Kau pernah melihat sebuah festival kembang api? Bukankah begitu indah? Namun pernah kau berpikir bahwa ketika para buta warna melihatnya, yang mereka lihat di sana hanyalah kegelapan malam?
Pada akhirnya apa yang kita anggap indah tidaklah indah di mata orang lain. Tergantung mata siapa yang melihatnya.
Hidup tidak tentang kita. Namun tentang bagaimana bumi berputar dan manusia-manusia yang bernapas di sana bergerak.
Kita terkadang tidak tahu apa yang lainnya jalani, lakukan, atau masalah apa yang menimpa mereka.
Namun kita bertindak seolah-olah tahu segalanya, dan berakhir membuat opini yang lebih dari menyesatkan."Kudengar Greta mendekati Mr. Haynsworth agar dia dapat mengikuti lomba piano itu. Kau tahu maksudku bukan? Permainan piano Greta dulu sangat payah rasanya tidak mungkin jika dia tiba-tiba dipilih mewakili sekolah ini untuk mengikuti kompetisi bermain piano."
"Rasanya sangat tidak mungkin jika Mr. Haynsworth tidak memilih Tara jika Greta tidak melemparkan dirinya sendiri ke guru muda itu."
"Greta tidak mungkin mengalahkan Tara."
"Kenapa Greta tidak mati saja? Dia dan sifat ambisiusnya itu sangat mengganggu. Aku tidak percaya dia bisa-bisanya mendekati Mr. Haynsworth hanya untuk mengalahkan Tara."
Semua suara-suara lebah itu tak kunjung berhenti, justru semakin keras dan semakin keras. Hal ini membuat sesuatu dalam diri Greta terasa seperti dihantam. Yang gadis itu inginkan saat ini adalah pergi ke kamar mandi dan menangisi kehidupannya yang sangat malang.
Dia baru saja memenangkan kompetisi tertutup di sekolahannya, siapapun yang menang akan diikutkan perlombaan nasional. Greta baru saja merasakan kegembiraan luar biasa ketika dia berhasil mengalahkan Tara yang memang memiliki kemampuan permainan piano yang luar biasa, namun sepertinya para siswa lain di sekolahan ini tidak ingin membiarkan Greta terlarut lebih lama dalam kegembiraannya, buktinya rumor menyebar dengan cepat seperti angin dan sekarang suara-suara lebah yang tak menyenangkan terdengar jelas di telinga Greta.
Greta mempertemukan dahinya dengan loker. Secara perlahan, ia melakukan respirasi berharap hal itu membantunya menjadi lebih tenang dan tidak terlalu memikirkan apa yang dikatakan orang-orang mengenai dirinya.
"Semuanya baik-baik saja. Mereka hanyalah orang bodoh yang tidak tahu perjuanganku. Yang harus kulakukan saat ini hanyalah fokus latihan dan menunjukkan pada mereka bahwa aku memang lebih baik dibanding Tara," kata Greta pada dirinya sendiri, orang-orang berkata bahwa dengan memberi sugesti semacam itu akan membuatnya merasa lebih baik.
Namun sepertinya pengecualian untuk Greta. Buktinya, sedetik setelahnya perasaan tidak enak itu kembali timbul disertai dengan rasa gusar.
Greta benci pada dirinya sendiri yang terlalu banyak berpikir. Berpikir mengenai masalah yang dia hadapi dan berpikir mengenai apa yang orang lain pikirkan tentangnya. Ini membuat kepalanya mendadak menjadi terasa sangat pusing seperti sesuatu dihantamkan di atas sana dengan kasar.
"Greta kau baik-baik saja?" sebuah suara terdengar diikuti dengan tepukan pelan pada bahu.
Greta menoleh dan menemukan Tara sedang berdiri di sampingnya. Gadis itu menarik sudut-sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman miring, dan dengan alasan yang rasanya tidak perlu dijelaskan, Greta membenci hal itu.
"Kau harus mengambil pil penenangmu, Greta! Wajahmu sangat menakutkan," kata Tara, dia kembali melemaparkan senyum miringnya sebelum berbalik dan berjalan menuju teman-temannya dengan gaya paling menjijikkan di dunia.
Greta merasakan sesuatu menghantam dirinya ketika ia mulai mengulang kembali kalimat apa yang baru saja Tara ucapkan tadi.
Kau harus mengambil pil penenangmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dialog Musik (One Shots)
Storie breviKumpulan cerita pendek yang tertulis berdasarkan lagu-lagu yang saya dengar. Highest rank so far #141 in Short Story Collection of short stories by yossi novia since 2016 Some of my stories already publish on my personal blog : itskygirl...