5th POLE
~~||~~
Kamis siang, Inara tertawa mendengar lawakan yang dilontarkan oleh Sabrina. Ia dan gadis itu kini tengah berjalan menyusuri koridor dengan santai. Tidak ada pembelajaran hari ini. Sebagian besar guru dan siswa sedang mengikuti rapat untuk pergantian pengurus OSIS. Pelantikan pengurus yang baru akan dilaksanakan dalam waktu dekat.
"Pokoknya itu hal tergila yang pernah gue lakuin. Nggak mau lagi." Sabrina tertawa kemudian mengemut permen tangkainya.
Tiba-tiba, terdengar suara ribut-ribut dari ujung koridor. Seorang lelaki baru saja membuang bunga yang diberikan oleh perempuan dengan rambut sebahu. Dengan teganya ia menginjak bunga berwarna ungu itu.
"Gue nggak butuh, dan gue nggak suka sama lo!" gertak lelaki itu. Ia hanya diam dengan tatapan angkuhnya saat perempuan itu mengeluarkan air mata.
"Rahagi? Itu Rahagi, kan?" Sabrina menyipitkan matanya. Gadis dengan mata minus satu itu menyayangkan kacamatanya yang tertinggal di kelas.
"Sombong banget!" komentar Inara. Gadis itu menarik Sabrina mendekati kerumunan yang sudah mulai melingkari Rahagi dan Rana–adik kelas yang baru saja menyatakan perasaannya kepada Rahagi.
"Eh, eh! Pelan-pelan, Bego. Tali sepatu gue lepas." Sabrina mengikuti langkah cepat Inara.
Inara menerobos kerumunan dan menghampiri Rahagi, meninggalkan Sabrina yang terbelalak menatap Inara. "Lo sombong banget jadi cowok!"
Keberanian itu muncul entah dari mana. Inara tidak suka melihat Rahagi yang menjatuhkan harga diri perempuan, terlebih di muka umum seperti ini. Inara mengerti bagaimana rasanya dipermalukan di depan tiga angkatan sekaligus.
Rahagi mengalihkan pandangannya kepada Inara. Baru pertama kali ia melihat Inara menatapnya dengan tatapan menantang seperti itu. Padahal, sebelumnya gadis itu bahkan tak berani menatapnya.
"Siapa lo ikut campur?"
"Siapa lo bisa seenaknya kayak gitu? Kalo emang mau nolak ya tolak baik-baik. Dan seharusnya lo menghargai pemberian orang!" Inara mendorong dada Rahagi dengan telunjuknya, kemudian menghampiri Rana yang menutup wajahnya dengan kedua tangan. Bahunya bergetar menahan tangisnya agar tidak semakin parah. Gadis itu merangkul Rana.
Gue nggak peduli mau lo anggota Blackpole kek mau anggota apa kek. Lo udah kelewatan, Rahagi.
"Udah. Lo terlalu baik buat dia." Inara mengelus pundak Rana, kemudian membawa gadis itu keluar dari kerumunan. Menjauhi Rahagi yang terdiam menatap punggung Inara. Tidak menyangka bahwa gadis itu akan seberani itu.
Rahagi berbalik, berjalan menuju kantin. Beberapa orang temannya menyusulnya.
Sabrina masih memproses apa yang terjadi. Terdengar bisik-bisik dari siswa yang kini sudah bubar dari kerumunan. Sabrina membalikkan badannya, melihat Inara yang membawa Rana ke kelas XI IPS 1 yang berada tak jauh dari tempat kejadian perkara. Tanpa pikir panjang, Sabrina berlari menyusul Inara dan Rana.
Sudah setengah jam berlalu, tetapi Rana masih menangis karena kejadian tadi. Ia benar-benar malu. Inara mengelus-ngelus pundaknya, sedangkan Sabrina dengan baiknya menyediakan tisu untuk Rana.
"Gue kan udah bilang, dia nggak baik buat lo," kata Inara.
Sabrina memperhatikan Inara. Gadis itu tampak sangat menyayangi Rana. Yang Sabrina tahu, Rana adalah satu dari sekian banyak adik kelas yang satu ekskul dengan Inara. Rana adalah anggota ekskul paskibra.
"Tapi, Kak... Rana cuma mau bilang semuanya aja biar lega. Rana nggak ada niat untuk pacaran de-el-el." Rana mengambil tisu dan menghapus air matanya. "Sekarang Rana lega. Tapi, rasa malu Rana lebih besar, Kak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Antipole
Genç Kurgu•Completed• Kita ada di kutub yang berbeda. Sekolah yang terkenal disiplin dan memiliki segudang prestasi bukan tidak mungkin memiliki murid yang nakal dan pembangkang. Luarnya memang begitu, tetapi dalamnya siapa yang tahu? Inara tidak terl...