Playlist #1 : Amnesia by 5 Seconds of Summer

1.4K 70 1
                                    

"I wish that I could wake up with amnesia and forget about the stupid little thing,"--Amnesia by 5 Seconds of Summer

Genre : teenfiction
Length : 750+ words

Sudah berjalan empat tahun sejak aku mengenalnya pertama kali dan sudah berjalan satu tahun sejak aku menyatakan cintaku pertama kali padanya. Sampai detik ini aku tak kunjung mengerti mengapa ia menolakku, maksudku, kupikir setelah semua perlakuan manisnya padaku dia akan menerimaku sebagai kekasihnya dan kami akan menjadi pasangan kekasih yang berbahagia.

Semenjak penolakannya, aku selalu berusaha melupakannya. Aku mencoba diriku sendiri untuk tidak lagi memakai jaket, mug, dan bahkan kaos yang sempat ia hadiahkan padaku. Aku juga mencoba untuk menghapus nomernya dari jajaran kontak di ponselku, menghapus semu foto selfie gila kami yang tersimpan dalam galery ponsel dan laptop, bahkan menghapus lagu-lagu yang membangkitkan kenangan kami berdua.

Tapi aku gagal.

Kenapa semua ini mengesalkan?!

"Stalking dia lagi?" Jean, temanku berambut hijau yang selalu ingin tahu urusan orang, bertanya sambil menaruh Mcflurry oreo pesananku di samping MacBookku, dia sempat melirik layar MacBookku seolah ingin membuktikan ucapannya kemudian berteriak tepat di hadapanku.

Aku memutuskan diam, toh Jean sudah jelas tahu jawabannya. Ya, aku sedang stalking laki-laki yang sudah berani berlaku menyukaiku kemudian menolakku begitu saja di hari kelulusannya! Ah, sialan!

"Kenapa akun sosial medianya hanya ada foto pemandangan?! Mengesalkan! Dia selalu saja seperti ini!" aku menahan teriakanku di hadapan Jean.

Layar MacBookku kuturunkan agar dapat melihat reaksi Jean dengan jelas. Rupanya gadis itu menopang dagunya dengan tangan dan memperhatikanku. Ice cream oreonya ia biarkan sejenak.

Sesuatu menarik perhatianku. Sepasang kekasih memasuki McDonald dengan tangan mereka yang menyatu. Mereka kemudian memesan, kebetulan tempat ini cukup sepi pagi ini membuat mereka dengan mudah memesan tanpa antrian panjang. Di tempatku duduk, aku bisa mendengar suara mereka.

"Apa yang kau inginkan?" laki-laki itu bertanya, tangannya yang tak menyatu dengan tangan gadisnya terangkat untuk mengusap rambut gadis itu dan merapikan helain rambut gadis itu yang mencuat.

Melihat itu semua sesuatu menghantam telak hatiku. Kurasakan sedikit sesak dan sesuatu yang menyakitkan.

"Dulu dia juga seperti itu padaku. Dia sangat manis. Semua orang juga begitu dan mengatakan bahwa ada kemungkinan besar Adam menyukaiku balik, namun apa yang terjadi? Adam meninggalkanku! Tidak, dia menolakku di hadapan banyak orang di hari kelulusannya!

"Mengapa dia seperti ini padaku? Kenapa dia ini melakukan ini? Kenapa dia menerbangkanku dengan tinggi kemudian menjatuhkanku? Apa... apa dia mendekatiku untuk sebuah taruhan? Truth or dare?" tanyaku pada Jean, air mataku yang tadinya hanya menggantung kini satu per satu menuruni pipiku membentuk anakan sungai di sana.

Jade yang melihatku seperti ini segera menggenggam tanganku. Dia meremas tanganku seolah hendak menyalurkan energi yang ia miliki.

"Apa kau ingin bertemu dengannya? Kau tahu 'kan dia itu tetanggaku," tanya Jade, ia berbisik kemudian membuat pola lingkaran pada punggung tanganku.

Masih dengan terisak aku berkata, "tidak, Jade. Tidak jika dia bersama orang lain. Sangat menyakitkan untuk melihatnya bahagia bersama orang lain."

Jade tidak berkata apa-apa lagi namun pegangan tangannya semakin mengerat dan tangannya masih memberi pola lingkaran. Aku sudah tidak peduli pada apapun, tidak peduli jika orang-orang di McDonald ini melihatku yang kini seperti orang frustasi. Hah! Aku yakin jika mereka ada di posisiku mereka juga akan seperti ini.

Aku tidak tahu berapa lama aku menangis tapi yang jelas, setelah aku menangis aku segera memasukkan MacBookku ke dalam tas kemudian aku dan Jade memakan ice cream kami dalam diam kami memakan ayam dan kentang yang mendingin.

Setelah kami selesai, aku dan Jade bangkit. Tidak ada alasan bagi kami untuk bertahan lebih lama di McDonald.

"Menurutmu ke mana kita akan pergi?" tanya Jade di perjalanan keluar dari McDonald.

Aku hendak menjawab namun urung ketika pintu keluar-masuk McDonald, yang tinggal beberapa langkah dari tempatku berdiri, terbuka. Dua insan manusia yang saling bergandengan tangan masuk. Mereka tertawa sambil menatap satu sama lain.

"Adam," bisikku.

Bisa kurasakan Jade segera menggandeng tanganku dan menggenggamnya erat, memberikanku topangan untuk berdiri.

Aku selalu berharap Adam menyadari keberadaanku. Namun harapan tinggalah harapan. Adam dan kekasihnya pergi melewatiku masih dengan tawa mereka yang renyah.

Dan saat itu hatiku terasa remuk.

Kenapa begini? Kenapa Tuhan tidak adil sama sekali? Aku melupakan Adam dalam waktu yang lama namun Adam justru dengan mudah berpaling dengan gadis lain.

Apa memang benar pemikiranku bahwa segala sesuatu yang terjadi di antara kami hanyalah kebohongan?

Rasanya aku sangat ingin tidur kemudian bangun dengan keadaan amnesia, melupakan Adam, melupakan semua rasa luka dan rasa cintaku padanya.

"Ayo kita pergi!" Jade berbisik, ia kemudian menuntunku yang terisak keluar.

"It's hurt to know you happy yeah it's hurt that you move on,"--Amnesia by 5 Seconds of Summer

"Sometimes I start to wonder was it just a lie?"--Amnesia by 5 Seconds of Summer

Dialog Musik (One Shots)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang