30th POLE
~~||~~
"Kok gue jadi duduk sama lo, sih?!" gerutu Sabrina.
"Sekali-sekali nggak papa dong. Masa lo nggak mau duduk di sebelah cogan kayak gue?" Kylar menaik-turunkan alisnya.
"Jangan mendeklarasikan sesuatu yang nggak sesuai fakta, deh!" Sabrina memutar bola matanya.
Pagi ini, entah kenapa guru-guru mengacak tempat duduk di bus sesuai lot. Kabarnya, agar tidak ada pilih-pilih teman.
"Gal, temen lo ini berisik banget, sih? Lo nggak punya sumpelan mulut apa biar nggak nyerocos mulu." Sabrina berdiri dengan lutut di kursinya seraya menghadap ke belakang–tempat Gala duduk.
"Gal, kalo punya sumpelan, sekalian kasih ke dia ya soalnya dia sama aja cerewetnya." Kylar tiba-tiba mengikuti aksi Sabrina yang berdiri dengan lutut di atas kursi seraya menghadap Gala.
Gala, yang disodori pertanyaan begitu hanya menatap keduanya dengan tatapan aneh.
"Kalian kok kompak banget, sih?" tanyanya.
"Ih, Gala!!" gerutu Sabrina seraya duduk seperti semula.
Di sisi lain, di tempat duduk bagian depan, Inara dan Rahagi duduk bersebelahan.
"Kalo berdasarkan lot, gue sebenernya sebelahan sama Sabrina." Rahagi menggaruk tengkuknya setelah beberapa saat mereka berada dalam keheningan.
"Terus?" Inara yang semula hanya menatap keluar melalui jendela, kini menoleh kepada Rahagi.
"Kylar minta ganti...," ucap lelaki itu menggantung. Entah sejak kapan ia tidak tahan diselimuti keheningan bersama Inara. Ia lebih suka ngobrol dengan gadis itu–tentang apa saja.
"Berarti harusnya gue sama Kylar?" tanya Inara.
Rahagi mengangguk.
Inara lantas menoleh ke belakang dan memanjangkan lehernya sedikit–untuk melihat keadaan sahabatnya itu.
Samar-samar, ia dapat melihat dengan jelas Kylar yang terus-terusan memancing emosi Sabrina–bisa dilihat dari wajah gadis itu yang terus ditekuk seraya membalas setiap perkataan Kylar.
Di belakang mereka, duduk Gala yang terlihat risih dengan kerusuhan dua orang di hadapannya sehingga ia memutuskan untuk menutup telinga dengan earphone hitamnya.
"Aman, sih." Inara kembali ke posisi semula. Gadis itu mengeluarkan ponselnya karena sedari tadi benda itu terus-terusan bergetar–menandakan ada pesan masuk.
Dimas Satria : Masa kalian baru tau sih, kalo Bos Besar udah ketemu sama mantan
Farel Bramantyo : Nggak ada yang ngasih tau kita, Bwang :(
Karel Perwira : Faineli
Rama : Jadi, ada perkembangan nggak?
Paul : Mantan bos besar siapa?
Dio : Itu
Karel Perwira : Kakak yang itu loh
Keenan : Haduu
Gafar Adipati : Alhamdulillah
Putra Abraham : @Gafar Adipati ngikut-ngikut se
Putra Abraham : *ae
Gafar Adipati : ^ lagi sensi
Gafar Adipati : Pake typo

KAMU SEDANG MEMBACA
Antipole
Teen Fiction•Completed• Kita ada di kutub yang berbeda. Sekolah yang terkenal disiplin dan memiliki segudang prestasi bukan tidak mungkin memiliki murid yang nakal dan pembangkang. Luarnya memang begitu, tetapi dalamnya siapa yang tahu? Inara tidak terl...