Genre : Fanfiction Shawn Mendes
Length : 1300+ words
Note : belum melalui proses pengeditan sama sekali. Maafkan adanya typos atau kata-kata rancu, tunjukin aja letak kesalahannya, bakalan dibenerin ASAP.Pagi ini istana begitu sibuk padahal matahari baru saja setinggi galah dan udara yang berhembus masih terasa dingin ketika mengenai kulit. Beberapa pengawal istana yang tidak ditugaskan untuk berjaga diminta untuk membantu mendekor aula istana dengan bunga-bunga atau hal lain yang membuat ruangan itu tak lagi kosong. Beberapa pelayan nampak ramai di sana-sini, ada yang sibuk membuat sarapan keluarga kerajaan, ada yang sibuk untuk konsumsi acara nanti malam, dan ada pula yang sibuk dengan desain gaun nanti malam. Intinya, semua pekerja istana diarahkan untuk menjadi sibuk demi acara yang berlangsung nanti malam.
Di antara keramaian istana yang terasa asing--mengingat betapa hampanya istana ini sebelumnya--aku hanya berdiri di pintu kaca yang menjadi akses keluar menuju taman istana yang begitu cantik dan asri. Aku membayangkan diriku duduk di sana dan menghirup udara segar, tapi aku bukanlah pangeran di sini, aku hanya seorang dari kasta tujuh yang mendapat kesempatan untuk menjadi penjaga istana, pekerjaanku tidak hanya duduk-duduk namun berdiri setiap waktu dengan mata yang awas, sigap ketika pemberontak mendadak datang membawa kabar buruk, dan berani bertaruh demi menjaga nyawa keluarga kerajaan--meski sebenarnya itu bodoh, aku tidak mengenal mereka, dan mereka tidak mengenalku, tapi ini tentang patriotisme, bukan?
"Menurutmu apa acara nanti malam sukses besar?" tanya Nash, dia adalah salah satu penjaga istana yang merupakan teman dekatku sejak dulu.
Sebenarnya, kami dilarang melakukan percakapan yang tidak ada kaitannya dengan keamanan istana saat sedang menjaga seperti ini, namun Nash tetaplah Nash. Mengenal lelaki itu sedari kecil membuatku tahu bahwa dia adalah penganut kepercayaan "peraturan dibuat untuk dilanggar" meski itu berarti dia bisa saja dipecat dan diturunkan kastanya.
Aku mengedarkan pandanganku, kurasa masih aman untuk berbincang lagipula rasanya sangat membosankan hanya berdiri tegap meski jelas-jelas tidak ada tanda-tanda kehadiran para pemberontak.
"Kurasa. Pegawai istana sudah bekerja keras, tidak adil jika acaranya tidak sukses," kataku pada akhirnya sambil memperhatikan beberapa pelayan yang berlalu lalang dengan gaun putih lusuh yang nampak kotor. "Ya ... kecuali jika para pemberontak itu datang."
Jauh dalam hatiku aku berharap bahwa malam ini acara itu tidak sukses. Aku jahat? Aku egois? Well, aku tahu itu. Tapi aku tidak ingin berbohong dengan mengatakan bahwa aku baik-baik saja, atau aku tidak mempermasalahkan jika acara ini sukses.
-
Nash memang sahabatku. Dia mengenalku dengan baik dan kami sudah menghabiskan banyak waktu bersama. Namun, Nash tidak mengenalku sebaik itu, ada satu rahasia yang kusimpan dengan baik hingga seorang Nash tidak tahu hal itu.
Bahwa aku ada kekasih gelap seorang calon ratu.
Aku tahu ini adalah sebuah kesalahan. Aku tahu bahwa saat ini aku tengah mempertaruhkan kastaku dan bahkan nyawa yang kumiliki. Tapi siapa peduli?
KAMU SEDANG MEMBACA
Dialog Musik (One Shots)
Short StoryKumpulan cerita pendek yang tertulis berdasarkan lagu-lagu yang saya dengar. Highest rank so far #141 in Short Story Collection of short stories by yossi novia since 2016 Some of my stories already publish on my personal blog : itskygirl...