baru bilang 'What the' doang, Na," tanggap Gala.

"Tampang Sabrina tuh! Nyeremin." Inara menunjuk Sabrina.

"Lo nyebelin sih!" gerutu Sabrina.

Gala menutup telinganya.

"Besok kalo ada apa-apa, cerita sama gue! Kalo nggak, gue gorok."

"Iya, ish."

"Tapi, kok bisa, Na?" tanya Gala.

"Nyokap gue kolega bisnisnya bokap Rahagi. Nyokap gue punya butik, sedangkan bokap Rahagi punya perusahaan tekstil. Jadi cocok deh!" jawab Inara.

Gala tergelak mendengar akhir kalimat Inara.

"Eh iya, Sab. Kemaren gue ketemu si itu!"

"Si itu siapa?"

"Calvin Gavino."

Sabrina membulatkan matanya. "Wanjir. Dia nggak ngapa-ngapain lo, kan?"

Inara menggeleng. "Dia bahkan nggak inget gue. Dua minggu yang lalu, gue tabrakan sama dia di restoran. Terus dia malah memperkenalkan diri!" Inara tertawa mengingat kejadian itu. "Bego emang."

"Mungkin karena puberty hits you so much jadi dia pangling sama lo, Na. Sampe nggak ngenalin." Sabrina tertawa.

"Sa ae," ucap Inara.

"Roda berputar. Makanya, jangan nilai orang dari fisik. Karena, ada puberty yang bisa menghantam," tutur Sabrina begitu mengingat kejadian empat tahun yang lalu, ketika mereka berada di tahun pertama SMP. "Mata gue karatan kali ya, sampe bilang dia ganteng."

"Calvin Gavino siapa?" tanya Gala.

"Gebetan Inara pas kelas 7."

*

"Cie, Inara!"

"Ih, kalian apaan sih!" Inara menutup wajahnya yang memerah. Ia baru saja berpapasan dengan Gavin di kantin. Hal sesederhana itu berhasil membuat wajahnya memerah, di tambah dengan senyum yang tak lepas dari wajahnya–padahal kini ia sudah berada di dalam kelas.

AntipoleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang