Genre : Fanfiction Cameron Dallas
Length : 1100+ words"No better you than the you that you are,"--Alessia Cara, Scars To Your Beautiful
"She just wants to be beautiful,"--Alessia Cara, Scars To Your Beautiful
Semuanya terasa seperti mimpi buruk. Kupikir segalanya berakhir, maksudku, benar-benar berakhir.
Pagi ini hanyalah pagi biasa di hari Sabtu di mana mentari bersinar dengan terang, burung berkicau riang, awan dengan sangat tenang berarak bagai parade bunga di atas langit. Kupikir, hari Sabtu ini menjadi hari biasa seperti hari Sabtuku yang lain, namun ternyata ekspektasiku begitu salah.
Pagi ini aku membuka ponsel, melihat media sosial sambil mencoba mencari hiburan dari benda mati itu. Tapi, bukan hiburan yang kudapatkan namun sesuatu yang berhasil membuatku merasa baru saja dijatuhkan dari langit ketujuh.
Foto Daniel, lelaki yang beberapa menit lalu resmi menjadi mantan kekasihku, bersama salah seorang gadis cantik di sekolah muncul di timeline twitter-ku. Di foto itu Daniel nampak tengah memeluk Kris dari belakang dengan tangan kirinya sedang tangan kanannya membawa sebuah botol berisi God-know-what.
Aku mencoba berpikir positif sewaktu menelpon Daniel meski aku tahu dengan sangat bahwa Daniel telah membohongiku dengan berkata bahwa ia sedang menghadiri acara ulang tahun neneknya kemarin malam. Tapi, pikiran positifku itu benar-benar buyar sewaktu Daniel tidak menyangkal apapun, justru ia mengakui segalanya, dan menghancurkan tiga bulan kami dengan keputusannya untuk berpisah dariku.
Aku mencoba untuk meyakinkan Daniel bahwa aku tidak apa-apa, dia boleh bersama Kris, dia boleh melakukan apapun selama dia masih menjadi kekasihku. Aku begitu menyayangi Daniel, dia adalah cinta pertamaku, kekasih pertamaku, seseorang yang sudah mewarnai duniaku selama lima bulan ini. Aku tidak bisa membayangkan hidupku tanpanya.
Tapi, Daniel tidak membiarkan hal itu terjadi. Lelaki itu bersikeras bahwa berpisah adalah jalan yang terbaik untuk kami berdua.
Aku menangis, menenggelamkan wajahku di atas bantal dan berteriak keras. Kuharap, tak ada yang mendengar teriakanku.
-
Aku mematut diriku di depan cermin. Di sebrang sana, seorang gadis kurus seperti tak pernah terurus tengah berdiri, rambutnya acak-acakan, pakaiannya sangat kusut, dan matanya membentuk sebuah kantong hitam mengerikan. Aku sangat berharap bahwa yang ada di sana adalah orang lain, namun harapan adalah harapan karena nyatanya, dia adalah aku.
Dengan itu, aku sadar satu hal, Daniel jelas tidak mau bersama gadis sepertiku, gadis yang begitu jelek, memiliki badan sangat kurus yang jauh dari kata ideal, dan tidak dapat mengurus diri sendiri. Aku tidaklah ada apa-apanya dibanding Kris, dia adalah segalanya, gadis yang sangat oh-cantik-sekali.
Tentu Daniel tidak bisa bersamaku. Dia tidak layak memiliku. Lelaki oh-tampan-sekali sepertinya hanya layak bersama gadis oh-cantik-sekali seperti Kris.
Dengan lemas, aku pergi ke balkon kamar, memandang ke arah awan kelabu yang berarak seolah ikut sedih bersamaku. Kota ini terasa sangat dingin, dan gelap akibat angin yang berderu kencang, dan matahari yang bersembunyi di balik si awan kelabu yang tengah bersedih.
Aku mendengar suara keributan kecil dari arah samping kananku, menengok, aku menemukan sosok lelaki-mungkin seumuranku-tengah bertelanjang dada dan nampak kesusahan dengan entah apa yang dia lakukan di balkon samping kananku.
Eh, tunggu, bukankah rumah samping kananku seharusnya kosong?
"Kau ... orang baru?" tanyaku sambil berusaha agar tidak terdengar parau. Tapi kurasa itu sia-sia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dialog Musik (One Shots)
Short StoryKumpulan cerita pendek yang tertulis berdasarkan lagu-lagu yang saya dengar. Highest rank so far #141 in Short Story Collection of short stories by yossi novia since 2016 Some of my stories already publish on my personal blog : itskygirl...