"I'm sorry if I seem uninterested
oh I'm not listening
no I'm indifferent
Truly I ain't got no bussiness here
But since my friends are here I just came to kick in"
-Here by Alessia Cara-
Jika bukan karena Harley yang memaksaku untuk datang ke pesta milik Zach, aku tidak akan pernah menginjakkan kakiku di tempat ini. Pertama, aku tidak suka pesta, kedua, aku tidak suka pesta, ketiga, aku tidak suka pesta.
"Hey tersenyumlah!" Harley berkata padaku.
Aku memaksakan senyum yang membuat Harley tersenyum dengan lebar. Dia suka sekali ketika aku tersiksa, hal ini membuatku berpikir akan mengapa aku bisa berteman dengannya? Ah yeah, benar, kami memiliki banyak sekali kesamaan, namun di balik semua kesamaan itu ada satu hal yang membedakan kami berdua; Harley mudah merasa penasaran dan dia akan melakukan apapun untuk membuat rasa penasarannya terbayarkan, seperti saat ini, dia penasaran tentang bagaimana rasanya berpesta seperti remaja 'normal' pada umumnya dan dia akhirnya ke mari. Aku tidak pernah mempermasalahkan rasa penasarannya, menurutku itu bagus, dia bisa mengeksplor banyak hal dengan rasa penasarannya yang berlebihan itu, tapi aku tidak suka ketika aku harus ikut terjerumus ke dalamnya. Contohnya seperti saat ini.
Aku menyapukan pandanganku ke sekitar, memperhatikan para remaja seumuranku tengah meminum bir atau soda, memakan semua camilan tidak sehat yang tersedia di meja, dan mengeluarkan suara-suara berisik yang menyatu dan membuat gendang telingaku pecah. Tempat ini begitu ramai dan berisik dan aku merasakan diriku semakin tidak nyaman tiap detiknya.
"Harley aku rasa kita--"
Sial! Harley tiba-tiba menghilang dari sisi kananku, aku tidak bisa menemukan dirinya di tengah banyaknya remaja yang berdansa mengikuti alunan musik EDM yang tengah terputar, bahkan rambut warna merah mudanya yang biasanya mencolok saat ini tidak dapat aku temukan dengan mudah.
Sial! Padahal aku sudah ingin pergi dari sini detik ini juga!
Kau mungkin berpikir, 'kenapa tidak langsung pergi, meninggalkan Harley Si Penasaran sendirian di tempat ini?' Ah, tidak, aku tidak akan melakukan hal itu, aku tahu Harley akan membunuhku dan lagipula dia adalah sahabatku, aku tidak akan meninggalkan sahabatku sendirian.
Aku tidak merasa aku mampu berada di dalam rumah itu lebih lama. Aku tidak suka menempati tempat yang begitu ramai dan puluhan remaja yang menari ini membuatku merasa sesak, akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke luar dan duduk di sebuah sofa hitam yang terletak di beranda rumah Zach.
Di tempat ini, suara musik masih terdengar lantang, namun lebih samar-samar dan aku mampu menghirup udara segara dan tentunya, tidak merasa sesak.
Aku duduk di sana selama beberapa menit, memandangi jalanan sepi yang dilalui beberapa kendaraan. Beberapa orang terlihat keluar dari rumah Zach dengan keadaan mabuk, ada yang berjalan sambil berciuman, ada yang berjalan sembari tertawa keras, semua orang-orang mabuk ini terlihat sangat konyol. Aku tidak mengerti bagaimana mereka menemukan mabuk itu menyenangkan karena bagiku mabuk hanya menambah masalah. Tapi, terseralah! Lagi pula bukankah semua itu pilihan mereka?
Tak lama, Zach muncul, ia berjalan ke arahku dan duduk tepat di sampingku dengan dua botol coca cola di tangannya.
"Hai!" sapa Zach dengan senyuman lebar.
Aku mengangkat satu alisku. "Apa yang kau lakukan?"
"Menyapa tamu, tentu saja," kata Zach, ia mengangkat dua bahunya, "untukmu," lanjutnya sembari memberikanku kaleng soda di tangannya.
Aku menerima benda itu dengan tidak yakin kemudian memandangnya seolah itu adalah benda bersejarah dan aku adalah seorang arkeolog. Melihat ini, Zach tertawa kecil.
"Apa yang kau lakukan?"
"Ini untukku?"
"Ya. Soda untukmu."
"Kau tidak memasukkan apapun ke dalamnya?"
Zach tertawa semakin keras. "Tentu tidak, Bodoh!"
"Bagaimana aku bisa mempercaya cowok mabuk sepertimu?"
Zach mengangkat kedua tangannya. "Aku tidak mabuk. Aku tidak pernah mabuk di pestaku sendiri, itu adalah hal terakhir yang aku lakukan, jika aku ikut mabuk, aku yakin rumahku akan sangat amat berantakan dengan barang-barang pecah keesokan harinya, aku bisa dibunuh oleh orang tuaku."
"Jadi benda ini benar-benar soda?"
Zach memutar bola matanya, ia menurunkan tangannya yang tadi ia angkat dan berkata, "kalengnya masih tertutup, bagaimana caranya aku memasukkan sesuatu di dalamnya?"
Aku memandang kaleng tersebut dan menyadari benda itu masih tertutup dengan manis. Aku membukanya dan meminumnya. Gah! Rasanya begitu menyegarkan! Aku baru ingat bahwa aku tidak minum selama berpuluh-puluh menit terakhir.
"Kenapa kau tidak masuk ke dalam?" Zach bertanya.
"Aku tidak suka."
"Lalu kenapa kau datang?"
"Karena Harley datang."
"Ah, Si Monster Merah Muda itu, aku melihatnya tadi, dia menari dengan baik dan sangat sexy."
Aku memutar bola mataku. "Jangan berkata seperti itu tentang temanku."
Zach tertawa keras, dia kemudian mulai bercerita padaku tentang banyak hal yang terjadi di dalam rumahnya selama pesta berlangsung, namun aku tidak meresponnya sama sekali, aku bahkan tidak mendengarkannya. Mengetahui ketidaktertarikanku, Zach bangkit berdiri sembari menghela napas. "Kau banyak bicara ya," kata Zach diikuti gelak tawa dan kemudian mencubit pipiku yang dengan sontak membuatku menampar tangannya.
"Aku masuk ke dalam, jangan terlalu banyak melamun, oke?" kata Zach, ia melemparkanku sebuah kedipan mata dan kemudian melangkah pergi.
"Katakan pada Harley aku di sini!" kataku tepat sebelum tubuh Zach masuk ke dalam rumahnya.
"Siap, Kapten!" aku bisa mendengar suara Zach berteriak membuatku memutar bola mataku, tak habis pikir kenapa ada manusia sebodoh Zach.
Aku kembali diam di beranda rumah Zach dengan sekaleng soda yang kini sudah tandas. Demi menghibur diriku sendiri, aku memainkan ponselku dan menyelami media sosialku, aku merasa tak ada yang lebih menyenangkan dibanding menyusuri internet, ada banyak hal yang tak terduga di dalamnya.
Sekitar pukul setengah dua belas malam--yang artinya satu setengah jam setelah kami sampai di rumah Zach--, Harley keluar, rambut merah mudanya yang tadi tertata rapi kini nampak berantakan. Raut wajahnya lebih dari cukup untuk mengatakan padaku bahwa dia sedang kesal.
"Pergi ke sini adalah kesalahan besar," kata Harley kemudian ia menghempaskan tubuhnya di sampingku.
"Pulang?"
"Yeah, aku tidak akan pergi ke pesta lagi."
"Bagus! Karena ini masih pukul setengah dua belas, bagaimana jika kita menonton ulang Supernatural?"
Kami berdua memiliki obsesi tidak sehat akan Supernatural. Aku pribadi sangat mengagumi sosok Sam dan di sisi lain, Harley jatuh pada pesona Dean. Inilah yang aku maksud saat aku mengatakan bahwa aku dan Harley memiliki kesamaan.
Mata Harley yang redup kini nampak bersinar kembali. "Yeah ide bagus! Aku rindu Dean," kata Harley sembari bangkit berdiri.
Aku tertawa dan ikut bangkit berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dialog Musik (One Shots)
Short StoryKumpulan cerita pendek yang tertulis berdasarkan lagu-lagu yang saya dengar. Highest rank so far #141 in Short Story Collection of short stories by yossi novia since 2016 Some of my stories already publish on my personal blog : itskygirl...